-Tentang Semuanya-

930 126 21
                                    

※※※


"APA KABAR?"

Dhea tersentak membuatnya menghentikan langkah saat baru saja keluar dari Rumah Sakit. Matanya  menatap tidak percaya seseorang yang berada di hadapannya saat ini dengan kacamata hitam bertengger di hidung.

Rizna membuka kacamata dan tersenyum miris. "Jengukin Fanya? Kenapa? Udah lupa sama apa yang udah dilakuin dia ke lo."

"Never forget," jawab Dhea singkat. Dirinya menjadi canggung semenjak semuanya terlihat jelas di depan mata Dhea. Saat Rizna lebih mengakui Angel, Anna, dan Bella sebagai sahabatnya.

Dhea tidak merasa sakit hati dan marah saat mengetahui Rizna memiliki sahabat lain, termasuk Angel, atau Fanya sekali pun. Hanya saja, Dhea, Rere, Aul juga sahabatnya.

Tapi Rizna mengatakan tidak dengan semua perilakunya. Ia hanya memanfaatkan mereka.

"Bersatu sama orang berhati busuk kayak Fanya?" tanya Rizna lagi. "Biar apa? Biar lo bisa bebas dari rasa bersalah lo, 'kan?"

"Bukan," ujar Dhea tak kalah datar dengan Rizna. "Justru karena Angel gue sadar, gak semuanya yang ada di dunia ini asli. Yang jauh jadi dekat, dan yang dekat jadi jauh."

"Maksud lo apa?" tanya Rizna merasa tersinggung.

"Rizna, kenapa sekarang lo bisa sebenci ini sama gue?"

"Karena lo tau dan diem saat kejadian itu! Lo ngebiarin Angel mati!" kata Rizna meluapkan emosi.

Dhea diam, ia membenarkan perkataan Rizna yang tak sepenuhnya salah.

"Dan sekarang, lo berpihak sama orang yang salah," kata Rizna lagi.

"Gue sama sekali gak memihak siapa pun. Gue akuin gue salah, tapi bukan cuma gue aja di sini yang melakukan kesalahan. Gue rasa semua yang bersangkutan dalam cerita ini ngelakuin kesalahan fatal yang ngerugiin orang lain."

"Tau apa? Cerita apa? Siapa? Lo bahkan gak tau apa pun tentang gue dan temen-temen gue. Bahkan Fanya?"

"Rommy," kata Dhea membuat riak wajah Rizna sedikit mengeras. "Dia siapa?"

"Bukan urusan lo."

"Fandi bilang, Fanya selalu nyebut nama kalian dan Rommy. Gue emang gak tau apa pun, tapi gue yakin ini semua ada hubungannya, 'kan?"

Rizna terlihat ingin meledak, urat-urat di wajahnya terlihat karena tegang. "Jadi lo belum tau apa pun?"

Bibir Dhea tersenyum miring. "Sayangnya."

"Berhenti ngebuang waktu mencari semua bukti untuk menjebloskan Ayah Yoga ke lapas! Cari tau tentang Fanya, maka lo akan tau sejahat apa dia."

"Sejahat apa pun dia, lo harus mampu belajar untuk memaafkan seseorang. Karena di dalam kehidupan ini gak cuma lo yang memiliki emosi," kata Dhea pelan, ia mengulum bibirnya ke dalam.

"Lo gak tau, Dhe." Suara Rizna bergetar hampir menangis. "Lo gak akan pernah tau apa yang gue rasain."

Dhea menghela napasnya berat. Ia mengakui tidak pernah tahu perasaan Rizna dan alasannya memanfaatkan dirinya. Tapi amarah dan rasa kecewa seseorang tidak dapat di sembunyikan dengan mudah, sekali pun ia mengerti. "Gue gak akan bisa ngerti lo lagi. Karena sekarang lo bukan siapa-siapa."

Perkataan itu begitu menusuk untuk Rizna. Ada rasa mengganjal, bergemuruh dan berkumpul menjadi satu menciptakan rasa sesak di dadanya. Ia tersenyum miris dengan air mata yang turun begitu saja, tapi ia enggan untuk menghapusnya. "Maafin gue atas segala pengkhianatan yang gue bawa untuk lo, Rere, juga Aul. Gue gak maksud."

Unstoppable DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang