JAM delapan kurang lima keesokan paginya, Sukardi pemilik Toko Mas Sinar Terang di Pasar Beringharjo sampai di Pos Polisi, langsung masuk ke kamar kerja Komandan Pos.
Di situ sudah ada Sumi Primbon yang datang sejak menjelang pagi. Wajah perempuan gemuk ini tampak pucat dan keletihan.
Konde besar di atas kepala sudah miring ke kiri dan bibir yang selalu merah kini kelihatan kering tidak ada sentuhan lipstick.
Selain Komandan Pos Serka Dulrohim Partowiluyo yang duduk di belakang meja kerja, di kamar itu juga ada dua orang anggota Serse yang malam tadi menemui Sumi Primbon di Malioboro.
Komandan Pos Polisi memberi tahu pada pemilik toko mas bahwa pemanggilannya adalah untuk dimintai keterangan. Sekaligus sebagai saksi dalam peristiwa raibnya dua gelang emas miliknya.
"Walau Pak Sukardi memang tidak melapor pada Kepolisian, kami mengetahui perkara kehilangan dua gelang emas itu melalui berita di surat kabar. Kasus sekarang menjadi bukan perkara yang bersifat delik aduan. Jadi kami harus berlaku tanggap dan memanggil Pak Sukardi. Saya harap Pak Sukardi tidak keberatan untuk menjawab beberapa pertanyaan."
"Tidak, saya tidak keberatan," jawab Sukardi.
"Tadi malam anggota kami secara tidak sengaja menemui dua gelang emas, dipakai oleh Ibu ini. Ibu Sumi Primbon pedagang lesehan di Malioboro. Kehadirannya di sini adalah untuk memberi keterangan. Tapi jika keterangan dan kesaksian Pak Kardi nanti memberatkan dirinya, maka Ibu Sumi Primbon bisa-bisa jadi tersangka dan mulai hari ini kami tahan..."
Mendengar kata-kata Serka Dulrohim itu Sumi Primbon langsung menggerung. Diantara sesenggukannya dia berkata.
"Jangan, jangan saya ditahan, Pak. Saya tidak punya salah apa-apa. Saya tidak mencuri gelang emas itu. Saya dikasih. Dihadiahi seorang kenalan. Saya nggak tau dimana dia sekarang. Waktu memberikan gelang ada selembar kertas. Surat pembelian. Tapi surat itu hilang . Nggak tau keselip dimana. Saya sudah mencari di rumah, nggak ketemu. Bapak-bapak ini tau Semua..."
Sumi Primbon menunjuk dengan ibu jarinya ke arah dua orang anggota Serse yang menjemputnya di Malioboro tadi malam.
"Ibu Sumi, tenang saja. Tenang. Kalau Ibu tidak bersalah tidak usah takut..."
"Saya tidak mau ditahan. Saya memang tidak salah."
Serka Dulrohim anggukkan kepala. Lalu membuka laci meja sebelah kiri, mengeluarkan bungkusan kertas berisi dua gelang emas.
Perhiasan itu diperhatikannya sejenak. Agak lama. Ada sesuatu yang tidak dimengertinya tapi tak tahu apa. Dua gelang emas itu akhirnya diletakkan di atas meja, diangsurkan ke arah Sukardi.
"Coba Pak Kardi perhatikan baik-baik, apa benar ini dua gelang emas milik Pak Sukardi yang tempo hari katanya hilang secara aneh?"
Pemilik Toko Mas Sinar Terang itu mengeluarkan kaca mata, memakainya lalu memperhatikan dua gelang emas dengan sangat teliti.
Perhiasan itu diusap-usap berulang kali. Hatinya meragu. Dia melirik ke arah Sumi Primbon. Perempuan gemuk ini juga tengah memperhatikan dua gelang emas itu sementara di dalam hati dia berkata.
"Heran, kayaknya bukan itu gelang yang diberikan Mas Broto. Yang tadi malam diambil Polisi."
"Bagaimana Pak Kardi?" tanya Serka Dulrohim.
"Sebentar," jawab pemilik toko emas.
Dari dalam saku celananya dia keluarkan sebuah benda berbentuk batu asahan kecil. Salah satu gelang emas digosokkannya ke batu asahan itu.
Bekas gosokan diperhatikan dengan sangat teliti. Sukardi geleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana Pak Kardi?" tanya Serka Dulrohim kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA DENDAM CANDI KALASAN
ActionBara Dendam Candi Kalasan adalah episode kedelapan serial Boma Gendenk karya Bastian Tito yang mengisahkan tentang upaya Boma untuk menemukan dan menyelamatkan Ibu Renata, guru Bahasa Inggris SMA Nusantara III yang diculik oleh Pangeran Matahari dan...