-Target Baru-

1.6K 248 141
                                    

Bank Thiti Mahayotaruk
As
Dicky

※※※

"JADI?" tanya Zidan yang mulai bosan.

Dicky melirik Al yang hanya diam, lalu menatap Zidan dan mengangkat kedua bahunya tanda ia tidak tahu.

Mereka bertiga sekarang ada di salah satu cafe yang berada tidak jauh dari sekolahan. Sepulang sekolah Al menghubungi Zidan dan Dicky untuk menyusulnya di cafe itu, Al bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Tetapi dari hampir satu jam lalu, Al hanya diam sambil menatap lurus ke arah jalanan.

Zidan memutar kedua bola matanya untuk yang kesekian kali. "Cepet deh Al! Lo mau ngomongin apa, sih?"

Al menghela napas sebentar. "Jadi, tadi tuh, gue pulang sore."

Zidan mengangkat satu alisnya.

"Trus?" tanya Dicky tidak sabar.

"Gue nguping obrolannya si Kepsek sama Yoga," lanjut Al.

Zidan memasang wajah datar. "Terus?"

Dicky berdecak kesal. "Lanjutin, Nyet! Jangan diputus-putus gitu napa!" seru Dicky yang mulai geram.

Al meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Yoga ada ngelakuin satu kesalahan fatal yang ngebuat toilet cewek di lantai satu ditutup," katanya dengan satu tarikan napas.

Zidan menggaruk dahinya bingung dan menatap Al juga Dicky, "Gitu? Terus hubungannya sama kita?"

"Pada ngerasa nggak, sih. Kalo ada sesuatu yang janggal gitu sama tuh, toilet?" ucap Dicky terang-terangan.

Al meliriknya, "Janggal? Janggal gimana maksud lo?"

"Denger-denger dari kelas sebelah, ceweknya pada heboh karna toilet bawah yang ditutup itu ngeluarin bau aneh gitu," tanya Dicky. "Masa iya, kalo cuma soal pintu rusak atau toilet mampet sampe digembok dan dikasih peringatan untuk jangan ada di sekitar toilet itu?"

"Ke sana yok ntar malem?" tanya Al yang membuat keduanya menoleh.

"Nggak ah, gila aja malem-malem ke sekolah cuma mau buktiin hal yang belom jelas. Ogah! Mending gue tidur," tolak Zidan mentah-mentah.

Dicky mengusap dagunya, "Boleh juga, gue juga penasaran, kesalahan fatal apa sih, yang Yoga buat sampe bikin tuh, toilet ditutup."

Zidan melirik Dicky tidak percaya, "Gila lo, Dick! Pake diiyain segala lagi. Gue sih, ogah ya. Kurang kerjaan banget tau gak?"

"Nah, iya. Lagian kita juga nggak bakal ikut campur kalo emang ada apa-apa. Ayolah, Zid?" sambung Al.

"Ya tetep aja, alasan kita nggak masuk akal kalo malem-malem ke sekolah cuma mau tau doang soal hal yang juga nggak masuk akal," jelas Zidan sedikit heboh.

Al mendengkus geli. "Bilang aja lo takut."

Zidan menegakkan punggungnya cepat. "Siapa bilang?"

Dicky terkekeh geli, "Terus menurut lo kesalahan fatal apa yang Yoga lakuin sampe tuh, toilet ditutup?"

"Yoga mungkin nggak sengaja ngebuat kran airnya rusak?" tebak Zidan.

Al berdecak sambil menggeleng, "Yang realistis dikit ada nggak? Ngapain coba Yoga di toilet cewek!"

Zidan mengangkat kedua bahunya. "Mungkin Yoga ngebunuh orang abis itu mayatnya ditarok di toilet cewek."

Hening.

Zidan melihat kedua temannya yang hanya diam memandangnya, "Dihh, gue cuma becanda. Yakali lo pada nganggepnya serius. 'Kan, lo bedua maunya gue mikir realistis. Dan yang terlintas di otak gue itu, kalo Yoga setega itu sih, ya," katanya diselingi dengan tawa garing.

Unstoppable DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang