Teil 27 ( Passendes Kleid - Fitting Dress )

2.6K 189 19
                                    

Aku tidak mampu , aku tidak bisa, dan aku rapuh. Saat dirimu benar-benar akan menjadi miliknya.

Arga Dwi Putra

•••••

Arga menutup pintu kamarnya sekeras mungkin dengan tenaga laki-laki yang ia punya. Kemungkinan besar engsel pintu itu akan rusak. Bagaimana tidak? Saat ini seluruh otaknya dipenuhi dengan emosi yang membara.

Bukan marah kepada siapa-siapa, melainkan kepada keadaan yang harus ia jalani saat ini.

Arga geram pada dirinya karena tidak bisa benar-benar melepas Amanda dalam hidupnya. Hatinya terlalu sakit untuk kehilangan cintanya. Meski bibir berkata sanggup, tidak ada sedikit pun rasa ikhlas dalam hatinya untuk melakukan hal menyakitkan itu.

Arga duduk di kursi meja belajarnya. Menopang dagunya dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja. Matanya terpejam mengingat kembali apa yang baru saja ia katakan ke gadis itu.

Kalimat yang sudah pasti menyakitkan untuk gadis yang disayanginya.

Maafin aku, Amanda.

Terdengar suara pintu yang terbuka. Anisa memasuki kamar putranya dengan langkah yang halus. Mendekati Arga dan berdiri di sampingnya.

"Mama bisa merasakan apa yang kamu rasakan," ucap Anisa memegang bahu Arga, lalu melingkarkan tangan di leher Arga. Memeluknya.

Arga yakin bahwa mamanya mendengar apa yang menjadi obrolannya dengan Amanda tadi.

Beberapa detik Arga berada dalam dekapan hangat Anisa. Sejujurnya hati cowok itu terasa lebih tenang dibanding sebelumnya. Kekuatan cinta seorang ibu memang dibutuhkan pada saat-saat seperti ini.

Anisa melepas pelukannya. Berpindah posisi duduk di tepi kasur, di belakang Arga.

"Yang harus kamu lakukan adalah menghabiskan waktu yang tersisa bersama Amanda, bukannya menjauh. Memang tidak baik kedengarannya, tapi kamu tetap bisa menjadi teman baik untuk Amanda."

Arga membuka matanya yang sedaritadi hanya terpejam. Mengangkat wajahnya seraya dengan kedua tangan yang terjatuh di meja.

"Apapun yang kamu lakukan, mama tetap dukung kamu. Mama yakin dengan adanya masalah ini, kamu akan semakin dewasa. Mama percaya sama kamu, Sayang," ucapnya lagi dengan senyum khas seorang ibu. Begitu lembut dan penuh kehangatan.

Dari meja belajarnya, Arga menghampiri Anisa duduk di tepi ranjang.

"Arga bersyukur punya mama hebat kayak mama." Cowok itu memeluk mamanya.

•••••

Menangis dan menangis. Itulah yang dilakukan Amanda semalaman suntuk. Sudah dua hari ini ia tidak bisa benar-benar tertidur pulas. Semua karena Arga, lagi-lagi selalu Arga.

Matanya sembab, tubuhnya yang langsing semakin mengecil lantaran benaknya yang terus tertekan karena masalah ini. Bahkan Amanda tidak peduli lagi kalau saat ia melakukan fitting gaun, wajahnya akan berantakan.

Berulang kali Amanda menghubungi Haka, masih saja ia tidak bisa berbicara lebih banyak selain menangis dan mengucapkan kata, "Arga".

Haka sampai serba salah sendiri. Ia tidak tahu harus melakukan apa ketika Amanda menghubunginya tengah malam sampai menjelang subuh. Yang bisa Haka lakukan hanya menunggu pagi dan langsung mencari ke sumber masalahnya.

Ich Liebe Dich [ Completed ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang