BAB 14 Melayang jauh

71 24 2
                                    

Febby POV

Hari ini merupakan hari Minggu. Aku baru ingat ketika Bi Inem mengingatkanku. Bagaimana tidak, saking rajinnya aku bangun pukul lima dan langsung ngacir ke kamar mandi karena aku pikir ini masih hari Sabtu. Sampai ketika aku turun tangga dan melihat Bi Inem memandangiku aneh dan langsung meneriaki ku bahwa hari ini adalah hari Minggu.

Aku duduk di depan meja makan nan luas ini. Ya, sangat luas dan tak berpenghuni. Mama pergi kerja keluar kota dan hanya Bi Inem saja yang menemaniku makan.

Kulihat Bi Inem mengambil beberapa nasi dan lauk, aku yakin pasti ia ingin membawanya ke dapur dan makan disana.

"Bibi makan disini aja." Ucapku datar karena sesungguhnya aku tidak terlalu dekat dengannya. Karena jika kita semakin dekat dan akrab aku yakin. Uangku pasti raib karena harus membayarnya untuk menutup mulut. Seperti kemaren, aku di antar pulang oleh Pak Gio dan tiba-tiba saat ku masuk rumah, Bi Inem mengekoriku hingga ke pintu kamar. Dan apakah yang terjadi? Dia mengiming-imingiku jika ia akan melaporkan kepada Mama jika aku pulang bersama seorang lelaki. Meski aku dan Pak Gio tak ada apa-apa. Tapi meski begitu entah mengapa aku langsung saja mengeluarkan uang berwarna hijau dari saku seragamku.

Mungkinkah ini menjadi kebiasaan? Sampai-sampai tanganku dengan sendirinya mengeluarkan uang saku berharga ku.

Mungkinkah ini akan menjadi ritual. Ah entahlah. Aku jadi bingung sendiri.

"Enggak ah, bibi makan di dapur aja." Ucap Bu Inem tak menghiraukanku.

"Bibi disini pembantu kan. Harus nurut sama majikan." Selorohku kesal. Karena bibi ini malah mulai beranjak ke dapur.

Ku lihat Bi Inem membalikkan tubuhnya.

"Kalo mau makan bareng bibi. Ini-nya mana?" Bi Inem menggosok-gosokkan ibu jari dan telunjuknya. Meminta tip dariku.

Aku berdecih. "Ogah."

"Ya udah." Pembantu itu pergi ke dapur meninggalkanku. Aku tak habis pikir, sebenarnya siapa yang menjadi majikan di rumah ini.

"Bodo amat."

Ya, inilah aku. Tak bisa akur dengan pembantuku. Aku selalu saja berantem dan bertukar kesal. Hanya Pak Yono yang setia menghormatiku. Meskipun dia kadang radak menyebalkan dan sedikit lemot.

Ayam krispi ditambah sambal tomat. Ini menu makanan yang membuatku tak hentinya menambahkan nasi dipiringku. Menu sederhana dan tak ada nilai gizi ini telah terlanjur menjadi makanan favoritku. Meski aku banyak makan, tubuhku tetap mungil.

Bahkan Bi Inem mengataiku tengil.

Lagi, sebenarnya siapa yang menjadi majikan disini. Aku atau Bi Inem?

Tapi itu tidak masalah bagiku. Yang penting adalah ada yang menyiapkan makanan saat aku merasa lapar.

Kini piringku mengkilat. Bersih bening seperti tanpa kaca. Ups, aku kebablasan.

Kuraih gelas berisi air putih untuk segera kutenggak. Sebelum nasi bersama rasa pedas semakin membakar mulutku.

Android ku berbunyi. Ada yang menelepon. Seolah mencari perhatian kepadaku. Kuraih dengan tangan kiriku yang masih bersih dari sambal dan kupasang di telinga kiriku.

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang