-Terror-

2.2K 305 98
                                    

Pattie Ungsumalynn
as
Dhea

※※※

-22.12-

"ASTOGEH, Capek banget, seh!" keluh Rere sambil membaringkan tubuh di tempat tidurnya. Saat belajar kelompok di rumah Rizna tadi, kelakuannya sama sekali tidak bisa dikontrol. Ia dan kedua temannya terus saja melamun tanpa bisa fokus oleh pelajaran. Bahkan sekarang pun, otaknya masih bisa mengingat kejadian tadi sore. Bentakan Yoga dan suara Angel, saat ia meninggalkan Angel di dalam toilet. Rasanya ia sangat tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Situasi di mana ia mengetahui kejadian mengerikan dan tak bisa berbuat apa pun.

Rere menarik selimutnya dan mulai memejamkan mata. Hari ini adalah hari yang lelah, dirinya butuh istirahat untuk melupakan semua kejadian-kejadian hari ini. Hah, andai saja ia menolong Angel tadi, kemungkinan apa yang akan terjadi?

Rere membuka matanya lagi. Otaknya terus berpikir tentang kemungkinan apa yang tejadi jika saja tadi Rere dan kedua temannya menolong Angel. Dengan kasar Rere menutup wajahnya dengan bantal dan mulai terlelap.

-22.30-

.
.
.
.
.

-23.02-

.
.
.
.

-23.47-

KREEKK ....

Rere terus bergerak di tempat tidurnya saat mendengar suara pintu berderit. Keningnya berkerut samar karena suara itu terus mengganggunya, berulang kali dengan nada yang sama membuat telinga Rere mulai panas. Rasa penasaran terus menyelimuti benaknya, karena lelah, Rere membuka matanya dan menoleh ke arah pintu.

Pintu itu ....

Pintu itu tertutup. Mungkin Rere hanya bermimpi mendengar suara derit pintu. Lega, Rere kembali menutup matanya dan mulai tertidur pulas.

BRAAK ....

"Aaaaaa ...." Rere terbangun dengan posisi terduduk dan mata melotot. Napasnya memburu seiringan dengan detak jantungnya yang berpacu cepat.

Tiba-tiba ....

Angin berembus pelan menyapa wajah Rere sampai rambutnya berkibar pelan. Dengan cepat Rere menoleh membuat lehernya berbunyi nyeri. Pintu kamarnya terbuka lebar menimbulkan bunyi berisik yang menyebabkan Rere terkaget dan bangun. Ia menghela napas sebentar dan menuruni tempat tidurnya menuju pintu takut-takut.

Rere menutup pintu sambil mendengkus kasar, siapa yang berani mengganggu tidurnya. Saat Rere berbalik ingin kembali ke tempat tidurnya siluet wajah Angel tiba-tiba muncul tepat di depan wajahnya. Napas Rere kembali memburu, ia memundurkan wajahnya terkejut. Mulutnya terbuka karena bingung.

Tapi tidak ada siapa-siapa di hadapannya saat ini.

Apa Rere sedang bermimpi atau berhalusinasi? Tadi jelas Rere melihat siluet wajah Angel walau samar, tapi Rere yakin itu Angel.

Rere melirik ke segala arah. Rasanya seperti ada sesuatu yang sedang menatapnya tajam, ia mengusap tengkuknya dan mencoba melangkahkan kakinya yang terasa berat ke arah tempat tidur. Ia menaiki tempat tidurnya dan berbaring sambil memeluk selimutnya erat. Matanya mencoba terpejam untuk kembali ke alam mimpi agar perasaanya sedikit lebih baik untuk saat ini. Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar saat sedikit demi sedikit selimut yang melingkar di lehernya itu turun sampai ke pinggang.

Rere menarik kasar selimutnya sampai batas leher tanpa membuka matanya. Entah kenapa suhu udara di kamar membuatnya sedikit menggigil.

Rere memberanikan diri untuk membuka mata. AC di dalam kamarnya menyala secara tiba-tiba, ia mengambil remote AC dan mematikan dengan tangan gemetar. Ia mengusap wajahnya gusar dan mulai memejamkan matanya lagi, dengan perasaan yang tidak tenang.

Unstoppable DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang