Prolog

316 87 69
                                    

Suara riuh para pengendara yg berhenti di bahu jalan membuat suasana ramai nan macet. Motor matic versus megapro, sepeda motor andalan lelaki. Saut sautan pekikan pengendara satu dengan yang lain mencoba meminta kepastian dan kejelasan atas kondisi Febby yang kini duduk kaku di aspal jalanan.

Pandangan kosong. Dengan nafas yang tertarik ulur tak beraturan. Sesekali tangan kanannya memegangi dada kirinya. Terasa dentuman berirama yang begitu cepat.
Pandangan Febby teralihkan ketika melihat gadis seusianya berlari kecil menghampirinya.

"Feb, lo enggak apa apa kan? Ya ampun lo kok bisa jatuh gini sih." Dinda, sahabatnya dua tahun silam. Tangan gadis itu memegang lutut Febby yang tergores aspal pekat.

"Tenang aja, gue baik-baik aja kok. Lo tunggu disini sebentar!"

"Lo mau kemana? Dahi lo terluka tuhh."

Tanpa menggubris dan basa-basi Febby langsung berdiri menahan rasa sakit yang ia rasakan. Satu dua tangan berusaha membantunya berdiri. Namun, ia menolak mentah-mentah. Karena dia tak selemah yang mereka kira.

Dinda yang melihat sahabatnya berjalan tertatih-tatih dengan sebelah tangan memegangi roknya, hanya bisa diam. Dengan amarah yang ia tahan, ia langsung melangkah menuju penabrak yang sedang dikerumuni pengendara. Segera Febby menerobos masuk di antara kerumunan itu.

"Hehh.. lo bisa naik sepeda motor enggak sih. Gue udah jalan di pinggir jalan. Bahkan jalan yang terpinggir, tapi tetap aja lo tabrak. Situ buta? Hahh?" Nafas Febby kembang kempis, mencoba mengendalikan emosinya yang terlanjur membara.
Pria itu menatap tajam ke arah Febby. Merasa hanya dia yang paling salah di antara kerumunan orang yang mengelilinginya.

"Lo enggak liat. Gue tadi ngehindari tukang becak yang tiba-tiba masuk ke jalanan. Ya gue langsung banting setang ke kirilah. Dari pada nanti malah tambah onar gara-gara gue nabrak tuh becak." Bantah pria itu dengan punggung tangan tergores aspal. Tangan itu terluka parah. Meskipun pria itu mencoba menyembunyikan tangannya di balik seragam PNS yang menyelimuti tubuhnya. Pria itu seolah tak ingin wanita di hadapannya tahu tentang hal itu.

"Jadi lo lebih milih gue yang tertabrak di banding tukang becak tadi?" Pria yang kini masih terduduk di aspal dan menyangga tubuhnya dengan kedua tangan itu hanya berdecak. Sesekali menatap malas gadis itu.

"Siapa suruh kamu ada di situ. Udah jadi resiko lo kalau lewat jalan situ." Sembari mengangkat telunjuk mengarah ke Tempat Kejadian Perkara.

"Kok lo malah nyalahin gue sih. Introspeksi diri dong. Bahkan semua orang yang ada di sini tuh tahu siapa yang salah. Ngelak mulu lo kerjaannya."

***

Pendek ya? Gaje ya? Maklum masih pemula. Yok voment yang banyak biar author enggak malas-malasan nerbitin cerita-cerita berikutnya
*Yeayy*

Aku bakal usahain bikin yang bagus dan enggak membosankan.
21 Nov 2016

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang