.
.
.
.Jongki Side :
Aku tidak perduli, jika orang-orang yang berada disekitar ruang kerjaku terganggu dengan permainan pianoku. Beginilah caraku mengeluarkan semua keluh,kesah, amarah, dan juga terkadang rasa bahagiaku.
Tapi permainanku berhenti, ketika rasa nyeri itu datang menyengat di sekitar pergelangan tanganku. Ringisanku membuat sekertarisku seketika membuka pintu ruang kerjaku.
"Anda baik-baik saja?" Lee kwangsoo, menanyakan kekhawatiranya padaku.
"Tidak apa, keluarlah" Jujur aku tidak berniat untuk mengusirnya, ini bukan aku yang harus bersikap kasar pada orang lain, tapi aku sedang tidak berminat berbicara pada siapapun.
"Kwangsoo" Aku tahu dia berbalik dengan cepat saat aku memanggilnya. "Iya Sajangnim ( Bos)" Sahutnya dari ambang pintu keluar.
"Kosongkan jadwalku, aku harus bertemu seseorang hari ini"
.
.Rumah sakit Taehwa, aku dan Dokter Hwang membuat janji siang ini. Ada beberapa hal yang mengusik fikiranku belakangan ini, jangan menduganya. Ini bukan tentang puterinya yang tiba-tiba melupakanku, bahkan meninggalkanku secara sepihak. Ini tentang. .
"Apa yang kau rasakan?"
"Pergelangan tanganku, kenapa rasa sakitnya terasa lagi?"
Dokter Hwang meneliti catatan medisku, dia terpaku pada layar komputernya sebelum akhirnya kembali menatapku. Dan yang kutahu itu hasilnya akan sedikit tidak mengenakan.
"Apa yang kau lakukan pada pergelangan tangnmu?" Keningku mengerut, bagaimana bisa Dokter Hwang bertanya, seolah dia tahu. Jika beberapa hari yang lalu, aku menghantamkan tanganku dengan kesalnya kesebuah tembok.
"Kenapa?"
"Kau harus berhati-hati Jongki-ah, kau tahu bukan didalam tulangmu itu tertanam sebuah alat untuk membantu agar pergelanganmu iu tidak bergeser?"
"Hmm aku tahu itu"
"Aigoo anak ini, kau sudah tahu kondisimu. Tapi kau tidak berhati-hati"
Aku tersenyum masam mendengar omelan Dokter Hwang, dia mencoba menghiburku tapi aku hanya bersikap biasa saja. Wajahnya berubah datar ketika melihat reaksiku sekarang ini, cukup sudah aku tidak mau mendengar kata maaf dan penyesalanya.
"Aku harap, dia akan mengingatku walau hanya sebagai temanya" Ucapku sebelum memutuskan untuk pergi.
Saat aku membuka pintu ruangan Dokter Hwang untuk keluar, aku menghela nafasku berat seraya memandangi pergelangan tanganku yang terlihat memerah. Jujur rasanya sangat menyengat dan perih, tapi aku hanya bisa tersenyum tipis saat semuanya harus kurasakan lagi sekarang.
.
.Auhtor Side :
Tiffany berjalan langkah pastinya menaiki sebuah lift, yang memang sudah penuh sesak oleh penumpang didalamnya. Dengan berhati-hati, dia menyelinapkan tubuhnya dari kerumunan orang yang memang sedang terburu-buru untuk kembali bekerja ke ruangan mereka masing-masing.
Tapi, saat pintu lift akan tertutup. Masih saja ada orang yang ingin mengganjal masuk kedalamnya. Dan orang terakhir itu masuk, dengan berdiri disamping Tiffany.
"Dilantai berapa mereka semua turun?" Gumam Tiffany pelan pada dirinya sendiri.
Sesaat kemudian, suara denting pintu lift terdengar. Mereka baru saja tiba di lantai lima. Sementara Tiffany harus naik ke beberapa tingkat lantai lagi. Tanpa ia duga, saat kerumunan karyawan itu keluar, orang -orang disekitarnya membuatnya terhimpit ke dinding lift. Namun, salah satu dari mereka mencoba untuk menjaga tubuh Tiffany tidak menahan sakit terhimpit di lift yang kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Woman (Complate)
FanfictionTHAT WOMAN © 2016, Nura Ihsan Taufiko (Nuraihsant). All rights Reserved. __________ "Maafkan aku, maafkan aku Tiffany" Kepedihan sangat terasa disetiap detiknya saat ini. Cincin itu terlepas, dan saat itu juga Siwon melangkahkan kakinya keluar. Meni...