※※※
AWAN mendung menaungi gelapnya malam, mengikis sedikit demi sedikit langit berbintang yang sempat membentang luas di sana. Kilat-kilat kecil sedikit terlihat membelah langit kelam, suara guntur menggelegar tanda hujan akan turun sebentar lagi.
Gadis itu masih ada di sana, dengan mata terpejam. Dahinya mengerut samar sampai tiba-tiba cahaya putih itu keluar dari tubuhnya. Memory yang sempat berputar berhenti, membuat Dhea membuka matanya perlahan.
Rasa pusing, mual, dan lemas mendominasi.
Dhea membuka matanya perlahan, menyesuaikan penglihatannya karena cahaya yang samar-samar mampu menelisik ke ruangan gelap, tempatnya berada. Embusan angin dan bau petrichor menguar, menggelitik indra penciumannya.
Bunyi-bunyi berisik di luar sana membuat gadis itu sadar sepenuhnya. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah, di dalam gedung yang semakin dingin ini, ia masih melihat Angel yang meringkuk di ujung kelas.
Angin kencang yang membuat pohon-pohon di luar sana menari-nari, membuat rantingnya membentur kaca jendela. Menimbulkan bunyi ketukan berkali-kali.
Sadar sepenuhnya apa yang barusan terjadi, Dhea menatap Angel nanar.
Semuanya, memori kelam itu berputar beberapa menit sebelumnya dalam pikiran. Tentang Fanya dan juga Anna. Tentang perjanjian aneh mereka dan kehancuran.
Mereka yang menjunjung arti kata solidaritas, menghormati kebersamaan, dan tidak memprioritaskan harga diri jika memang menyangkut sahabat.
Tapi apa cara itu adalah yang paling benar?
"Kenapa lo lakuin itu?" Pertanyaan itu lolos begitu saja. Dhea mengusap peluh di dahi.
Petir lagi-lagi menyambar seiring derasnya hujan di luar, kilat biru kemerahan tampak masuk lewat sela-sela kaca.
Terdengar tangisan memilukan. Rambut panjang basahnya terurai ke depan. Di antara gelapnya cahaya, Angel masih memeluk dirinya sendiri. Memandang Dhea dari sela rambut basah.
"Menurut lo gue harus apa?"
Pertanyaan ambigu dari Angel membuat Dhea memijat kening frustrasi. Ia sama sekali tidak menyangka Fanya sekejam itu, juga cara Angel yang mengembalikan kondisi Anna yang tidak masuk akal.
"Tapi kenapa harus dengan cara itu?" tanya Dhea.
"Terus pake cara apa? Apa menurut lo nasehatin Anna untuk bisa keluar dari keterpurukannya itu cukup?" Masih dengan suara datar, bibir pucatnya menjelaskan. "Sementara kita gak tau apa yang dia rasain."
"Apa menurut lo itu gak salah--
Angel memotong perkataan Dhea. "Gue rela ngelakuin apa pun untuk orang yang gue sayang. Gue pengen tunjukin ke Anna, bahwa sebenernya bangkit dari keterpurukan itu mudah. Asal kita bisa mengikhlaskan semuanya dan percaya itu yang terbaik."
Dhea terdiam. Angel memang sosok yang luar biasa baik, sayangnya dendam membuat semuanya mengkabut.
Bayangan itu berpendar menjauh, meninggalkan Dhea yang masih melongo sendirian. Mengerjap sebentar sampai akhirnya ia bangkit.
Hari ini dia sadar, ada yang mengincar nyawanya dan juga yang lain.
Yang jelas, bukan Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable Dangerous
HorrorPembunuhan sadis di toilet lantai satu seolah menjadi kutukan kepada siapa pun yang tahu, dan hanya diam. Angel. Siswi Aphrodite yang terkenal kejam dan memiliki julukan iblis telah terbunuh. Terbunuh dengan sadis oleh kekasihnya sendiri. Angel...