BAB 9 First Message

93 29 6
                                    

"Mamaaaa....."

Suara bising Febby menggelegar ke seluruh penjuru ruangan. Dihampirinya Rani yang sedang duduk di ruang keluarga dan langsung memeluknya erat. Rani membalas pelukan itu dan mengelus rambut panjang milik Febby. Sedetik berikutnya pelukan itu terlepas.

"Gimana liburannya? Seru enggak?" Tanya Rani yang penasaran sambil membinarkan matanya.

"Lumayan sih, tapi sayangnya cuma sebentar," Febby mengerucutkan bibirnya, "Kurang lama Ma."

Rani yang melihat wajah sedih di wajah anaknya segera memeluknya lagi. "Nanti kita liburan bareng kalau udah semesteran." Ucap Rani menenangkan.

"Yahh, masih lama dong Ma. Tapi enggak apa-apa lah. Yang penting liburan. Mama janji lho yaa." Febby mengeluarkan jari kelingkingnya. Lalu kedua jari ibu dan anak tersebut menyatu dan berkaitan.

"Janji." Rani mengatakannya dengan pasti.

Lalu mereka tertawa bersama. Febby bahagia karena mamanya sedang dirumah saat dirinya merasa lelah seusai liburan. Itupun membuat Febby menemukan tempat ternyaman untuk melepas segala lemah, letih, lesunya.

Sepersekian menit berikutnya Pak Yono datang membawa tas dan kantong plastik besar di kedua tangannya.

"Non, ini barangnya mau ditaruh dimana? Atau saya taruh di kamar non aja?" Tanya Pak Yono dengan logat khas Jawa yang medog. Sesekali ia meringis karena keberatan membawa beban di tangannya.

Mata Febby mengikuti ke arah sumber suara. "Oh iya, ya ampun pak, maapin ya.. Febby lupa kalo bawa barang bawaan banyak." Langkah Febby terburu-buru ke arah Pak Yono. Lalu mengambil satu kantong besar yang berisi buah tangan. Sisanya Pak Yono letakkan langsung di kamar Febby.

"Ini Ma, oleh-oleh dari Gunung Kidul."

"Makasih. Wihh, borong oleh-oleh satu toko kamu?" Rani tertawa lebar. Tangannya mengambil dan mengeluarkan segala macam barang satu persatu. Terjejer rapi di atas meja. Mulai dari pakaian, makanan dan aksesoris.

"Ini buat mama semua?"

"Ya enggaklah ma, kan Febby juga mau." Febby bermanja di depan ibunya. Tak rela jika semua cinderamata itu direnggut ibunya.

"Ya udah ma, Febby mau ke kamar. Febby capek banget." Tanpa menunggu persetujuan Febby langsung menarik koper kuningnya dan membawanya ke kamar. Dengan tubuh yang gontai ia melangkahkan kaki menuju kasur besar nan empuk yang ada di depannya.

Brukkk!!

Tubuh itu rebah dengan sendirinya. Memantul-mantul di atasnya. rasanya tulang-tulang yang merangkai tubuh seakan ingin lepas.

Ditutupnya kelopak matanya. Membiarkan dirinya terbawa dalam alam bawah sadar. Tidur dan terlelap berharap segala rasa capai yang ia derita segera musnah. Namun, suara androidnya mengganggu proses penenangan jiwanya.

"Ck, siapa sih?" Febby menggerutu bermalas-malasan.

Tangannya mencari-cari android yang masih berada di dalam saku celananya. Merogoh benda yang mengganggunya itu.

Layar putih itu menunjukkan nomor yang tidak teridentifikasi di ponselnya.

"Kok, enggak ada namanya?" Febby berpikir sejenak. Didalam otaknya ia menebak-nebak siapa orang dibalik nomor itu.

"Duh, angkat enggak ya, jangan-jangan orang yang mau ngejahatin gue lagi." Tanpa di sadari panggilan tersebut berubah menjadi 1 panggilan tak terjawab di layar ponselnya.

Lima detik berikutnya sebuah pesan masuk ke androidnya.

No name : Kok enggak diangkat?

Febby : Lo siapa?

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang