.
.Author Side :
Jongki mengenderai mobilnya menuju perusahaan yang sudah ia ambil alih kedudukanya dari ibunya. Dia tidak menyesal, karena lambat-laun memang dia yang harus mengambil alih kerajaan bisinis ayahnya. Itu sudah ditentukan dan dituliskan dalam surat wasiat ayahnya.
Saat tiba diperusahaan, beberapa bawahanya telah menungguny diluar gedung. Demi menyambut pemimpin perusahaan yang baru, dan Jongki hargai itu.
"Terimakasih sudah menyambutku" balas Jongki dengan saling menunduk dan menghormati yang lebih tua darinya.
Langkahnya terhenti, karena Siwon sudah berdiri tak jauh dari pandanganya, dan melebarkan dua tanganya untuk memberi ucapan selamat. "Selamat datang di dunia yang kau sebut dengan, membosankan" Kata-kata Siwon memang seperti menyindir, tapi Jongki tahu jika sepupunya ini berhasil membuatnya masuk dalam perangkap dunia bisnis.
"Te rimakasih atas ucapanmu, Sepupu" Dan kekehan mereka hanya dapat senyum hangat dari sekitarnya.
.
."Bibi pasti sedang tertawa gembira mendengar kau sudah mau dengan serius pergi ke perusahaan" Jongki tersenyum, mengingat tingkah ibunya yang berbeda pagi ini .
"Iya, semua itu juga karena kau" Ya bukan hanya Nyonya Song yang membuat Jongki mau memilih meneruskan usaha ayahnya. Tapi, juga karena Siwon yang terus menceramahinya.
Mereka berdua saling tertawa seperti biasanya, "Selamat atas pertunanganmu"
Siwon terdiam dari tawanya, sebelum mengatakan terimakasih pada Jongki.
"Dan setelah itu, aku juga akan mengucapkan selamat padamu"
"Jangan mencuci otak ibu untuk menjodohkanku, Siwon"
"Bisa saja" Jawab Siwon enteng.
Tapi Jongki hanya menggelengkan kepalanya, cukup sudah dia menerima apa yang di inginkan keluarganya, termasuk berhenti bermimpi menjadi seorang pianist. Jongki ingin, urusan pribadinya dia sendiri yang menentukan tanpa campur tangan orang lain. Karena ini, menyangkut masalah hati.
Setidaknya, pendamping Jongki tidak seperti wanita yang membuatnya kehilangan fungsi sempurna jari-jarinya. Karena wanita yang dulu dicintai Jongki, tega melakukan hal itu padanya demi persaingan di antara pianist.
"Bagaimana jika aku mengundang Boyoung ke acara pertunanganku ?" Goda Siwon
Baru saja Jongki berfikir tentang mantan kekasihnya sejak SMA itu, dan kini sepupunya Siwon sudah menyebutkan nama yang ingin dia lupakan itu. Benar-benar mengesalkan.
"Itu adalah hakmu, mengapa bertanya padaku?"
"Tapi aku juga ingin kau datang" Ucap Siwon yang masih menunggu reaksi kesal Jongki.
"Jika aku tidak sibuk" Jawab Jongki yang mengangkat beberapa file perusahaan yang sudah ada di atas mejanya. Siwon mencibir, mengatakan jika hal seperti itu tidak akan pernah membuat orang seperti Jongki bisa sibuk. Kecuali, dengan alasan dia tidak hadir karena ingin menghindari masa lalu.
.
.Tiffany kembali lagi hari ini, dan kali ini dia sudah berganti pakaian seperti murid-murid ballerina lainnya. Lekuk tubuh Tiffany tidak berubah, meski dia koma dan berat badanya menurun, tapi orang-orang disekitarnya tetap saja iri pada bentuk tubuhnya yang indah ketika menjadi ballerina ternama dulu.
"Fany-ah, kita lakukan gerakan pemanasan lebih dulu. Agar ototmu tidak kram" Tiffany mungkin lupa tata cara dia menari, tapi tubuhnya tidak. Dengan sekali gerakan, dia sudah memuaskan apa yang ingin Yuri lihat lagi dari Tiffany selama tiga tahun terakhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Woman (Complate)
FanfictionTHAT WOMAN © 2016, Nura Ihsan Taufiko (Nuraihsant). All rights Reserved. __________ "Maafkan aku, maafkan aku Tiffany" Kepedihan sangat terasa disetiap detiknya saat ini. Cincin itu terlepas, dan saat itu juga Siwon melangkahkan kakinya keluar. Meni...