Chapter 1 - Hanif

204 20 3
                                    

Ya itulah sekilas percakapan seorang gadis bernama Dinda bersama kakak kelas yang saat ini sedang dikaguminya. Ia bernama Azhar. Laki-laki yang menyukai olahraga basket itu telah mencuri hatinya sejak hari pertama diadakan MOS.

"Eh Nin, chat gue dibales sama Kak Azhar!" ujar Dinda kepada sahabatnya, Nindya.

"Oya? Terus gimana? Ceritain, dong!" pintanya

"Nih lo liat sendiri." Dinda menyerahkan handphone miliknya kepada Nindya.

"Kak Azhar tuh ternyata emang baik ya orangnya. Tapi kenapa dia jomblo, ya? Masa iya ngga ada yang mau sama orang kaya dia." ujar Dinda

"Mungkin emang dia lagi pengen sendiri kali." jawab Nindya

"Bisa jadi sih, Nin."

***
Keesokan harinya Dinda melihat Azhar sedang bermain basket di lapangan. Dengan memegang kamera yang dibawanya, Dinda memotret Azhar yang sedang memasukkan bola ke dalam ring secara diam-diam. Ya inilah hobi Dinda, fotografi. Baginya fotografi adalah segalanya. Menurutnya, melalui foto kita bisa mengabadikan sesuatu. Maka dari itu, kamera adalah barang yang selalu dibawa kemanapun ia pergi.

"Nih kak buat lo. Gue tau lo lagi butuh ini." ujar Dinda memberikan sebotol air mineral dan sapu tangan kepada Azhar.

"Oh iya makasih ya. Btw lo yang kemaren chat gue, kan?" Azhar menerima pemberian darinya.

"Hehe iya kak. Yaudah gue duluan ya." pamit Dinda. Baginya mengetahui bahwa Azhar sudah mengenalnya saja sudah cukup membuatnya senang.

Setelah pergi dari hadapan Azhar, bel masuk berbunyi. Dinda segera mempercepat langkahnya agar ia sampai di kelas sebelum gurunya sampai di kelas. Beruntungnya Dinda sampai di kelas sebelum gurunya.

"Eh, kemana aja lo? Daritadi gue nyariin lo tapi malah ngga ketemu. Padahal gue udah takut kalo lo telat masuk kelas." tanya Nindya.

"Tadi gue abis ketemu sama Kak Azhar." jawab Dinda santai

"WHAT??" Dinda segera menutup mulut Nindya seraya memberikan cengiran khasnya pertanda meminta maaf kepada teman-temannya yang langsung menatap ke arah mereka saat Nindya berteriak.

"Dinda lo apa-apaan sih segala nutup mulut gue. Gue kan---" ucapan Nindya terpotong ketika melihat Pak Ramdan selaku guru sejarah masuk ke kelas mereka.

***
"Din, sekarang ceritain sama gue gimana lo bisa ketemu sama Kak Azhar?" tanya Dinda setelah jam pelajaran telah berakhir.

"Mending kita ke kantin deh. Biar enak gue jelasin ke lo nya juga." Akhirnya mereka berdua pergi menuju kantin.

"Udah sekarang jelasin ke gue secara rinci kenapa lo bisa ketemu sama Kak Azhar. Ngga boleh ada yang dipotong!" Mereka melanjutkan pembicaraan ketika jus melon dan jus jambu pesanan mereka telah ada di hadapan mereka.

"Jadi tuh tadi kan gue lagi keliling sekolah. Terus kebetulan di lapangan ada Kak Azhat lagi main basket. Yaudah karena kebetulan gue bawa kamera, gue foto aja diem-diem. Terus pas dia udah selesai main basket gue kasih dia air mineral sama sapu tangan." Dinda menyeruput jus melon dihadapannya.

"Tapi akhirnya dia tau ngga kalo orang yang ngechat dia itu lo?"

"Tau kok."

"Eh Din, gue duluan ya. Bang Riza udah jemput gue." Nindya segera meninggalkannya ketika sang kakak sudah menunggu di parkiran.

Setelah Nindya pulang, Dinda juga segera pulang ke rumahnya dengan menggunakan angkutan umum. Dinda memanglah orang kaya, tetapi ia selalu menolak ketika sang mama memintanya untuk dianter jemput oleh sopir pribadinya. Entahlah apa yang membuat Dinda lebih memilih angkutan umum dibanding dianter jemput oleh sopirnya. Yang Dinda tahu, ia lebih nyaman menggunakan angkutan umum.

"Kiri, Bang!" Dinda turun di depan komplek rumahnya. Ia segera memberikan 1 lembar uang 10.000. Saat ia sedang menyerahkan uang tiba-tiba turunlah seorang laki-laki. Ia nampak sedang mencari sesuatu di dalam kantongnya. Tampak panik meliputi wajahnya.

"Yah bang dompet saya ketinggalan di halte tadi, Bang." Laki-laki itu berkata dengan penuh hati-hati.

"Yah gimana sih dek. Kalo emang ngga punya uang bilang aja. Ngga usah pake alasan segala!" ujar sang sopir. Sejenak Dinda memperhatikan kedua orang tersebut.

"Yaudah bang. Dia biar saya bayarin aja. Segitu cukup, kan?" ujar Dinda

"Iya neng cukup. Eh kamu, lain kali sebelum naik angkot cek dulu uangmu ada atau tidak. Masih untung hari ini kamu diselamatin sama neng ini. Berterima kasihlah padanya. Padahal tadinya saya ingin kamu menjadi kenek saya seharian." ujar sang sopir lalu pergi meninggalkan kami berdua.

"Ehm.. makasih ya. Kalo ngga ada kamu mungkin saya udah jadi kenek seperti yang sopir tadi bilang." ujar laki-laki tersebut.

"Iya sama-sama." ujar Dinda tersenyum.

"Oiya, nama lo siapa? Btw nama gue Hanif." Laki-laki yang diketahui bernama Hanif itupun mengulurkan tangannya.

"Gue Dinda"

"Yaudah gue duluan, ya." Dinda meninggalkan Hanif lalu berjalan menuju rumahnya.

Setelah mengganti bajunya, Dinda segera menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya. Itu adalah kamar kakaknya. Dinda mempunyai 1 kakak perempuan bernama Dini.

Tok..tok..

"Masuk aja." Dinda segera masuk ke dalam kamar bernuansa hijau tersebut.

"Eh lo dek. Ada apa?" ujar Dini ketika menyadari bahwa yang masuk ke kamarnya adalah sang adik.

"Lo tau cowok yang lagi gue taksir, kan?" Dinda duduk di salah satu sofa yang ada di kamar tersebut. Sedangkan Dini masih tengkurap di ranjang miliknya.

"Iya tau. Si Azhar kan? Kenapa dia?"

"Tadi gue ketemu dia terus sempet ngobrol sama dia."

"Berarti dia udah tau dong kalo lo yang chat dia?"

"Iya udah."

"Kalo menurut gue sih ya, jangan sampe dia tau kalo lo suka sama dia." Dini mengubah posisinya menjadi duduk.

"Emang kenapa, kak?"

"Ya kan kita ngga tahu sikap dia gimana pas tau kalo lo suka sama dia. Yang gue khawatirin sih takutnya dia menjauh dari lo pas tau dia suka sama lo." ujar Dini

"Gitu ya, kak?"

"Iya. Makanya gue saranin sih lo biasa aja sama dia. Ngga usah nunjukin banget kalo lo suka sama dia. Terus kalo lo ketemu sama dia usahain ngga usah gugup. Oke?"

"Oke kak. Makasih ya lo udah ngasih masukan buat gue."

"Iya sama-sama. Eh ngomong-ngomong lo udah makan belom? Kalo belom makan dulu, yuk!" ajak Dini

"Yuk!"

To be continued...

Maaf baru sempet next. Semoga ceritanya memuaskan yaaa..
Jangan lupa vote + comment ya. Karena vote kalian sangat berarti 😊
See ya 👋

-15 November 2016-

Photograph (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang