Emma mengganguk mengerti atas apa yang di jawab oleh Cameron itu.
"Dia ninggalin aku." Lanjutnya lagi dengan menghela nafas.
"Kenapa?"
"Dia.. gamau ldr-an."
"Oh." Jawab Emma singkat lalu kembali terhanyut dalam lamunannya.
"Kalo kamu? Pernah pacaran?" Tanya Cameron sambil mencoba melirik ke arah perempuan di sampingnya ini.
"Menurut lo bego?"
"Oh iya ya. Aku lupa kalo kamu ada mantan. Ya pasti pernah dong ya pacaran?"
"Yauda ngapain tanya lagi?" Kata Emma kesal sambil menatap lawan bicaranya lalu menatap jalan yang ramai itu lagi. Entah kenapa malam ini sangat macet , sudah selama 15 menit mereka di dalam mobil dan belum sampai tujuan.
"Kenapa putus?"
"Dia.. ah jangan kepo."
"Lah tapi tadi kamu tanyain aku juga."
"Iya , kalo cewe bilang ya nurut aja kali. Ini kan privasi." Kata Emma lagi.
"Ya jadi tadi aku punya ga privasi ya?" Lawannya berbicara.
Setelah 5 detik berdiam diri. Cameron masih menunggu alasan kenapa Emma dan mantannya putus. "Dia milih orang lain dari pada gue." Lanjutnya.
"Siapa?"
"Ah lo ga perlu tau siapa."
"Eh bego, kan mantan lo itu pacarnya sekarang Luna , berarti? Dia milih Luna dari pada lo?"
"Eh iya ya. Kok kita sama-sama gak connect sih hari ni." Lanjut Emma sambil merengut.
"Eh kita? Kamu aja kali."
Setelah jeda 10 detik, Cameron angkat bicara "He such a jerk."
"Hah? Emang."
"Dont cry.."
"Im not crying." Kata Emma yang perlahan mengingat masa masa dimana bunga di hatinya masih bermekaran. Masa-masa SMA dulu. Saat ia masih populer di sekolah. Saat ia masih memiliki banyak teman dan juga pacar yang sangat baik terhadapnya. Tapi , dunia berputar sangat cepat. Sekejap, keenakan tersebut lenyap dari hadapan Emma. Perlahan, pipi Emma memanas dan ia tidak sadar bahwa matanya mengeluarkan butiran butiran air dan membasahi pipinya.
"Nangis di pelukan aku aja." Kata Cameron lalu mengambil Emma dan memeluknya dengan erat.
"You know what. Masa lalu tu ga perlu di tangisin , kalo kamu nangisin juga gabisa balik lagi." Lanjutnya lagi masih memeluk Emma dalam dekapannya. Emma tersentuh dengan kata-kata pria yang memeluknya itu.
"Nah , dont cry. Ni ya aku kasih tau, aku ini pendengar yang buruk, aku gabisa kasih kata motivasi. Tapi , aku ini bagus dalam melalukan sesuatu. Kalau kamu ingin aku melakukan sesuatu, jangan segan. This hug is just only for you, anytime you wanna cry. Im here okay?" Cameron tersenyum dan mengacak acakan rambutku ini.
"Gue ngantuk." Kataku di sela sela kemacetan ini.
"Then sleep." Kata Cameron tanpa melirik ke arahku.
Emma berniat untuk menghiraukan perkataannya. Entah kenapa Emma sedang tidak mood karena Cameron memeluknya.
"Eh btw , sebelum gue tidur." Emma terdiam. "Tadi kenapa lo meluk gue?" Tanya Emma sambil menghadap ke arah Cameron.
"You need my hug." Katanya sambil tersenyum.
"Asshole."
Emma memundurkan kursinya dan ia pun mulai memejamkan matanya dan masuk ke dalam mimpi.
Setelah hampir 2 jam terjebak di macet , sekarang waktu menunjukan pukul 12 malam. Cameron menatap perempuan yang tertidur dengan mulut terbuka sedikit. Cameron tertawa lalu menatapnya sejenak.
"So cute."
Cameron membuka pintunya lalu membuka pintu Emma. Ia bernia ingin membangunkan Emma , tapi ia kasihan.
"What should i do? Masa aku harus gendong dia?" Batinnya.
Baiklah.
Cameron menletakkan tangannya di paha bagian bahwa Emma dan di leher bawahnya dan mulai mengangkat Emma ke dalam rumah.
************
That's all gaes. Vomment dong ih kesel au ah. Makin pendek ya? Imajinasi gue done wkwkkw. See you next chap gaes
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Nerd [COMPLETED]
Fanfiction"Just pretending that he is your cousin" Cameron Dallas fanfiction. Copyright © 2016 by Cindy Angela. All Right Reserved. P.s : sorry kalo banyak grammar yang buruk. Happy reading ✌