BAB 17 Aku Bukan Anak Haram

86 5 6
                                    

"Itu rame-rame ada apaan?" tanya beberapa murid kepada teman lainnya yang sama-sama tidak mengetahui mengapa papan pengumuman riuh dengan murid yang berdesak-desakan.

"Enggak tahu, dari tadi riuh gitu, lihat yuk." ajak murid berambut ikal kepada teman lainnya.

Papan tersebut sesak dengan kumpulan manusia yang dilanda penasaran. Beberapa siswa menarik-ulur teman di depannya supaya mau untuk bergantian melihat.

Febby memasuki gerbang sembari menggendong tas ransel miliknya. Matanya berhamburan melihat siswa yang berlari-larian menuju papan pengumuman.

"Itu ada apa ya?" tanya Febby kepada sepasang gadis yang duduk di bangku koridor.

Gadis tersebut menatap Febby sengit dan melontarkan ucapan tajam. "Lo pikir aja sendiri. Dasar anak haram."

Febby semakin dibuat tak mengerti. Bagaimana mungkin ia disebut anak haram.

"Anak haram? Maksud lo apa? Jangan asal nuduh ya!" pekik Febby membuat siswa lain turut memandangi mereka. Siap menyaksikan pertunjukan sengit dari tiga gadis yang tengah beradu mulut.

"Heh, lo kira daging ditubuh lo dibuat pake apa? Tak ada sejengkal dari tubuh lo yang suci!" sentak gadis berkulit putih dengan dorongan telak ke arah Febby. Febby terjatuh dan tak ada yang membantunya. Semua mata hanya menatap perdebatan sengit tersebut. Beberapa siswa bahkan merekamnya.

Febby bangkit berdiri mendorong balik gadis tersebut hingga tubuhnya terjatuh layaknya dirinya.

"Lo kalo ngomong hati-hati. Maksud lo apa nuduh gue kayak gitu!" emosi Febby membara diikuti tamparan tajam ke gadis yang satunya.

"Lo juga, yang haram disini itu lo bukan gue. Yang seenak mulut lo ngehina gue anak haram!" sembur Febby telak. Namun gadis itu membalas Febby dengan menjambak rambut Febby yang tergerai, membuat gadis itu leluasa membalaskan dendamnya.

Febby pun menarik kuat rambut gadis itu dengan sekuat tenaga. Perkelahian terjadi dengan sengit. Gadis yang semula terjatuh tadi turut mengkroyok Febby. Dua lawan satu. Tak sebanding. Namun Febby berusaha sekuat tenaga melawan dan menahan rasa sakit di kepalanya. Wajahnya memerah begitupun dua gadis lainnya.

"stop!" teriak seorang gadis dibalik kerumunan. Membuat ketiga gadis tersebut menghentikan tragedi yang baru saja berlangsung.

Perlahan terlihatlah gadis yang baru saja melontarkan teriakannya tersebut. Berjalan perlahan menuju pusat lingkaran seraya membawa sebuah poster.

Febby terkesiap melihat siapa yang datang. Selembar poster tersebut dihadapkan ke muka Febby dengan keras hingga sempat mengenai parasnya. Dibacanya poster tersebut yang tertulis, FEBBY MARGARETHA ANAK KORUPTOR.

Mata Febby beralih ke foto papanya dibawah tulisan kapital tersebut. Foto ayahnya dibalik jeruji besi penjara. Air matanya perlahan berderai. Tak menyangka jika hal ini akan terjadi padanya.

"Apa? Mau apa lo sekarang?" tukas gadis pembawa poster tersebut yang juga sebagai dalang tersebarnya berita tentang ayahnya. Yang tak lain tak bukan adalah Dinda.

Sakit hati Febby. Sahabatnya yang menyebar aib keluarga milik Febby sendiri. Air matanya tak lagi terbendung merasakan kesesakan di hatinya. Kekecewaan jelas tergores di rona wajahnya mengetahui Dinda yang datang kembali kesekolah membawa belati untuk dirinya.

"Din, lo tega banget sih. Salah gue apa sampai lo ngelakuin hal ini ke gue." Febby terus saja terisak didepan kerumanan para siswa. Tak peduli jika mereka turut mencibir Febby yang telah tercoreng namanya.

"Pakai ditanya salah lo apaan. Lo bilang lo pinter, suruh mikir hal sepele kayak gini aja nggak bisa." ucap Dinda yang merasa menang.

"Lo itu sahabat gue Din. Lo jahat banget sama gue." ucap Febby memegang pundak Dinda namun disingkirkan oleh Dinda.

F & GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang