BAB 16 Solo, Saksi Bisu Cinta yang Bisu

81 11 22
                                    

Mendadak kota Solo ramai dengan pengendara lalu lalang, tak kecuali Gio dan Febby. Mereka akhirnya memutuskan untuk melejit ke pusat kota untuk mengisi waktu libur mereka. Tentu dengan baju couple yang kini mereka kenakan. Tampak serasi bak pasangan di dunia nyata.

Tujuan pertama mereka adalah sebuah tempat dimana setiap orang apabila berkunjung ke kota bersejarah ini tak kan lengkap jika tidak mampir ke tempat tersebut.

Sebuah makanan kenyal berbahan dasar tepung dan santan. Yang diolah secara tradisional namun menghasilkan produk pangan dengan cita rasa yang modern.

Serabi Notosuman, menjadi tempat pilihan pertama kunjungan mereka.

"Kayaknya saya pernah kesini deh, ini kue yang ditutup pakai tanah liat. Iya kan." Tebakan Febby setengah meleset. Ditutup? Kurang tepat. Diungkep lebih tepatnya.

"Iya, yang diungkep bukan ditutup. Namanya serabi. Mau enggak gue buatin." Gio memulai proses pendekatannya. Siapa tahu Febby mampu lumpuh dalam taklukkannya.

Cewek galak tapi sopan ini mampu membuat Gio tertarik. Bagaimana tidak, ia merasa jika Febby tak pernah galak dengannya. Hanya saja Febby judes.

"Enggak." Febby cepat tanggap. "Nanti rasanya malah enggak enak."

Tuh kan judes,

"Ya udah, padahal kalau gue yang buat bakal gue kasih bumbu cinta." Bicaranya setengah bersuara.

"Apa? tadi ngomong apa?" Febby melototkan matanya. Ia dengar apa yang diucapkan Gio meski tidak terlalu jelas. Tapi ia yakin jika yang ia dengar itu tidak salah.

Bumbu cinta?

"Enggak, kalau gue yang buat bakal gue tambahin santennya, biar tambah gurih." Jawabnya sekenanya seraya memasukkan potongan serabi ke mulutnya.

Mengetahui posisi mereka sedang berdiri akhirnya mereka mencari tempat duduk di sisi kiri kios. Ditemani sekardus serabi aneka rasa dan sebotol air mineral yang telah tersaji di meja.

"Pak Gio enggak makan lagi, ini enak loh. Sumpah." Suara Febby terdengar tak jelas karena mulutnya terisi penuh oleh makanan berbahan dasar tepung tersebut. Membuat kedua pipinya membesar. Cubby.

Gio tidak bergeming. Gio memandang heran dalam diamnya. Gadis didepannya terlihat sangat imut saat mulutnya penuh. Membuat Gio menatapnya dalam waktu lama.

Febby mengambil satu potong lagi serabi rasa cokelat.

"Feb."

"Hem." Febby menoleh kearah Gio sambil tetap menggigit serabi itu. Dan dengan rentang waktu sekian detik sebuah wajah mengarah ke wajah Febby dan turut menggigit sisi lain serabi itu.

Gio menarik wajahnya seraya mengunyah serabi yang ia dapatkan. Febby melotot. Napasnya tarik ulur tak karuan.

Ini seperti adegan dalam drama Korea "The Heirs". Dan gue mengalaminya. Jadi kayak gini rasanya.

Serabi yang masih dalam mulutnya pun mendadak tak bisa ditelan. Febby terlalu tegang dengan kejadian barusan. Mulutnya susah digerakkan.

Sedangkan Gio, ia tampak senyum sumringah seraya menelan serabinya. Berbeda dengan Febby yang sangat susah menelan gumpalan makanan itu.

Akhirnya dengan susah payah ia menelannya dengan dibarengi seonggok air mineral. Lagi, Febby masih memikirkan kejadian barusan. Itu tidak baik bagi jantungnya jika terjadi secara terus menerus.

"Grogi?"

Febby melihat ke arah Gio. Masih dengan senyum di wajah tampannya. Ia rasa, Gio mempermainkan perasaannya. Ini menyebalkan.

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang