3 | Untold and Desires

510 62 15
                                    

Pemandangan seperti ini--- toko buku--- ialah surga duniawi bagi kutu buku. Hanya saja ketika aku melewati rak ini, ini surga buat penggemar shoujo alias serial cantik.

 Hanya saja ketika aku melewati rak ini, ini surga buat penggemar shoujo alias serial cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayangnya, aku tidak terlalu tertarik dan menjelajahi rak lainnya. Beragam buku baru yang dapat dibaca tentunya sebenarnya membuatku betah berlama-lama di sini. Walau sebenarnya aku hanya perlu mencari buku tentang pepohonan.

Kapan-kapan, aku akan datang lagi ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kapan-kapan, aku akan datang lagi ke sini. Sendirian pun tidak masalah karena dari mansion hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit.

Jujur, aku berbohong bila tidak merasa iri; di desa hanya ada sebuah perpustakaan daerah. Kebanyakan buku di sana telah kubaca semua dan isinya tidak lagi diperbaharui. Setelah membayar di kassa, aku menghampiri Ichinose yang menunggu di depan toko buku.

"Maaf lama menunggu," ucapku menghampirinya.

Ichinose menggeleng pelan. "Tidak masalah."

Aku menggigit bibir bawahku. Haruskah kutanyai soal tali jemuran itu? Aku penasaran, tetapi bisa jadi benda itu ada karena kebutuhan.

"Ichinose-san, kalau boleh tahu, siapa yang akan menggunakan tali jemuran itu?" tanyaku gugup sambil membasahi bibir.

"Oh. Itu si Masato yang titip," jawab Ichinose.

Aku mengernyitkan dahi. "Eh? Bukannya di atap mansion sudah ada tempat khusus menjemu---"

Ichinose terdiam sejenak lalu mengusap dagu. "Mungkin untuk digunakan sebagai keperluan lain."

"Begitukah...."

Tanpa tahu kelanjutan untuk menanyakan hal lain, aku memutuskan untuk diam saja. Hari ini aku akan mampir ke kamar Hijirikawa. Lebih baik menanyakan kepada penitipnya langsung. Namun bisa jadi ini karena aku kelewat paranoid, apalagi benda seperti itu rawan dengan tindakan mengerikan seperti bunuh diri, misalnya.

Aku tidak bisa tidak berpikir negatif sejak mendengar tawa-tawa milik perempuan waktu itu. Aku yakin itu bukan halusinasi.

Namun, mungkin itu sekadar firasat saja, 'kan?

sʜᴀᴍᴀɴ's ʟɪғᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang