"Aku tidak mau." Bianca mendorong pelan mangkuk berisi bubur yang dibawakan oleh pelayan ke kamarnya.
Ya, gadis itu sakit setelah menangis bersama Gerald kemarin. Sedangkan Gerald, sedari kemarin sore ia mengurung dirinya di kamar. Tidak ada suara, begitu hening. Sehingga membuat Sophia bingung apa yang terjadi pada cucu sulungnya itu.
"Tapi Nona, saya bisa dimarahi Nyonya kalau anda tidak memakan bubur ini." Pelayan itu mulai resah.
"Aku bilang tidak ya tidak, Jes." Bianca semakin menarik selimut menutupi kepalanya. Ia mengganti posisi tidurnya memunggungi pelayan yang sedari tadi membujuknya untuk makan.
Hening. Tidak ada suara sama sekali. Bianca baru saja akan kembali menutup matanya tapi ia merasakan gerakan di sebelahnya.
Dengan cepat Bianca duduk dan menepis selimutnya. Matanya membulat menemukan Albert yang sedang berbaring di sebelahnya dengan pakaian santai. Albert membuka matanya dan balas menatap Bianca.
"Selamat pagi, B."
"Pagi Al. Apa yang kau lakukan disini?" Bianca mengerutkan keningnya.
Albert membetulkan letak kacamatanya, "Kau sedang sakit?" Pria itu sama sekali tidak menggubris pertanyaan Bianca sebelumnya.
Dengan wajah polosnya Bianca memegang dahinya.
Hangat,
Tapi ia memilih mengabaikannya dan menghela napas. "Tidak. Mereka yang terlalu berlebihan."
"Hah.." Albert bangkit dan mengacak rambut Bianca yang masih terduduk bingung di kasurnya.
"Mandi. Kita pergi keluar. Aku tahu kamu sedang tidak nyaman berada disini setelah kejadian kemarin." Ujar Albert datar.
"Albert~"
"Mandilah! Aku tunggu di ruang keluarga." Albert segera berlalu dari kamar Bianca. Meninggalkan gadis bersurai coklat itu dengan wajah bingungnya.
Setelah kepergian Albert, Bianca memandangi cermin yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.
"Albert .. dia, melihat Gerald menangis juga?"
**
"Al," panggil Bianca yang sudah siap dengan setelan dress mahal yang dibelikan Sophia untuknya.
Albert menoleh sebentar kemudian ia mengambil kunci mobil yang berada disebelahnya. "Ayo."
Bianca mengekori Albert yang berjalan lebih dulu ke garasi. "Kau sudah minta izin pada Nenek?" Tanya gadis itu.
Albert bergedik. "Menurutmu?"
Pria ini!
Bianca harus benar-benar sabar menghadapi si kembar beda sifat ini. Gerald yang terlalu kekanakan untuk statusnya sebagai seorang 'kakak' dan Albert yang terlalu pendiam. Nyaris membuat Bianca berpikir kalau dia itu terkena entah syndrome apa yang membuatnya kekurangan ekspresi seperti itu.
"Jangan melamun." Sentak Albert membuat wajah Bianca bersemu karna ketahuan melamun. Dengan segera Bianca masuk ke dalam mobil dan Albert langsung menjalankan kendaraan itu menjauh dari mansion super megah Neneknya.
Bianca melirik Albert dari ekor matanya. Ia sebenarnya sudah bisa menebak kemana Albert akan membawanya, tapi untuk memastikan ia memilih untuk bertanya langsung pada Albert.
"Al, apa kau sedang ingin pergi ke toko buku?" Tanya Bianca.
"Tidak."
"Kalau begitu, ke studio musik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment
Lãng mạn".. Bianca Tennison. Dengarkan aku. Jangan pikirkan hal yang akan terjadi 3 tahun lagi. "Yang perlu kau lakukan hanya membuka hatimu untuk kami. Untukku dan Albert. Biarkan kami menunjukan siapa kami sebenarnya. Termasuk aku. Jangan jauhi aku lagi...