BAB 12 Kehilangan Yang Menyeruak Dada

92 27 9
                                    

Angin semilir menerpa rambut Febby, rambut hitam legam nya berterbangan membuat wajah manisnya terpancar. Ya, Febby merupakan gadis cantik juga manis. Ditambah belahan di dagu yang menambah Febby terlihat unik dan spesial.

Tiga puluh menit sudah ia menunggu bus yang akan membawanya ke rumah namun, yang ditunggu tak kunjung menampakkan dirinya. Desahan kesal terdengar setelahnya.

"Tumben-tumbenan busnya lama banget. Biasanya juga sepuluh menit nunggu udah dateng."

Febby menggerakkan kakinya untuk sekedar menghilangkan rasa bosannya. Pandangannya tak henti menelongoh ke arah jalanan, berharap bus berwarna merah tersebut segera datang.

Suara decitan rem terdengar keras, Febby menengok ke jalanan belakang halte, terlihat sosok tinggi sedang duduk di sepeda motor andalannya. Febby menatapnya penuh harap. Berharap supaya ia akan diajak bareng dan melejit ke rumahnya sekarang juga. Febby cukup lelah menunggu bus yang tak kunjung datang. Itu terasa penat dan membosankan.

"Gue cariin di UKS ternyata lo disini." Ia melepaskan helmnya dan meletakkan di spion.

"Pak Gio nyariin saya, ciye." Goda Febby tak mempedulikan rona wajah Gio yang kini mulai muncul titik titik merah jambu. Ya, orang itu adalah Gio.

"Apaan sih, udah ayo gue anter." Gio memasang kembali helm yang baru saja ia lepas.

Akhirnya doa gue dikabulin. Seneng gue, Febby tersenyum merasa lega dan juga pastinya bahagia. Febby menuruni halte dan seketika itu juga ia beranjak ke arah jog belakang.

Febby sedikit kesusahan bagaimana ia menaiki jog belakang yang terbilang tinggi, ditambah ia yang sekarang memakai rok sekolah. Namun, ia tetap memaksakan diri untuk duduk disana dengan posisi menyampingi punggung Gio.

"Udah?"

"Udah." Sahut Febby lantang dari belakang.

"Ya udah turun."

"Kok turun sih." Febby menggerutu penuh kekesalan.

"Katanya tadi udah. Ya udah turun gih." Gio menyeringai lebar. Senang rasanya melihat Febby yang kesal terhadapnya. Karena itu sangat lucu. Menjahili Febby memang menyenangkan. Apalagi ia pasti langsung meresponnya.

"Enggak." Febby memukul punggung Gio keras. Hingga suara dentuman antara kepalan tangan Febby dengan punggung Gio terdengar keras.

"Aww." Gio memekik kesakitan. Muka masam Gio terbentuk saat itu juga.

Ini cewek tenaganya banyak juga ya, gila. Bisa retak-retak tulang gue kalo kayak gini terus.

Gio menggosok-gosok punggungnya. Merasa nyeri di tempat pukulan itu.

"Ha, sakit ya? Maaf-maaf." Febby turut menggosok punggung Gio. Wajah panik Febby lagi-lagi membuat Gio tersenyum perlahan. Gio tidak tahu mengapa senyumnya mudah sekali mengembang kala ia dekat dengan gadis ini.

Gio pun menghidupkan mesin sepeda motornya dan mulai melaju perlahan menyapu jalanan dengan kondisi punggung yang tetap di gosok oleh tangan Febby.

Sepanjang perjalanan, Gio tak hentinya tersenyum. Ini cewek kenapa masih gosokin punggung gue sih, bukannya pegangan. Jatuh, baru tahu rasa ntar. Oh, gue tahu.

Seketika itu juga Gio mengerem sepeda motornya secara mendadak membuat Febby terdorong ke depan. Febby terkejut dan melihat tangannya yang memeluk Gio. Segera ia menariknya lagi. Untung saja antara Febby dan Gio terpisah jarak oleh tas laptop berbentuk selempang milik Gio.

"Kalo mau ngerem bilang-bilang, jangan mendadak gini." Kesal Febby yang menyadari bahwa kejadian tadi sangat memalukan baginya. Bagaimana tidak, ia memeluk Gio dari belakang. Itu sungguh teramat sangat memalukan.

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang