That Woman (9)

845 121 12
                                    

.
.
.

Tiffany Side :

Sudah lewat tiga minggu, aku masih terus berlatih untuk memulihkan syaraf-syaraf motorikku. Menyenangkan rasanya bisa kembali beraktifitas sepeti biasanya, meski dengan hilangnya ingatanku, tapi kabar gembiranya aku mulai mengingat bagaimana aku dulu.

Selalu tertawa, tersenyum tanpa batas. Itulah seorang Tiffany Hwang, setidaknya itu yang diakatakan ayah dan ibuku. Aku bahagia melihat rona bahagia dikedua wajah orangtuaku, karena ketakutan mereka akan kehidupanku kedepanya tak akan pernah terjadi. Tidak akan ada Tiffany yang hidup seperti manakuein bernyawa. Karena aku lebih memilih bangkit dari semuanya. Masa lalu adalah masa lalu.

Masa lalu? Aku selalu ingin mengingat orang-orang di masa laluku. Tapi, aku belum mendapatkan bayangannya. Sampai saat ini, aku masih mendengar suara laki-laki itu.

Tentang seseorang yang pernah kurasakan kehadiranya, saat air mata itu mengering karena belaiannya. Aku ingin tahu, tapi ayah dan ibu mengatakan jika yang datang hanya ada mereka, mereka mengatakan air mata itu mengering karena sapuan mereka. Tapi, aku tahu dan aku bisa membedakan rasa belaian itu dipermukaan kulitku.

Untuk apa mereka menyembunyikan orang itu? Apakah jika aku mengetahuinya aku bisa mengingat semuanya, semua yang kualami? Aku ingin bertemu dengannya.

"Akhhh" Aku menoleh pada sumber suara itu, dan kulihat wanita bernama Im Yoona itu terjatuh tak jauh darikku. Aku juga ikut mendekatinya, melihat apa yang terjadi padanya?

"Kau tidak apa-apa?" Yuri memegang pergelangan kakinya, yang kurasa terkilir.

"Aku tidak bisa berdiri" Jawabnya sembari meringis kesakitan.

"Ayo, kita ke klinik. Kubantu kau berjalan" Aku dan yang lain memandangi Yuri dan Yoona bersama-sama keluar meninggalkan studio. Lagipula, klinik itu tak jauh dari ruangan ini.

.
.

Jam latihan sudah berakhir, dan hari ini. Aku berjalan keluar dengan yang lain. Kami berjalan beriringan sembari berbagi cerita dan menjadi pendengar. Terkadang tertawa bersama, lalu saling berpelukan untuk berpamitan.

"Senior sampai jumpa" Ucap mereka padaku, dan aku hanya berkata untuk berhati-hati dijalan.

Aku masih setia menunggu pelatihku Yuri yang belum kembali dari ruang klinik. Niatku ingin berpamitan padanya langsung, tapi sepertinya pemandangan didepanku menghentikan langkahku. Yoona bersama seseorang laki-laki yang menggendongnya.

Mereka berjalan memunggungiku, tapi aku masih bisa melihat jika itu adalah Im Yoona bwrsama seseorang pernah kulihat sepertinya. Tapi dimana?

"Fany-ah, sedang apa?" Aku sedikit tersentak mendapati Yuri berdiri disampingku.

"Aku ingin berpamitan denganmu, tapi sepertinya kau sudah disini"

"Baiklah, pulanglah dengan berhati-hati" Dia pergi meninggalkanku, dan akupun kembali lagi menatap punggung laki-laki itu. Yoona sudah berada didalam mobil, dan laki-laki itu pergi ke kursi pengemudi. Sekilas aku bisa melihat wajahnya, tapi setelah itu dia menghilang dari pandanganku.

Saat aku berjalan, mobil itu juga pergi menjauh dari halaman gedung ini.

.
.
.

Author Side :

Yoona diam, dia masih meredam sakitnya dihadapan Siwon yang menjemputnya sore ini. Dia sangat merutuki kelakuan Yuri yang mengangkat telfon dari Siwon tanpa sepengetahuanya. Seharusnya, pelatihnya itu diam dan tak mengatakan tentang keadaanya. Karena Yoona benci terlihat lemah dihadapan orang yang disukainya, maupun yang dibencinya.

That Woman (Complate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang