Hah? Luna? Siapa William?
Pikiranku hanya tertuju siapa itu William dan kenapa ia bertanya soal Luna? Apa hubungannya?
"Cameronn.. buruann gua sesak boker." Teriakku dari luar sambil mengedor gedor pintu kamar mandi.
Setelah 15 menit Cameron menetap di kamar mandi akhirnya ia keluar dengan balutan handuk putih di pinggangnya dan rambutnya yang basah itu.
Damn! He's so hot.
Aku merasakan pipiku memerah dan panas. Sial sial..
"Kenapa? Sana buru masuk." Katanya sambil menatapku. "Kenapa mukamu merah? Ga pernah liat cowo shirtless?" Tanyanya lagi.
"Enak aja. -Sana, geser." Kataku sambil menyesuaikan detak jantungku yang berdebar tidak karuan ini.
Aku sebenarnya tidak sesak boker. Aku hanya ingin sendiri. Entah kenapa. Tapi aku masih berpikir , siapa itu William dan apa hubungannya dengan Cameron? Dan kenapa Luna? Ah sial... pikiran ini menghantuiku.
"Emma buruan keluar." Teriak Cameron dari luar yang membuat lamunanku pecah.
"Iya." Kataku dari dalam.
Aku segera membuka pintu kamar mandi dan melihat Cameron yang sudah rapi memakai kaos putih polos dan celana pancung bewarna krem.
"Yok , makan." Katanya sambil menatapku.
"What? Delivery aja, kalo ga masak aja." Kataku sambil melewatinya.
"Hah? Aku bosen makan delivery. Aku kan mau tes makanan Jakarta juga." Kata Cameron sambil menatap punggung Emma yang sendang membelakanginya.
"Yauda pigi sendiri." Kataku singkat.
"Nanti aku tersesat gimana? Nanti kamu sendirian dong , terus ntar berita di tv booming kalo anak ganteng hilang. Gimana?" Katanya yang membuatku menoleh kepadanya.
"What? Idih." Kataku.
"Ayolah.... please." Katanya sambil merengek seperti anak kecil.
Mendengar ia mengatakan please seakan-akan membuat hatiku tersentuh.
"Ya deh , gue siap-siap dulu." Kataku. "Yauda sana keluar." Lanjutku.
"Gamau ah , pewe." Katanga.
"Hah? Emangnya lo tau pewe tu apaan?" Tanyaku terkejut.
"Posisi wenak." Katanya.
"Oh yauda kaga usah pergi kalo lo gamau keluar. Gimana gue mau ganti baju?" Tanyaku.
"Kamar mandi kan bisa." Katanya lagi.
Eh bener juga ya.
"Yauda cepetan ya. Aku tunggu di luar." Katanya sambil berjalan keluar dan membuka kenop pintu kamar.
Lah terus kenapa tadi dia suruh gua di kamar mandi ganti baju, dan sekarang? Dia keluar.cowo emang gitu.
Aku pun segera keluar. Kali ini aku memakai baju bewarna maroon lengan panjang dan lejing hitam panjang dengan sepatu converse merah favoriteku.
"Kita mau kemana?" Tanyaku ketika melihat Cameron menekan pedal gas lalu melaju kencang.
"Aku gak tau. Aku kan baru disini." Cameron terpaku pada jalanan karena kali ini sudah sore menuju malam, sedikit gelap.
"Hm." Aku berpkir. "Gimana kalo kita makan empek-empek?" Tanyaku sambil menatapnya dari samping.
Dia hanya menoleh sekejap "Apa tu?" Katanya lalu kembali fokus ke jalanan.
"Udah , belok kiri sekarang." Kataku. Dia pun menurut.
Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya sampai di tujuan. Tempat favoritku dengan Mom. Empek empek for life........
"Ini?" Tanyanya sebelum ia membukakan pintu untukku.
"Yap." Kataku melongo.
"Pesen , empek empek kapal selam 1 sama empek empek telor 1 ya." Kataku.
"Duduk aja belum Emma , kok kamu langsung pesen? Laper ya? Kok kagak bilang dari tadi?"
"Eh iya , iya." Kami mencari tempat duduk di pojok sana. "Gak kok, gue ga laper."
"Kok semangat bener pesan empek-empek?" Tanyanya.
"Ya ga apa kali, bawel."
Setelah semenit berdiam. Akhirnya Cameron membuka percakapan. "Boleh tanya sesuatu ga?"
"Apa?"
"Luna tinggal dimana? I mean , waktu itu kita kesana , aku lupa jalannya." Lanjutnya lagi.
Kok dia tanyain tentang Luna? Apa ini ada hubungannya dengan William?
"Hm , di jalan panglima nomor 17." Kataku. Tapi pandanganku tiba-tiba teralihkan ke arah empek empek yang baru di sajikan itu.
Dengan cepat aku langsung mengambil kuahnya dan mencampurkan dengan empek-empeknya dan melahapnya dengan cepat.
Author's POV
Cameron hanya menatap perempuan yang mengucir rambutnya ke belakang itu sambil makan. Terdapat senyuman kecil di wajah Cameron.
"Tenang kali , makannya pelan pelan aja." Kata Cameron sambil menatap Emma dengan seksama.
"I-iiya." Katanya lalu memperlambat memakan empek-empek. Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar. Lalu dia kembali memakan empek-empek dengan cepat.
Cameron menatap Emma dengan tawa kecil. "Nih nih, ambil nih." Kata Cameron sambil menyodorkan empek empek yang hanya di makan 2 biji olehnya.
"Hah? Seriusan?" Tanya Emma.
"Iya , cepetan." Kata Cameron sambil tertawa.
"Makasih." Lanjutnya sambil memakan dengan lahap.
Cameron's POV
Dimana aku bisa mendapatkan informasi tentang Luna? Masa aku tanyain mulu ke Emma? Nanti dia curiga gimana ya?
Ah aku tau , besok bakal aku ajak Luna ketemuan. Iya.
"Uda yuk balik. Gue full sumpah." Kata Emma sambil menepuk perutnya itu.
"Eh oke oke." Kataku sambil mengambil uang 20 ribu dari kantongku.
"Nih mbak." Kataku lalu berjalan keluar tempat makan itu.
"Eh lo ga bayarin gue punya?" Tanya Emma yang masih di belakang.
"Hah? Lo ga ada uang apa?"
Emma mengeluarkan uang 20 rbu dan menyodorkan kepada mbak penjual empek empek itu. "Ini mbak , makasih ya." Katanya lalu menyusulku.
"Sialan lo , cowo gimana sih?"
"Lah aku mana tau kalau kamu gak bawa uang?"
"Bukan ga bawa uang , tapi biasa kan emang cowo bayarin."
"Iya , kalo pacaran. Emang kita pacaran?" Kataku.
"Eh iya si. Tapi ya lo peka dikit kek. Ah males gue." Ujarnya lagi.
Cowo selalu salah.
"Ntar kalo aku traktir kamu ntar kamunya geer , kamu kira aku kasih harapan buat kamu , padahal kan cuma traktir." Lanjutku .
"Eh gila , gue gak se geer itu ya."
"Eh yauda kali , kan mungkin." Kataku sambil menatapnya.
"Eh gue boleh nanya ga?" Kata Emma tiba tiba.
"Apaa?"
"Hm.. Lo pernah pacaran?"
Author's POV
Kenapa Emma menanyakan soal itu?
Gue gatau kenapa gue bisa tanyain dia tentang itu. Batin Emma.
Cameron menyesuaikan tempat duduknya lalu duduk dengan tegak tanpa menghadap ke arah Emma. "Pernah." Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Nerd [COMPLETED]
Fiksi Penggemar"Just pretending that he is your cousin" Cameron Dallas fanfiction. Copyright © 2016 by Cindy Angela. All Right Reserved. P.s : sorry kalo banyak grammar yang buruk. Happy reading ✌