MENJELANG toko di kawasan Malioboro mulai tutup, pedagang makanan lesehan bersiap-siap membuka dagangannya. Allan dan Gita berdiri disamping sebuah tiang beton.
Mutar-mutar sekian lama Allan hanya membeli sebuah blangkon dan Gita sehelai kaos oblong ukuran LLL yang bagian dadanya ada tulisan sablon Jogja I love you - Malioboro I miss you.
Gita perhatikan arloji di tangan kirinya. Wajah anak perempuan bersosok gemuk ini kelihatan tidak sabaran.
Matanya memandang ke ujung jalan, lalu mengawasi deretan toko-toko yang sudah tutup di seberang sana.
"Jam berapa Git?" tanya Allan.
"Sepuluh lewat lima. Heran, yang laen-laen kok belon nongol. Boma nggak dateng jangan-jangan sedih ditinggal Trini sama Dwita."
"Bentar lagi 'kali."
"Si andi sama Firman tadi katanya mau nyusul. Janji ketemu di depan toko sini. Kok belon muncul?"
"Sebentar lagi Git, tunggu aja."
"Kamu sih sebentar terus. Apa-apa sebentar. Buktinya udah ratusan bentar nggak seekorpun yang pada dateng." Gita merengut.
"Enak aja lu bilang orang seekor. Bahasa Indonesia kamu dapat berapa sih di rapor?" ujar Allan lalu tertawa. Gita ikutan senyum.
"Kayaknya kamu udah lapar? Ayo cari lesehan." Allan mengajak.
"Nanti, sebentar..." Jawab Gita.
"Nah lu, sekarang kamu yang ketularan penyakit sebentar."
Gita kepalkan tinju kanannya lalu menumbuk bahu kiri Allan. Anak lelaki ini meringis.
"Sakit ya?" tanya Gita setengah menyesal. Lalu usap-usap bahu Allan yang barusan dipukulnya.
"Lumayan." Jawab Allan.
"Sekarang enak kok. Di usap-usap. He...ee."
"Lan, kok aku kayak ada perasaan enggak enak nih." Gita berkata sambil sandarkan punggungnya ke tiang beton.
"Apa yang nggak enak? Kamu pengen kencing, ya?" tanya Allan bergurau.
"Brengsek lagi!" Gita angkat kakinya, pura-pura hendak menendang tulang kering anak lelaki itu. Karuan Allan cepat bergerak mundur.
"Yang nggak enak hati gua, bukan pengen kencing tau!".
"Kalau gitu kita cepetan aja cari lesehan. Terus balik ke Wisma."
"Langsung pulang aja Lan"
"Kamu gimana sih Git. Dari kemarin terus-terusan ngajak. Pengen makan lesehan, pengen makan lesehan. Kayak orang ngidam aja. Sekarang udah sampai di Malioboro sini mau balik ke Wisma. Aneh bin ajaib. Ajaib bin au-ah."
"Iyya deh. Jangan marah dong bos!" Gita membujuk sambil senyum-senyum.
"Huss! Jangan panggil aku bos. Itu 'kan singkatan bekas orang sinting."
Gita cekikikan. Allan pegang lengan Gita.
"Ayo kita cari lesehan yang yahud."
Kedua pelajar SMU Nusantara III itu berjalan di sepanjang depan emperan pertokoan dimana digelar berbagai macam makanan lesehan. Di satu tempat Allan hentikan langkah dan berkata.
"Yang ini aja Git,"
"Kamu Lan!" Gita protes sambil matanya memperhatikan pedagang lesehan.
Seorang perempuan gemuk berkulit putih, berwajah bulat. Sanggulnya besar dan rapi. Perempuan ini mengenakan kebaya lurik biru bergaris-garis kecil yang bagian atasnya dipotong rendah hingga lebih dari sebagian dadanya yang gembrot tersingkap menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA DENDAM CANDI KALASAN
ActionBara Dendam Candi Kalasan adalah episode kedelapan serial Boma Gendenk karya Bastian Tito yang mengisahkan tentang upaya Boma untuk menemukan dan menyelamatkan Ibu Renata, guru Bahasa Inggris SMA Nusantara III yang diculik oleh Pangeran Matahari dan...