Tiffany Side :
Sebuah suara membangunkanku dari mimpi burukku, dan itu adalah suara ibu yang memanggilku.
"Kau tidak apa-apa?" nafasku terengah-engah, dan belum sempat aku menjawab ibu memelukku. Ini sangat nyaman.
"Kau bermimpi buruk lagi?" Dan aku mengangguk, ini sudah hampir seminggu aku memimpikan hal yang sama. Entah mengapa bisa mimpi itu selalu sama, mimpi melihat seorang perempuan yang menangis dihadapanku. Dia bahkan mengguncang tubuhku dengan keras. Tapi aku hanya diam melihatnya menangis.
"Ibu, temani aku" pintaku
Ibu menidurkanku dan menarik selimut untuk kami berdua. Dengan pelan ibu menepuk punggungku. Katakanlah aku kekanakan, tapi mimpi itu benar-benar membuatku takut. Kegelapan malam menyelimuti mimpi itu, hawa dinginnya bahkan seperti menusuk setiap persendian tulangku.
"Tidurlah.. ."
.
.Aku dapat merasakan titik panas pada wajahku, saat mataku terbuka seberkas cahaya masuk dalam pengelihatanku. Dan aku tau itu adalah cahaya matahari pagi, aku merasa lega karena pada akhirnya aku masih bisa terbangun dan melihat dunia ini lagi.
Tentang kejadian tadi malam, aku masih merasa takut untuk tidur. Karena, bisa saja aku tidak bisa membuka mataku lagi. Tapi, karena mimpi itu aku terus saja terbangun, mungkin karena mimpi itu pula aku terbangun dari tidur panjangku.
"Kau sudah bangun" Aku melihat ibu masuk ke kamarku, bersama segelas susu dipagi hari ini, apa yang ibu katakan memang benar ternyata. Aku masih seperti anak kecil.
Aku menerima gelas susu itu, dan masih melihat ibu menatapku dengan wajah hangatnya "Ayo diminum, tunggu apalagi" saat itu juga aku meminum susu itu hingga habis.
"Ayahmu bilang, jika susu itu adalah salah satu obatmu"
"Ayah?"
"Ayahmu sedang dirumah sakit pagi ini, ada operasi yang harus diselesaikanya pagi ini" Pekerjaan ayah memang banyak menyita waktunya akhir-akhir ini, semenjak aku pulang kerumah jarang sekali bisa bertemu dengan ayah. Jika masih dirumah sakit dulu, ayah akan selalu mengunjungiku setiap beberapa jam sekali.
Ibu membenarkan beberapa kotak-kotak hadiah yang kuterima beberapa hari ini dari teman-temanku, aku tidak mengingat mereka tapi dengan tulusnya mereka mendo'akan kesembuhanku.
"Yuri bertanya pada ibu, kapan kau akan siap menari ballerina lagi fany-ah?" Ibu menunggu jawabanku, tapi aku hanya menggelengkan kepalaku, karena aku tidak tahu.
Ibu kembali menghela nafasnya " Baiklah, ibu akan bilang padanya jika kau masih belum siap"
"Ibu, aku ingin menemui Yuri"
.
.Author Side :
Yoona membenarkan beberapa file yang berantakan di atas meja kerja calon suaminya Siwon. Siang ini, dia kembali menunggu Siwon selesai dari rapatnya bersama beberapa pemegang saham perusahaan.
Pintu ruangan terbuka, dan Siwon masuk dengan asistennya "Kalau begitu, beberapa file akan saya kirimkan ke e-mail anda" Yoona melihat asisten Siwon keluar lebih dulu setelah melihatnya berdiri didepan meja kerja milik Siwon.
"Sudah lama menungguku" Siwon memeluk Yoona yang mendekat padanya
"Tidak juga" jawab Yoona tersenyum
"Kita pergi makan siang sekarang?" Siwon tahu, tujuan Yoona berada diruanganya adalah menagih janji makan siang hari ini. Katakanlah ini adalah ucapan maaf dari Siwon, karena telah mengingkari janjinya untuk bertemu Yoona dua hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Woman (Complate)
FanfictionTHAT WOMAN © 2016, Nura Ihsan Taufiko (Nuraihsant). All rights Reserved. __________ "Maafkan aku, maafkan aku Tiffany" Kepedihan sangat terasa disetiap detiknya saat ini. Cincin itu terlepas, dan saat itu juga Siwon melangkahkan kakinya keluar. Meni...