Chapter 3 - Mira

115 15 4
                                    

"Eh, Bro! Sini kumpul!" panggil seorang laki-laki berkulit sawo matang yang diketahui bernama Rifat. Sedangkan laki-laki yang dipanggil segera menghampiri teman-temannya tersebut.

"Abis dari mana lo, Zhar?" tanya laki-laki bermata sipit yang bernama Erik.

"Abis bantuin adek kelas tadi." jawab Azhar yang baru saja duduk di sebelah Rifat.

"Wih.. tumben lo bantuin orang. Biasanya juga bodo amat kalo ada yang mau minta tolong sama lo." Rifat mengambil bakso yang ada di mangkok Erik.

"Apa-apaan sih lo, Fat. Udah abis juga masih kurang aja." Erik mendengus kesal sedangkan Rifat hanya terkekeh.

Azhar menghiraukan teman-temannya yang sedang bertengkar. "Yaelah gini-gini gue juga masih punya rasa kasihan kali. Sebenernya kalo bukan cewek juga ogah gue tolongin."

"Oh jadi adek kelas itu cewek? Namanya siapa? Kelas berapa? Cantik nggak? Kalo cantik buat gue, dong!" Erik yang tadinya masih kesal dengan Rifat langsung menatap Azhar dengan mata berbinar.

Rifat menoyor kepala Erik. "Dasar playboy cap badak! Urusin dulu tuh si Rindi. Udah punya pacar juga masih aja ngelirik cewek lain. Gue laporin Rindi baru tahu rasa lo!"

Rindi merupakan siswa kelas 11 IPS-1. Selain cantik, Rindi juga sangat ramah kepada semua orang. Itulah yang membuat Erik jatuh hati kepada Rindi. Mereka telah berpacaran sejak 1 bulan yang lalu.

"Yaelah, orang gue cuma nanya doang. Lagian gue nggak bakal pindah ke lain hati, kok. Jadi, siapa nama adek kelas itu, Zhar?" tanya Erik penasaran.

"Namanya Dinda. Anak kelas 10 IPS-3. Dulu gue sempet bimbing dia waktu MOS. Orangnya ya lumayan cantik lah. Tapi masih cantikan Mira." jawab Azhar yang setelah itu disoraki oleh kedua temannya.

"Lo masih berharap sama Mira? Katanya dulu lo sama dia cuma sahabatan doang?" tanya Rifat yang merupakan sahabat Azhar dari SMP.

"Ya lo taulah kalo tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan kecuali salah satu dari mereka mempunyai perasaan yang lebih. Dan gue harap Mira juga punya perasaan yang sama ke gue." jelas Azhar.

"Emang si Mira itu sekolah di mana, sih? Terus orangnya gimana?" Erik yang tidak satu sekolah dengan mereka --Azhar dan Rifat-- memang belum pernah bertemu dengan Mira. Wajar saja jika ia bertanya seperti itu.

Azhar mengubah posisi duduknya. "Dia anak SMA Garuda. Anaknya cantik, baik,pinter, ramah, dan gampang bersosialisasi. Entar kapan-kapan gue kenalin, deh."

Bel seketika berbunyi. Azhar dan teman-temannya segera meninggalkan kantin. Di tengah perjalanan, Azhar berpisah dengan kedua temannya. Karena ia harus mengikuti rapat OSIS dan memang jalur untuk menuju ruang OSIS tidak searah dengan jalur menuju kelas. Di antara mereka bertiga, memang hanya Azhar yang merupakan anggota OSIS. Di tengah perjalanan, Azhar bertemu dengan Bu Ria.

"Nah, kebetulan ada kamu, Zhar. Ibu bisa minta tolong sebentar, nggak?" Bu Ria menatap Azhar penuh harap.

"Bisa kok, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Azhar sopan.

"Tolong kamu beritahu kelas 10 IPS-3 untuk mengerjakan soal-soal ini. Ibu nggak bisa hadir karena ada rapat di dinas. Jadi ibu minta tolong banget ya sama kamu. Kamu kasih aja ke ketua kelasnya, biar dia yang bagiin ke temen-temennya. Jangan lupa bilangin hari ini harus selesai, terus jangan lupa bilangin ketua kelasnya buat ngumpulin di meja ibu. Ibu pamit ya soalnya udah ditungguin guru-guru lain. Makasih ya, Zhar!"

Setelah memberikan beberapa lembar soal matematika, Bu Ria langsung pergi meninggalkan Azhar. Ia yang sudah hampir setengah perjalanan terpaksa harus memutar balik untuk menuju kelas 10 IPS-3.

Photograph (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang