-Memulai-

1.4K 219 68
                                    


Pearwah Nichapat Chatchaipolrat
As
Rizna

※※※

FAJAR pagi sudah menyinari atap gedung Aphrodite. Pagi yang cerah, tidak secerah biasanya. Tetapi, jika benar-benar dilihat, keadaan gedung Aphrodite semakin mencekam hari demi hari semenjak kejadian pembunuhan itu. Awan gelap seperti menaungi setiap dinding-dinding Aphrodite. Kaca-kacanya bergetar oleh kegelapan. Seolah meraung meminta nyawa pada mereka yang tahu, dan hanya diam.

TENG ... TENG ....

Bel istirahat berbunyi membuat seluruh murid SMA Aphrodite bersorak riang. Kantin yang semula kosong kini telah penuh dijajaki oleh siswa-siswi yang lapar.

"Pesenin gue juga, yaa!" Rizna memelaskan suaranya agar Aul mau memesankan makanan untuknya.

"Tapi traktir gue, ya!" jawab Aul.

Mereka sekarang berada di kantin.

Rere tertawa terbahak-bahak, "Mampus lo Riz!"

Rizna mendelik ke arah Rere, "Seneng ya lo, hm? Seneng?"

Rere mengangguk sambil masih tertawa.

Dhea ikut terkekeh geli, "Gituin aja, Ul."

Rizna berdecak sebal. "Yaudah iya deh, sama gue!" katanya sambil menarik lengan Aul ke tengah kerumunan orang yang mengantri.

Rere masih tertawa sambil memegangi perutnya. Sedangkan Dhea menatapnya sebal sambil menendang kaki Rere agar dia berhenti tertawa, "Re, congor Re!"

Tak lama terdengar suara tepuk tangan diikuti suara lenjeh yang menyebalkan, "Well ... well ... well ...." Fanya the gank menghampiri meja Dhea dan Rere sambil berjalan layaknya model catwalk.

Rere menghentikan tawanya dan memutar bola mata kesal, merasa diganggu. "Duh, upil dugong dateng," desis Rere yang mampu didengar oleh Fanya juga teman-temannya.

Sontak Fanya menjambak rambut Rere sampai si empu mengadah, "Elo ngomong apa barusan?"

"Anjrit, sakit," ringis Rere

Dhea yang melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu jelas tidak terima. "Fanya, lepasin!" serunya sambil mencubit tangan Fanya agar menjauh dari rambut Rere. Itu memang cara terampuh yang Dhea miliki.

"Aw ..., " pekik Fanya dan sontak tangannya menjauh dari kepala Rere.

"Lo nggak papa, Fan?" tanya Kira sembari menahan tawa.

"Nggak papa gimana? Tangan gue dicubit sama dia." Fanya menunjuk Dhea dengan dagunya. Tatapannya terlihat geram.

"Anjir lo, Dhe," sungut Dian.

"Lagian temen lo itu iseng, nggak ada kerjaan lain apa selain jadi cabe gocengan?" kata Dhea sambil tersenyum miring. Meledek Fanya adalah hobi baru baginya.

Fanya baru saja ingin menjambak Dhea, tapi Rere dengan cepat berdiri dan lebih dahulu menjambak Fanya. "Pergi sana, setan!" teriak Rere yang membuat seisi kantin menoleh.

Sekarang mereka saling menjambak. Tidak mau kalah dan menatap bengis satu sama lain. Membuat seluruh penduduk kantin menatap mereka penuh minat.

"Wah, lo dikatain setan, Fan," ujar Kira mengompori.

"Dasar lo mucikari nggak laku, sialan!" teriak Fanya.

"Astagaa, Fanya, Rere!" Dicky menghampiri mereka dan melerai adu jambak tersebut. Ia menarik tangan Rere dan menyuruh Al menarik tangan Fanya dengan isyarat.

Unstoppable DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang