BOMA tercengang mendengar kata-kata Pak Broto itu.
"Aneh..." ucap Boma.
"Memang semua serba aneh. Waktu Pangeran Matahari menghantammu aku coba menangkis. Tapi aku kalah tenaga. Saat pukulan muridku itu hampir memanggangmu, tiba-tiba aku merasa ada satu gelombang kekuatan luar biasa. Dibilang angin tidak ada suara. Dikatakan pukulan sakti tidak mengeluarkan warna. Namun aku sempat melihat satu bayangan. Sangat samar-samar, tidak jelas."
"Bayangan bagaimana Pak Broto?"
"Sosok tinggi semampai seorang perempuan berkulit putih. Cantik luar biasa. Dia pakai selendang kalau tak salah warna ungu. Di kepalanya ada satu mahkota. Aku ingat, di saat yang sama aku mencium bau harum sekali..."
"Mungkin itu bau minyak wangi yang melekat di tubuh dan pakaian Bapak sendiri..." ucap Boma pula.
"Aroma minyak wangi orang yang aku cium di candi itu baunya lain. Sangat lembut tapi semerbak luar biasa. Yang aku pakai minyak wangi peletan. Biar Sumi Primbon lengket sama aku..." Jawab Pak Broto sambil senyum-senyum.
Untuk beberapa ketika Boma hanya bisa diam, mengusap tengkuk lalu menowel hidung.
"Aku sering melihat kamu menowel hidung. Aneh..."
"Kebiasaan aja, Pak."
"Jangan-jangan batu sakti itu ada dalam hidungmu." Tangan kiri Pak Broto bergerak, menyambar ke arah hidung Boma lalu memencet.
Boma sampai keluar air mata menahan sakit. Masih untung tidak sampai berteriak.
Begitu pencetan dilepas anak ini bersin sampai tiga kali. Pak Broto tertawa dan gelengkan kepala.
"Tidak, batu sakti itu tidak ada di hidungmu... " katanya.
"Kenapa sih Bapak menginginkan batu itu?"
"Itu bukan batu sembarangan. Asal muasalnya batu itu adalah milik guruku, Eyang Kunti Api. Batu diberikan padaku, dipesan agar disampaikan pada Pangeran Matahari. Selanjutnya Pangeran Matahari harus membunuhmu. Tapi muridku itu berlaku tolol. Dia kecolongan. Batu dicuri seorang pengamen di Jakarta. Untungnya aku berlaku waspada. Batu yang kuberikan pada Pangeran Matahari bukan batu asli , tapi batu kawinan...."
"Batu kawinan? Memangnya batu bisa kawin?" tanya Boma.
"Tai kucing! Geblek! Maksudku batu yang kuberikan adalah batu yang diusap batu asli. Hingga batu palsu itu punya kekuatan yang sama, tapi hanya untuk beberapa hari." Menerangkan Pak Broto.
"Aku menemui muridku. Dengan Batu Penyusup Batin yang asli tubuhnya aku usapi agar bisa lebih sakti, bisa melenyapkan diri. Tapi celakanya saat itu muncul Sinto Gendeng. Batu sakti asli dirampasnya."
"Sinto Gendeng, siapa itu Pak?"
"Tai kucing! Jangan pura-pura!" bentak Pak Broto.
"Aku mendengar kabar, dia yang menolongmu waktu terjadi bencana di Gunung Gede. Dia yang memberikan ilmu pukulan sakti. Dimasukkan ke tangan kirimu. Coba lihat tangan kirimu. Buka telapakannya. Ayo!"
Pak Broto tarik tangan kiri Boma. Anak ini terpaksa kembangkan telapak tangan.
Pak Broto alias Si Muka Bangkai perhatikan telapak tangan kiri yang memang ada tanda kalinya itu.
"Di alamku, ilmu pukulan yang kau miliki di tangan kiri itu tak ada artinya. Tapi di alammu, kau bisa membunuh orang, sanggup memecahkan kepala kerbau, memukul jebol tembok."
Boma terkesiap. Dia memang pernah dipesan oleh si nenek misterius untuk tidak boleh mempergunakan tangan kirinya secara sembarangan.
Tapi kalau dia katakan sanggup memukul jebol tembok, anak ini jadi terheran-heran sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA DENDAM CANDI KALASAN
Hành độngBara Dendam Candi Kalasan adalah episode kedelapan serial Boma Gendenk karya Bastian Tito yang mengisahkan tentang upaya Boma untuk menemukan dan menyelamatkan Ibu Renata, guru Bahasa Inggris SMA Nusantara III yang diculik oleh Pangeran Matahari dan...