※※※
"AAAAAAAAAAAAA." Suara teriakan nyaring dari siswi membuat Zidan menoleh.
BRAAKK ....
"Zidan! Yoga! Dick-Dicky..., " ucap Gilang, salah satu teman dekat Yoga. Dengan napas terengah-engah ia mencoba berbicara.
Zidan menatap Gilang dengan tidak sabaran. Memangnya Dicky di mana? Ada apa sampai menjadikan koridor riuh dengan teriakan-teriakan siswi yang tidak jelas.
Sementara Yoga meremas pundak temannya itu, "Atur nafas lo dulu. Bicara pelan-pelan Dicky kenapa?"
Gilang mengangguk dan mencoba mengatur napas untuk meminimalisir rasa paniknya. Ini benar-benar, pertama kalinya Aphrodite mengalami penyerangan. Yang diincar Dicky. Ketua Osis. Begitu banyak kah musuh Ayahnya Yoga?
"Dicky, astaga! Anak cewek nemuin dia tenggelam di bak toilet cewek yang ada di lantai bawah," kata Gilang dengan napas memburu. Matanya melotot panik sampai ingin keluar.
Raut wajah Zidan seketika mengeras. Giginya gemeletuk kesal. Matanya melotot penuh amarah. Kurang ajar!
Bercandanya Angel nggak lucu!
Zidan berlari entah ke mana. Ia terus berjalan tak tentu arah karena dikuasai amarah. Dalam hati ia selalu mengumpatkan nama Angel
Dasar setan!
Kali ini dia benar-benar marah. Zidan memang orang yang kekanak-kanakan. Semua ia anggap lelucon dan dijadikan bahan bercandaan. Tapi, Angel keterlaluan. Zidan juga tidak bisa menganggap enteng semua perlakuan Angel padanya.
Angel sialan!
DEG ....
Kakinya tiba-tiba berhenti, seluruh tubuhnya mendadak kaku. Kepala Zidan berdenyut nyeri. Tangannya memegang tembok untuk menyangga berat badan.
Angel sudah kehilangan nyawanya. Dan tidak bisa dianggap bercanda untuk seenaknya mengetahui dan meninggalkan seperti itu. Ia dan teman-temannya mengetahui. Dan tidak sebercanda itu untuk pura-pura bodoh. Mengabaikan tanggung jawab.
Tuhan memberinya telinga untuk mendengar. Mulut untuk berbicara. Dan mata untuk melihat. Tapi Zidan sama sekali tidak menggunakan dengan baik. Yang terpenting, Tuhan memberikannya hati, untuk merasakan kepedulian terhadap sesama. Bahkan, Zidan tidak merasa iba terhadap perempuan malang itu. Ia juga diberi pikiran untuk berpikir sebelum bertindak. Tetapi, mereka melakukan tindakan yang salah.
Zidan terduduk lemas dengan mata yang memerah. Ini salah mereka. Zidan merasa tertohok saat mengetahui kenyataannya, Angel tidak salah sepenuhnya, ia pasti menderita. Gadis itu sangat menderita.
Zidan menghela napas kasar dan bangkit berdiri. Ia berjalan lemas entah ke mana. Semoga Dicky baik-baik saja. Gumamnya dalam hati. Iya, Zidan hanya bisa berharap Dicky baik-baik saja.
Yoga masih diam di tempatnya. Tubuhnya seketika memanas. Sementara Zidan berlari pergi entah ke mana, Yoga tetap terdiam dengan detak jantung yang semakin bertambah cepat. Tangannya terkepal erat membuat urat-uratnya terlihat.
"Lang, di bilik mana?" tanya Yoga yang lebih persis seperti gumaman.
"Di bilik paling ujung, Ga," jawab Gilang.
Yoga memejamkan matanya ngeri. Hatinya serasa diremas membuat setiap detak jantung yang ia rasakan nyeri.
Persis.
Kenapa harus di tempat itu?
※※※
"Sekarang mana?" tanya Fanya sedikit mengeraskan volume suaranya. Matanya mendelik menatap Dhea, Rere, dan Aul tajam. "Lo pada bilang, 'kan. Kalo kita besatu dan selama kita sama-sama Angel nggak bakal bisa nyakitin kita? Then, see! Apa yang dia lakuin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable Dangerous
HorrorPembunuhan sadis di toilet lantai satu seolah menjadi kutukan kepada siapa pun yang tahu, dan hanya diam. Angel. Siswi Aphrodite yang terkenal kejam dan memiliki julukan iblis telah terbunuh. Terbunuh dengan sadis oleh kekasihnya sendiri. Angel...