"Mas... kenalin... ini Cinta.... Anakku..." kataku setelah tiba di teras.Mata Ridho membelalak. Mulutnya agak terbuka. Tampak benar kekagetan di rautnya. Hanya sekejap, aura itu hilang.
Ridho, ternyata juga adalah seorang lelaki yang cepat membaca situasi, dan pandai mengendalikan diri.
Ridho segera berdiri. Sambil tersenyum, dia melangkahkan kaki mendekat pada kami.
"Halo, Cinta... kenalan ya... saya Om Ridho..." katanya ramah pada putriku yang menyembunyikan wajahnya di leherku.
Perlahan Cinta mengalihkan pandangannya pada Ridho. Kepalanya masih bersandar di bahuku.
"Cinta, salim, Nak... mana tangannya..." kataku lembut.
Cinta mengikuti mauku. Mengangkat kepalanya lalu menjulurkan tangan kanannya. Ridho membalas gesturnya. Kemudian putriku menggenggam tangan lelaki berkaos rajutan putih model body fit itu untuk ditempelkan dikeningnya sebagai gestur salam.
"Assalamualaikum, Cinta..." ucapnya lembut.
"Jawab, Nak..." kataku.
"Wa'alaikumsalam, Om..." katanya pelan.
Setelah itu Cinta melingkarkan tangannya di leherku. Dengan malu-malu, putriku ini terus mengamati lelaki yang baru pertama kali bertandang ke rumah.
"Baru bangun tidur?" tanyanya kepadaku.
Dengan mata yang sedari tadi telah membentuk kolam air aku mengagguk.
"Cinta masih kurang enak badan. Baru pulang dari rumah sakit beberapa hari lalu," terangku dengan nada agak bergetar.
Ini adalah kali pertama aku terbuka pada orang lain. Selain keluargaku dan keluarga Rani, tak pernah aku membicarakan Cinta.
Ridho mengangguk. Walau kekagetan masih sekilas tampak di wajahnya.
"Sudah baikan sekarang?"
Aku menggeleng.
"Masih harus terus dipantau."
Lelaki berambut cepak itu kembali mengangguk.
"Cinta... sudah makan? Om mau ajak Cinta dan...?" Ridho menatapku, secara implisit menanyakan panggilan Cinta kepadaku.
"Mama," jawabku.
Ridho mengangguk.
".... Mama... makan di luar. Mau ya?"
Dengan polos Cinta menatap Ridho.
"Jalan – jalan?"
Ridho tersenyum.
"Iya... kita cari makan..." Lalu Ridho menatapku.
"Ada pantangan?"
Aku menggeleng.
"Cinta lagi susah makan. Untuk saat ini, apapun asal bisa masuk. Tapi memang disarankan yang lembut-lembut dulu..." terangku.
Ridho mengangguk paham.
"Aku tahu ada nasi tim enak, lho. Ada pilihan rasanya. Ayam. Daging. Telur asin. Atau yang versi komplit, ada semua. Kuahnya juga enak."
Pandangan kualihkan pada Cinta.
"Sayang... mau? Kayaknya enak, Nak... iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memahami Rembulan #3 Undeniable Love Series
Romance(Warning : This is teaser version. Please don't read If you're looking for full version) Misterius. Itulah dia. Jiwanya tertutup. Senyumnya terbatas. Raut wajahnya rahasia. Ingin rasanya aku mampu memahami dia. Perempuan itu.... Rembulan.