#author pov
Gemuruh petir menyambar diluar menemani gemerlap malam.
Valerie meringkuk di pojok kamarnya. Seluruh tubuhnya bergetar mendengar petir bersahut sahutan diluar sana. Ia menjerit setiap ada kilat menyambar. Diambilnya ponsel di saku bajunya lalu mengetik nomor yang sudah ia hafal diluar kepala."Halo babe.. what's going on?" Tanya Al khawatir melihat ini sudah tengah malam dan valerie meneleponnya.
"He....lp.. hiks.. hiks." Seluruh tubuhnya lemas hanya untuk berkata-kata.
Ponselnya luruh ke lantai. Ia memeluk lututnya Lalu menenggelamkan kepalanya di lututnya. Tangisnya semakin menjadi-jadi.---
Dilain tempatAl lari pontang-panting keluar rumah, setelah mendengar suara Valerie. Bahkan untuk bernafaspun susah ketika ia memikirkan keadaan Valeris sekarang yang pastinya sedang kacau.
Ia bergegas masuk ke mobil yang terpakir di halaman mansionnya. Al memacu mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Ia memukul setir kesal karna ia lalai menjaganya.Sesampainya di mansion keluarga Valerie, dia bergegas masuk tanpa permisi. Ia melihat seluruh saudara Valerie ada di ruang keluarga yang bersebelahan dengan ruang tamu.
"Hei.. Al." Sapa Sean heran melihat Alland kerumahnya dengan berantakan. Ia menuju kamar Valerie tanpa memperdulikan seluruh mata heran dengan kedatangannya yang tanpa permisi itu.
Seluruh saudara Valerie yang melihat Al lari pontang-panting ke kamar Valerie pun ikut khawatir akan keadaan adik mereka. Karna sebelumnya mereka tidak pernah melihat Al sepanik ini.
Diketuknya pintu kamar Valerie keras-keras, akan tetapi tidak ada tanggapan dari si empunya kamar. Dia mencoba untuk mendobrak pintu kamar itu.
Para saudara Valerie datang menghampirinya dengan panik.
"Al everythings oke?" Tanya Andre panik melihat Al mencoba mendobrak pintu.
"Bantu gue dobrak ni pintu sialan." Ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Andre.
Leon yang sudah emosi pun menghampiri Al lalu mengangkat kerah bajunya.
"Jelasin." Ucapnya dingin dengan tatapan tajamnya. Al yang melihatnya pun mencoba mengontrol emosinya.
"Dia phobia petir bego. Daripada lo gebukin gue mending lo bantu gue dobrak ni pintu sialan sebelum dia kenapa-napa." Desisnya tajam.
Yang lain pun terperangah mendengarnya. Tentu saja mereka baru tau tentang hal ini. Kontan saja semua mencoba untuk mendobrak pintu itu.
Setelah beberapa lama mencoba, akhirnya pintu bisa terbuka. Mereka berlari memasuki kamar, menelusuri seluruh isi kamar.
Mereka terperangah melihat Valerie yang jauh dari kata baik keadaannya.
Al menghampirinya lalu memeluknya erat. Mencoba untuk memberinya perlindungan.Valerie yang merasakan kehadirannya pun semakin kencang tangisnya.
Andre dan yang lain ikut mendekatinya. Andre menarik Valerie ke pelukannya.
"Hey.. dont cry sweety.. maaf kakak ga tau." Ucap Andre menyesal melihat keadaan adiknya itu. Ia merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia mencari tau semua tentang adiknya. Ia amat menyesal.
Vando, Max, Alex, Axel, Sean, dan Leon ikut menyesal melihatnya. Seharusnya mereka memperhatikannya. Bahkan Alicia sudah ikut menangis melihatnya. Mereka menghampiri Andre dan Valerie dan merekapun berpelukan. Mereka bersumpah, mulai sekarang akan selalu memperhatikan adiknya itu.
Al yang melihatnya pun hanya bisa tersenyum. Ia twu sekarang gadisnya akan selalu aman meskipun ia tetap akan terus menghawatirkannya. Valerie adalah nafasnya. Bahkan ia hampir berhenti bernafas mendengar suaranya yang bergetar.
Terkutuklah ia melupakan ketakutan terbesar Valerie.
Ia tak habis fikir bagaimana keadaannya waktu ia meninggalkannya dua tahun lalu?
Ia akan terus menyesal seumur hidup.
Mulai sekarang ia akan berjanji untuk tidak meninggalkan Valerie. Sampai kapanpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valerie (Slow Update)
Roman pour AdolescentsValerie dengan sejuta rahasia yang ia simpan.