Setelah merenungi kejadian semalam, kusadari bahwa selama ini aku bukanlah morning person--- termasuk orang yang sulit bangun pagi--- sehingga jadwal Mikaze adalah bentuk penyiksaan baik secara jasmani dan rohani.
Dengan sebuah alasan; aku sudah lulus sekolah menengah atas, maka bangun pukul tujuh adalah kebiasaan yang lumrah kulakukan. Mungkin bisa jadi, aku terbangun sekitar pukul delapan pagi.
Penyiksaan itu teralami olehku ketika sedang mandi. Guyuran air dari shower yang memercik tubuhku terasa begitu membekukan. Membuatku semakin merindukan sepersekian kehangatan dari selimut tebal di kamar tidur.
Mikaze melipat tangan. Terlihat seperti telah lama menungguku. "Terlambat dua detik."
Aku mengernyitkan dahi. "Yang benar saja?! A-aku...."
Padahal untuk berjaga-jaga, sudah kusediakan arloji yang tersemat di pergelangan tangan kiri.
"Kalau telat sekali saja, silakan angkat kaki dari mansion ini. Kuanggap kaudatang ke sini hanya untuk bermain-main."
Aku menunduk usai menyeringai ngeri. "Ampuni aku untuk hari ini. Jangan usir aku---"
Mikaze menyelipkan jemari ke dalam saku hoodie putihnya. "Lari dengan mengelilingi halaman sebanyak lima putaran."
Aku mendongak. Mendapati sirat datar wajah Mikaze yang tidak bisa kumengerti. Cara mendidiknya seperti kelas olahraga. Dan satu hal, aku kan benci olahraga.
Aku... tidak suka berkeringat.
"Kenapa masih diam saja? Kurang banyak putarannya? Boleh kok dikali dua."
Lima dikali dua sama dengan sepuluh. Sekadar menghitung.
"Tidak, terima kasih," tolakku dengan menggeleng cepat, lalu berlari sesuai instruksi onmyouji yang spartan itu.
Mikaze tidak ikut berlari sepertiku. Dia duduk santai di sebuah kursi sandaran tepat di depan mansion. Pakai pelukan sok imut sama bantal besar, lagi. Aish!
Meskipun mansion ini besar, kukira halamannya tidak menyisakan begitu banyak spasi. Banyak pepohonan serta taman luas, sehingga mau tidak mau, aku harus tetap berlari jika ingin lebih cepat mencapai putaran pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
sʜᴀᴍᴀɴ's ʟɪғᴇ
FanfictionFiksi Penggemar Uta no Prince-sama Bahasa Indonesia. ------------------------------------------------------------- Hai, namaku [Full Name]. Usiaku 18 tahun. Memutuskan hidup di kota besar seperti Tokyo adalah hal baru bagiku. Atas dasar permintaan...