Chapter 4 - Ijal

98 12 3
                                    

🎵Meghan Trainor - Just a Friend to You🎵

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan seorang gadis yang sedang termenung di balkon kamarnya. Ia segera membuka pintu tersebut untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintunya.

"Kak, jalan ke mana gitu, yuk!" ajak Dinda setelah sang kakak membuka pintu kamarnya.

"Engga, ah. Mager." ujar Dini singkat.

"Ayolah, Kak. Please..." pinta Dinda dengan wajah memelas.

Dini yang tidak tega melihat wajah adiknya itu menghela napas. "Yaudah ayo. Kakak ganti baju dulu."

Setelah mendengar ucapan sang kakak, Dinda segera menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian. Ia hanya memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos lengan panjang berwarna biru dongker yang bertuliskan 'no more cry'.

Sesudah itu ia mengambil sebuah slingbag lalu memasukkan beberapa barang yang perlu dibawanya. Dari mulai dompet, handphone, earphone, dan tak lupa kamera SLR miliknya.

📷📷📷

Mereka--Dinda dan Dini-- menggunakan jasa taksi online untuk mengantar mereka ke taman kota. Biasanya, taman kota memang selalu ramai. Tetapi, jika hari libur tiba pengunjung akan bertambah dua kali lipat dibanding hari biasa.

Sesampai di taman kota, mereka berpencar. Dinda yang sibuk mengambil beberapa gambar dengan kamera miliknya, sedangkan Dini sibuk dengan buku sketsanya. Ya. Hobi Dini adalah melukis. Sudah banyak karya lukisan yang dibuat oleh Dini. Tetapi, ia tidak pernah menunjukkan hasil lukisannya kepada siapapun kecuali orang terdekatnya.

"Aduhh..." ringis seorang anak kecil perempuan yang diperkirakan berusia 5 tahun. Ia duduk sambil menekuk lututnya yang terasa sakit. Dinda yang melihatnya segera menghampiri anak tersebut.

"Kamu kenapa?" Dinda membawa anak tersebut untuk duduk di salah satu bangku yang berada di taman tersebut.

"Ja-jatoh, Kak. Sa-sakit..." jawab anak tersebut diiringi isakan kecil.

"Kamu tunggu di sini bentar, ya. Kakak mau beliin obat dulu buat kamu." Anak itu mengangguk kecil. Dinda meninggalkan anak tersebut dan segera membeli obat luka dan plester. Setelah mendapat obat dan plester, ia kembali dan mulai mengobati anak kecil tersebut.

"Selesai. Nah, kamu nggak boleh nangis lagi, ya. Bentar lagi juga sembuh." ujar Dinda.

"Makasih ya, Kak. Kakak udah baik banget sama aku." Anak kecil tersebut tersenyum manis. Dinda yang merasa gemas, segera mencubit pipi tembam anak tersebut.

"Sama-sama, sayang. Oh iya, ngomong-ngomong nama kamu siapa? Terus kamu sama siapa ke sini?" tanya Dinda seraya mengusap lembut rambut anak tersebut.

"Nama aku Tiara, kak. Aku sama tante aku tadi. Terus tiba-tiba aja aku pisah sama tante aku. Jadinya aku nggak tau di mana tante sekarang." jawab anak tersebut.

"Yaudah kakak bantuin kamu cari tante kamu ya. Yuk!" Dinda membantu anak tersebut untuk mencari tantenya.

Setelah sudah kurang lebih 30 menit berkeliling taman, Dinda tetap tidak menemukan tantenya Tiara. Karena sudah lama berjalan, ia dan Tiara mampir ke sebuah kedai es krim. Saat mereka sedang menyantap es krim, tiba-tiba ada seorang wanita yang diperkirakan berusia hampir memasuki kepala 4 menghampiri mereka.

Photograph (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang