BAB 2 Lost of Love

190 69 52
                                    

Setelah urusan dengan Bi Inem selesai. Febby memutuskan untuk menuju kamarnya. Namun, belum sempat sepasang kakinya melangkah. Sebuah suara menggema seantero ruangan. Suara itu. Febby mengenalnya. Hafal. Suara yang sedari kecil menghiburnya dan memenangkannya saat dirinya menangis. Rani. Mama sekaligus Ayah bagi Febby.

"Kenapa baru pulang?" Mamanya yang baru saja muncul langsung menginterupsi Febby.

Febby yang tidak menginginkan mamanya mengetahui semuanya lebih memilih diam. Pandangan matanya lurus menatap licinnya lantai.

"Dahi kamu itu kenapa? Jatuh dari sepeda motor?" Sambil menunjuk dahi Febby dengan dagunya. Segera Febby menyentuh dahinya. Mengetahui bahwa poni panjangnya kini tak lagi menutup lukanya.

"Eh, ini... anu..." Jari-jemarinya meremas jahitan rok.

"Berantem?" Tanya Mama untuk kedua kalinya.

"Bukan kok. Tadi itu... Febby main Softball sama anak-anak. Tapi pemukulnya enggak ada. Ya udah, jadinya kita nyari kayu atau ranting seadanya gitu. Eh pas giliran Tobi yang mukul, kayunya kelempar ke arah Febby. Sedangkan bolanya hilang enggak tahu kemana." Timpal Febby polos. Dengan jawaban yang tidak masuk akal.

"Lain kali hati-hati ya."

kata itu membuat Febby mendongakkan kepalanya, menatap Mamanya. Kata yang jarang diucapkannya setelah Ayahnya tidak lagi bersama keluarga kecilnya.

"I..iyaa ma."

Febby membalikan tubuhnya lalu menaiki anak tangga yang kini ada di depannya.

Memikirkan kembali ucapan penuh perhatian dari mamanya. Hampir lima tahun sudah ia tak mendengar kata itu. Hati-hati. Menjadi kata spesial dalam hidupnya. Apalagi jika orang spesial pula yang mengucapkannya.

Kini Febby telah mencapai ujung tangga. Di bukanya pintu yang penuh sticker Minion karena memang dirinya pecinta warna kuning.

Dilemparkannya tas punggungnya lalu meraih handuk dan berlari menuju kamar mandi.

Gedebukkk

"Aaawwwww!!"

Pemilik tubuh mungil itu kini terduduk di lantai dengan beberapa air tercecer di lantai. Tangannya segera mengusap pantatnya yang kini benar-benar terasa nyeri.

Ini hari apaan sih.. kok apes banget gue

Batin Febby meringis kesakitan.
Tanpa basa-basi Febby berdiri sesegera mungkin menuju kamar mandi dengan langkah yang tergopoh-gopoh.

***

Dibukanya lemari yang kini ada di depannya. Tangannya mencari-cari sesuatu dari dalam rongga kotak tersebut. Hingga ia menemukan kotak P3K lalu mengambil kapas dan alkohol.

Diusapnya luka yang kini mulai membiru di bagian sisinya.

"Duh, sakit banget."

Sesekali meniup lukanya lalu menutupnya dengan kapas. Begitupun yang dilakukannya pada luka lain di bagian tubuhnya.

Lagu Maroon 5 - Payphone berdering keras di atas meja belajarnya. Pertanda ada telepon masuk.

Diangkatnya android itu, lalu diletakkannya android itu di telinganya.

"Halo Din... Iya ada apa? Kalau lo mau nanyain kabar gue, tenang aja gue baik-baik aja kok. Oh iya lo tadi kemana aja, kok ninggalin gue sendirian sih," cerocos Febby tanpa henti. Tapi yang menelepon tidak merespon.

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang