Teil 6 (der Tag des Eingriffs-menjelang hari pertunangan)

4K 228 21
                                    

( Edited )


Langit yang semulanya benderang kini berubah menjadi gulita. Namun kebisingan sepanjang jalan beraspal selalu terniang di telinga gadis yang tidak begitu merona menjelang hari peresmian hubungannya bersama sang kekasih.

Sejak kejadian mengejutkan beberapa waktu yang lalu. Tidak sedikit pun kotak memori Amanda melupakan hari itu. Bahkan sekadar mengingatnya kembali saja membuat organ berdetak itu terasa sakit karena saking berdegup sangat cepat.

Apalagi sikap cowok yang telah melakukan hal itu tidak menampilkan raut serba salah ataupun kecanggungan sedikit pun. Tingkah laku Arga malah membuat Amanda semakin bingung. Arga berubah seratus delapan puluh derajat dari biasanya.

Sehari setelah moment itu. Arga lebih sering tersenyum. Bahkan tertawa lepas. Tidak pernah tidak hadir di antara kumpulan makhluk terkece yang Haka sendiri membuat nama itu. Dan yang membuat Amanda sulit percaya ketika Arga mulai bertingkah sama seperti Haka. Berani menjahili Amanda.

Pikirannya tidak pernah berhenti bertanya tentang Arga. Gadis itu ingin sekali berbicara empat mata dengan si tersangka. Akan tetapi Amanda tidak pernah mempunyai kesempatan berbicara dengan Arga. Hanya berdua. Entah Arga sengaja menghindarinya atau memang Amanda sendiri yang tidak pintar mengatur waktu untuk itu.

Entahlah.

Yang jelas sampai detik ini Amanda masih dalam kebingungan tingkat tinggi.

Benaknya sama sekali tidak terhubung ke acara lusa yang sudah di depan mata. Moment yang menjadi awal masa depan untuknya. Jiwa, hati , dan otaknya hanya tertuju pada Arga.

Gadis itu tidak menyadari akan bahaya jika ia terus melakukan ini. Sebab itu bisa berdampak dahsyat bagi kehidupannya.

Amanda membaringkan tubuhnya tak bersemangat. Wajahnya mengadah ke plafon kamarnya. Tangannya melempar ponsel ke udara dan menangkapnya. Kegiatan yang bisa saja mencelakai wajahnya berlangsung sejak lima menit yang lalu.

Setelah Bimo meneleponnya untuk memberitahukan kalau besok Amanda harus merapikan diri dan akan menjemputnya jam enam pagi. Karena hari Sabtu sudah dipastikan hampir semua jalan utama akan mengalami kepadatan.

Ponsel Amanda bergetar tepat saat tangan kecil itu menangkapnya. Amanda menggeser layar kunci, dan melihat nama Arga yang mengiriminya pesan Line. Tersentak Amanda bangkit dari posisi tidurnya.

Arga Dwi Putra : bisa nggak besok gue minta waktu lo sebentar sebelum lo berangkat ke Bandung. Satu jam aja.

Matanya membelalak tak percaya. Meski hati kecil Amanda memang menunggu hal ini terjadi. Mungkin segala kebingungannya beberapa hari ini akan terjawab.

Jari-jari Amanda lansung mendarat dan menekan-nekan tombol di layar ponselnya. Amanda mengiyakan pesan Arga. Ia tidak memikirkan kembali dampaknya. Kalau Amanda harus mencari alasan yang tepat untuk izin hal ini ke Bimo.

Arga Dwi Putra : besok di Taman komplek deket kosan lo jam sepuluh.

Amanda berbinar. Tidak sabar untuk besok. Tapi tiba-tiba ia tersentak. Teringat akan sesuatu.

Amanda kembali mencari ikon panggilan di layar utama ponselnya. Meletakkan benda persegi itu ke telinganya.

"Halo, Bim?"

"Iya, sayang. Barusan udah telpon, sekarang kamu nelpon lagi. Udah kangen, ya?"

Amanda nyengir. Bukan itu yang sebenarnya ingin ia sampaikan.

"Gini, Bim. Aku ...." Amanda ragu mengutarakan keinginannya. Ia masih harus mencari-cari alasan agar tidak ada sediki tpun celah untuk Bimo mencurigainya.

Ich Liebe Dich [ Completed ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang