"Cinta... buka pintu... Cinta..." begitu bujuk ibuku di depan pintu."Ada apa, Bu?" tanyaku sesaat setelah masuk ke rumah setelah pulang dari Depok, mengunjungi rumah Rani.
"Tadi Cinta main sama anak-anak sekitaran. Trus gak tau deh, lari sambil nangis masuk kamar. Dikunci dari dalam," terang ibuku dengan nada khawatir.
Saat mengetahui dari ibuku klo Cinta sedang mengurung diri di kamar, aku panik.
"Cinta... sayang... ini Mama... buka pintunya, nak..."
Pintu belum juga dibuka.
Sudah kubujuk terus. Tetap saja tak ada pergerakan.
Kutempelkan dahi di pintu kupejamkan mata.
Ini bukan kali pertama Cinta seperti ini.
Sejak dia mulai ada keinginan untuk berteman, putri kecilku itu sering nekad menghampiri kumpulan anak-anak yang sedang bermain disekitaran rumah.
Hanya pulang untuk menangis.
Saat kudengar suara helaan getar tangis mataku terbuka.
Tidak.
Tak mungkin kubiarkan.
Aku berlari keluar rumah. Jendela kamar yang aku tuju.
Syukurlah, jendela itu terbuka.
Aku memanjat masuk melalui pintu jendela.
"Cinta..."
Berdiri aku di dalam kamar mencari sosok mungilnya.
Dia disana.
Dipojok sana.
Duduk dilantai memeluk erat kedua kakinya. Wajah terbenam di lutut.
Tuhan.
Aku berlari menghampirinya.
Duduk di lantai kuraih tubuh ringannya dalam pangkuanku. Kupeluk dan kubuai dengan lembut.
"Cinta... ada apa, nak... cerita sama Mama..."
Dalam tangisnya dia berbicara.
"A-aku...cu-cu-ma... mau...i-kut ma-ma-in... Maa..."
Kutengadahkan wajahnya perlahan menghadapku. Kuusap lembut air matanya.
"Me-me-reka...bilang...Cinta...anak...ha-ram..." tangisnya pecah saat mengucapkan kalimat terakhir.
Kubenamkan wajahnya didadaku. Terus kupeluk. Kubuai.
Kututup mataku erat.
Dadaku bergetar. Tubuhku menggigil.
Kejam.
Sungguh kejam.
Tak cukupkah ayah ibu mereka mencibirku. Mempergunjingkanku. Menghujatku.
Tak puaskah mereka mencaciku?
Kenapa?
Kenapa mereka juga harus meracuni anak-anaknya untuk menghina anakku.
Apa salah Cinta selain terlahir dari rahimku?
Perlahan wajahnya mendongak. Mencari mataku.
"Aku punya papa kan, Ma? Dimana papa aku? Si-siapa, Ma... siapa... papa Cinta?" tanyanya untuk kesekiankalinya.
Siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memahami Rembulan #3 Undeniable Love Series
Romansa(Warning : This is teaser version. Please don't read If you're looking for full version) Misterius. Itulah dia. Jiwanya tertutup. Senyumnya terbatas. Raut wajahnya rahasia. Ingin rasanya aku mampu memahami dia. Perempuan itu.... Rembulan.