-Bertemu Kira-

1K 126 16
                                    

※※※

"DIA mau bunuh diri," kata Rizna sembari melipat kedua tangan di dada.

Insiden beberapa menit yang lalu membuat kepala sekolah memanggil Rizna dan Al ke ruangannya, untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tapi Rizna sekenaknya menjawab membuat Al melotot tak percaya.

"Enggak, Pak. Saya gak ada niat," bela Al berusaha meyakinkan orang tua di hadapannya.

"Diam Alfathan." Pak Bangkit seraya kepala sekolah di Aphrodite menatap Al kesal.

Al hanya mendesah pelan, percuma saja Pak Bangkit memanggilnya kemari, jika membela diri saja tidak diperbolehkan.

"Jadi Rizna, apa menurut kamu Alfathan mempunyai niat seperti itu?"

Rizna hanya mengangkat bahu tidak peduli. "Jangan tanya saya deh, Pak. Tanya aja orangnya langsung."

Pak Bangkit menghela napas gusar dan menatap Al dengan tatapan menyelidik. "Saya mau nanya. Kamu harus jawab jujur."

Al mengangguk.

"Kamu mau bunuh diri?"

"Ya enggaklah, Pak. Gak mungkin," jawab Al sedikit kesal tidak peduli dianggap tidak sopan oleh kepala sekolahnya sendiri.

"Terus ngapain kamu ngejatuhin diri dari atap? Untung aja ada Rizna? Coba kalau enggak?"

"Kepleset, Pak." Jawaban yang entah keberapa kalinya keluar dari bibir Al.

"Jangan bohong!"

"Serius, Pak. Saya kepleset," bohong Al. Ia mengatakannya sedikit ragu. Matanya mendelik ke segala arah.

Sementara Pak Bangkit menyipitkan mata heran melihat tingkah muridnya. "Yang bener?"

Al mengangguk. Tidak mungkin ia mengatakan dengan jujur, bahwa ia sedang mengikuti sosok anak aneh itu sampai ke atap. Dan saat sudah sampai anak kecil misterius itu menyerangnya sampai Al terjatuh.

"Saya masih bingung. Bagaimana kamu bisa tiba-tiba menyelamatkan Alfathan?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Pak Bangkit membuat Al menoleh ke arah Rizna. Ia juga penasaran dengan hal itu.

Kini giliran Rizna yang terlihat bingung. Ia menghela napas. "Saya gak tau. Saya ngerasa ada yang dorong Saya. Dan saat itu juga Saya baru sadar kalo ...."

Al mengerutkan dahi bingung. Merasa didorong seseorang, itu cukup aneh. Apa itu Angel? Yang benar saja.

"Kalo Saya lagi nahan tangannya Al."

Angin berembus merasuki setiap jengkal pada kulit Al. Bukannya merasa dingin, cowok itu merasa panas. Hawa dingin tiba-tiba datang menusuk-nusuk lehernya. Ia menelan ludah dengan susah payah. Napasnya sesak seketika membayangkan hal apa yang akan terjadi.

Firasatnya buruk.

Seperti ada sosok yang tengah mengawasinya.

KRIIIEETTT ....

Al menoleh cepat ke arah pintu ruangan yang terbuka dengan sendirinya. Tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada pintu yang terbuka. Jantungnya berdebar tidak karuan. Al memandang pintu itu lekat-lekat seakan tak ingin kehilangan moment pada pintu tersebut. Yang ia pikirkan, seperti ada sesuatu yang berdiri di sana.

Unstoppable DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang