-Di Ambang Kematian-

885 113 3
                                    

※※※

SEKELEBATAN bayangan hitam berhenti dan mendekat perlahan ke arah Zidan. Cowok itu hanya mampu berdiam diri dengan keringat yang membanjiri. Napasnya tersengal lelah menghindari ribuan tangan yang berusaha menggapai dan mengoyak tubuhnya tanpa ampun.

GLEDAK GLEDAK

Cowok itu menoleh takut ke arah lemari buku yang bergoyang sendiri. Pintunya terbuka tiba-tiba dan buku-buku itu mulai berjatuhan. Detak jantungnya berpacu lebih cepat tidak seperti biasa. Keringat dingin masih setia mengucur belum lagi gemetar pada seluruh anggota badannya.

Kakinya perlahan menjauhi ruangan itu, ia ingin segera pergi dari sana. Tapi sosok perempuan pucat berambut panjang kusut tiba-tiba keluar merangkak dari dalam lemari. Tangannya hitam berkuku panjang, juga banyak koreng di sekujur tubuh. Matanya hitam legam dengan baju putih yang dekil.

Napas Zidan berhenti sejenak sebelum ia memutuskan untuk segera pergi dan berlari dari tempat itu secepat yang ia bisa.

BRUK

KRAWN

"Aaaarrggghhh!!!" Zidan berteriak kesakitan saat tangan-tangan panjang yang berasal dari tembok itu keluar dan menarik tubuhnya.

Sosok perempuan berambut panjang itu semakin mendekat, terlihat wajahnya yang hancur. Perlahan perempuan itu berdiri tepat beberapa senti di wajah Zidan. Membuat cowok itu menahan napas.

"Cepat pergi dari sini! Atau kau dan semua temanmu akan kami makan!" desis perempuan berwajah hancur itu.

"Sejak kapan setan makannya orang?" tanya Zidan.

"Sejak iblis kecil itu ada!"

Iblis kecil?

Zidan masih tidak mengerti dengan ucapan perempuan berwajah hancur di hadapannya. Tapi kakinya tetap melangkah cepat untuk berlari menghindarinya.

BLUSH

Tubuhnya menembus perempuan itu membuat Zidan sedikit mual. Kakinya terus berlari cepat menyusuri koridor dan turun ke bawah.

"Waktunya sampai tengah malam. Atau kalian tidak akan pernah kembali." Suara itu menggema menyisakan tawa menyeramkan.

Zidan mengangkat tangan kirinya dan menatap jam yang melingkar pada pergelangan tangan. Jam menunjukan pukul 23.57.

Tiga menit lagi!

"Sial," umpat Zidan pelan.

※※※

Dhea masih berusaha menopang tubuh Al yang berat untuk menuju pintu keluar. Darah masih mengucur sedikit dari pelipis cowok itu.

Malam semakin mencekam, walau hujan mulai sedikit berhenti menyisakan rintik-rintik kecil. Angin masih setia berembus dingin menyeka hangat yang ada.

"Guys! Kita harus cepet-cepet pergi dari sini sebelum tengah malam!" Zidan datang berlari dari atas dengan wajah penuh luka.

Dhea menoleh. Ada rasa lega saat melihat Zidan datang. "Tapi ini udah tengah malem."

Zidan datang mendekati Dhea dan mengambil alih Al dari pelukan Dhea. "Cepet buka pintunya!"

Dhea mengangguk dan membuka pintu utama.

SREETT

BRUKK

Terlihat tubuh Rere yang terkulai lemas saat Dhea membuka pintu. Banyak darah berceceran di mana-mana, tapi itu bukan darah Rere.

"Aul?" gumam Zidan.

Dhea juga melihat Aul yang berdiri di ambang pintu. Cewek itu sedang menatap Rere dengan tatapan aneh.

"Rere kenapa, Ul?" tanya Dhea.

Aul hanya menggeleng pelan. "Gue baru dateng dan dia udah kayak gini."

"Yaudah! Kita harus cepet pergi dari sini!" seru Zidan dan mulai menuntun Al keluar memasuki mobil.

Begitu juga Dhea dan Aul yang mengangkat Rere ke dalam mobil dengan susah payah.

Mereka melesat pergi dengan kecepatan penuh. Akhirnya teror itu akan segera berakhir!

※※※

Lah cuma 490 word doang😂😂😂 najis pendek banget! Part selanjutnya last part nih, tapi gak tau apdet kapan soalnya lagi suibuk bingits;v

See you letter akh💪

See you letter akh💪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unstoppable DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang