Chapter 12 - The Big Smoke

11 3 0
                                    

Suasana Kota London saat ini tampak ramai. Berbagai manusia mulai dari masyarakat asli London ataupun turis asing memadati pusat kota. Seperti biasa pagi ini ia akan berangkat ke sekolahnya.

Ya. Sudah sebulan ia menetap di kota ini. Menjalani berbagai aktivitas rutin di usianya yang belum genap memasuki 17 tahun bukanlah hal yang mudah. Awalnya, ia merasa sulit beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, perlahan ia mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, termasuk tetangga sebelah kamar di apartemennya.

Tetangga sebelah kanannya merupakan sepasang suami istri yang belum dikaruniai seorang anak. Walau begitu, mereka sangat ramah kepada Dini. Bahkan mereka sudah menganggap Dini sebagai anak mereka sendiri.

Sedangkan tetangga sebelah kirinya merupakan seorang laki-laki berkebangsaan Indonesia sama seperti dirinya. Bahkan ia satu sekolah dengan Dini. Ia adalah Alif Pratama. Ternyata ia juga mendapat beasiswa sama seperti Dini. Hal ini yang sangat disyukuri oleh Dini karena dengan begitu ia tak kesulitan mencari teman.

Pagi ini seperti biasa Dini akan membuat sarapannya sendiri. Tak sulit, hanya semangkuk oatmeal dan segelas susu. Sejak tinggal di Inggris, ia mulai belajar memasak sendiri. Terutama masakan khas Indonesia seperti nasi goreng, sayur sop, sayur asem, ayam goreng, dan lain sebagainya.

Bunyi pemberitahuan dari ponsel miliknya membuat ia memberhentikan sarapannya. Dilihatnya terdapat sebuah pesan dari seseorang yang akhir-akhir ini selalu bersamanya.

Alif Pratama
Udh siap blm?

Dini M. Sari
Lg sarapan. Ke sini aja.

Alif Pratama
Ok.

Tak lama kemudian, munculah sosok tersebut. Ia segera menghampiri sang tuan rumah yang sedang sarapan.

"Lo udah sarapan?" tanya Dini ketika Alif sedang berjalan ke arahnya.

"Udah, kok," jawab Alif.

"Pake apa?" tanya Dini lagi.

"Pake roti," sahutnya yang dibalas anggukan oleh Dini.

"Tugas dari Mr. Matt udah dikerjain?"

Dini yang sedang menaruh mangkuk dan gelasnya di wastafel menjawab, "Udah. Kenapa? Mau liat?"

Alif berdecak sebal, "Yee sorry, ya. Ini Inggris bukan Indonesia. Masih zaman nyontek PR orang?"

Dini tak menjawab melainkan tertawa keras. Ia masih ingat ketika masih di Indonesia Alif selalu menyontek PR miliknya. Sebenarnya ia merupakan murid yang cerdas. Buktinya ia bisa mendapat beasiswa ke Inggris. Tetapi satu kelemahannya, yaitu malas. Ia sangat malas mengerjakan tugas yang dibawa pulang ke rumah, akhirnya ia memilih mencontek dengan Dini di pagi harinya.

"Udah ayo berangkat! Nanti telat jangan salahin gue, lho!" perintah Alif. Dini segera mengambil tas di kamarnya lalu mereka berdua berangkat dengan menggunakan sepeda.

Ya, karena jarak apartemen dengan sekolah mereka tidak begitu jauh, mereka memutuskan untuk naik sepeda. Bahkan tak jarang mereka berjalan kaki. Selain karena bersepeda dan berjalan kaki membuat badan menjadi lebih sehat, mereka juga menjadi lebih hemat.

📷📷📷

Sinar matahari siang ini begitu terik. Beberapa orang meneduh di halte untuk menghindari panas matahari yang sangat menyengat menyentuh kulit. Para pengendara juga sudah mulai tak bersabaran menunggu lampu hijau. Ditambah dengan suara klakson yang dibunyikan oleh mereka membuat keadaan semakin semrawut.

Photograph (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang