flattered.

34 2 0
                                    

"Hujan," bisikku pelan sambil mengangkat tanganku keatas. Berusaha merasakan tetesan hujan, sambil menatap awan-awan gelap yang melaju tertiup angin.

"Yah, ini sih bakal hujan angin," Omel Herza. Dia menggaruk-garuk kepalanya frustasi. Sepertinya dia kesal karena dia tidak bisa pulang dan terpaksa menunggu hujan. Ya, dia kan naik motor.

"Tunggu ujan aja dulu kalau mau pulang,"

"Tunggu ujan? kan ujannya udah dateng ngapain ditungguin lagi?" ucap Herza dengan intonasi menyebalkan. Dia menatapku sambil mengangkat sebelah alisnya, menungguku untuk merespon kalimatnya itu, dan aku tidak tahu harus jawab apa.

"Ha?" Shit frey. Apa cuman itu yang bisa lo ucapin??

"Yang ditungguin tuh reda! Hujan reda, bukan nungguin hujan,"

"Ohh, hmm, hehe iya. oh bener juga ya, ha," WAIT!

Apa aku baru aja...... Aku salting??! What the hell happened to me? Shit freya, this is not you.

"Lah ko lo malah salting?" and he knows. rest in peace.

"Ah pulang lu sana! Ganggu gue aja sih!!"

"Yah, salting beneran nih si enon! Hahahahaaha, belum juga gue deketin udah salting, gimana kalo gue deketin ya?" jawab dia sambil mengacak-acak rambut gue. Blak-blak an amat ni anak!

Gue cuman bisa diem dan berusaha ngehindar dari tangan-tangan setan itu. Duh, gue gak bsia kalo diem di sini terus. Gue harus pergi dari sini. Kalau gue deket-deket sama ni setan Herza, gue bisa berubah jadi tomat! Muka tomat alias merah!

Gue pun ngeliat sekeliling dan berusaha mencari rute untuk pulang. Atau setidaknya mencari tempat berteduh yang lain dan jauh dari setan ini! Gue akhirnya memutuskan untuk pergi ke halte bis di depan coffee shop. Memang rada jauh sih dari sini, tapi gak apa-apa lah ujan-ujanan dikit. Lalu gue pun melangkah pergi dari tempat berteduh di pinggir jalan itu. Gue sedikit berjalan cepat, tapi gak lari juga. Gue gak mau jatuh memalukan di depan Herza.

gue menutup mata sedikit, takut air hujannya dingin. Tapi setelah beberapa langkah... Kok ujannya ga kerasa ya? Udah berenti apa tu ujan? Dan gue berhenti melangkah. "lah, di depan masih ujan tuh, kenapa gue gak keujanan?". Gue tetep terdiam di tempat. Apa ini detik dimana kekuatan super gue awakens??

"Jalan lagi cepet elahhhh!"

Gue sedikit teriak. Gue nengok ke belakang, ke arah suara itu berasal, dan siapa lagi kalau bukan Herza? Dia membuka jaketnya dan menempatkannya ke atas kepalaku. Jadi dia yang bikin gue ga ke ujanan.

and honestly, im flattered.

"Kok lo ngikut sih?" Sumpah tadinya gue mau ngomong makasih.

"Iya masama," dan Herza narik gue ke dalem coffee shop. "Mending di sini sambil nunggu ujan," Dia pun langsung duduk dan melihatku dengan tatapan, 'cepet duduk'. Gue pun akhirnya duduk. Dia ngeliatin gue bentar, dan langsung berdiri pergi.

INI ANAK KENAPA SIH? tadi nyuruh gue duduk, sekarang malah ninggalin gue sendiri. Ah, setan. Gue akhirnya cuman bisa ngomel sendiri. Sambil liatin hape gue yang udah sekarat. Biasanya tiap hari gue bawa charger. Gue gak akan pernah pergi tanpa charger, dan entah kenapa hari ini gue ketinggalan chargeran di mobil. Totally BAD DAY.

and suddenly, something fall into my head. Pas gue pegang, itu handuk. Herza yang ngasih. Gue bingung, gue cuman ngeliatin dia yang lagi jalan ke tempat duduk dia sambil menatap gue balik dengan bingung. "Rambut lo basah. Baju juga." katanya. Dia terdiam sebentar dan melanjutkan pembicaraanya, "Gue gak ngira ujannya segede itu, gue kira jaket gue bisa buat lo tetep kering."

Gue mengelap rambut gue sebentar dengan handuk itu, dan menyodorkannya ke Herza, "Lo lebih basah,"

"Lo cewek," jawabnya singkat.

"Gue ga selemah itu,"

"Ucap cewek yang rutin tiap minggu ke rumah sakit dan ngebolos,"

"Lo gak tau apa-apa,"

"Gue tau cewe yang di ruangan itu,"

"Lo gak tau apa-apa," nada gue meninggi lagi.

"Lo harus rajin ke rumah sakit, gue gak mau gotong lo ke rumah sakit. Tadi kan baru dari sana,"

"Gue sehat!!"

Dia tertawa sedikit, dan menyurup kopinya. Entah sejak kapan kopi itu ada di meja. "You're on denial step. Semua orang sakit begitu,"

"And what about you? you're the weak one in here! dan kamu bilang saya lemah? Saya gak mau dengar kata-kata itu dari orang yang sebentar lagi mati!" Gue teriak. Gue teriak sambil menunjuk tepat ke muka Herza. Warna mukanya berubah.

Herza menggebrak meja itu dengan keras. dan sekarang, sekarang benar-benar seluruh mata tertuju kepada kami. Hening, tidak ada suara selain suara hujan dan musik yang bervolume kecil dari speaker. "Saya tidak masalah dengan fakta bahwa tinggal menghitung hari saya meninggal, TAPI jangan pernah memakai kata 'mati' untuk saya. Jangan samakan saya dengan kata-kata untuk binatang!"

"Jika kamu tidak suka dengan itu, jangan sok tahu dengan kehidupan saya!"

"you need a mental help freya! You're unstable! Kamu merasa kalau kamu sendiri di dunia ini, padahal banyak yang ingin menolongmu, kamu hanya tidak membukakan pintu itu untuk orang-orang!" jawab Herza, aku pun berbicara, "And what about you? Kamu juga sama!"

"I can't be help, I'm dying.Do you expect me to wish upon a star and everything will be alright? this is not a fairytale! same as you freya, if you just see your sister on far away, gak ngunjungin dia, gak ngerawat dia dan ngebiarin orang yang kamu pikir selama ini jahat untuk ngerawat dia... its not helping! you're only killing your sister than helping her,"

and he hurts me. critical hit. "Thanks for.. what is this? i dont even know what is this. advice? realization? but its hurting me now," dan gue pergi keluar dari coffee shop. Udah lama gue gak nangis. Tapi kali ini gue nangis. Dan rasanya gue pengen banget teriak.

"frey, freya, Afreya!!" Gue tetep jalan. Gue gak mau keliatan cengeng di depan dia, ya walau air mata gue gak akan keliatan karena ujan.

Herza manggil gue berkali-kali dan gue tetep jalan, sampe tangannya narik tangan gue. Gue ngebalik ke belakang. Dia nyodorin payung. Payung dan jaket. Gue cuman bisa diem, bengong, sambil nahan nangis. Gila jelek banget pasti muka gue.

"Jangan sampe sakit," dan dia kembali ke arah dia datang. Shit Herza, What's wrong with you?

"LO KENAPA SIH? Baik banget ke gue, trus ngata-ngatain gue pembunuh, dan sekarang lo baik lagi ke gue? Mau lo apa? Diri lo yang asli tuh yang mana sih za?" tangis gue smbil berteriak di tengah hujan. Shit. Gue berasa di sinetron.

Herza menoleh ke belakang. Dia sudah basah kuyup.

"Jahat, ya jahat aja ke gue za... Nyebelin, ya nyebelin aja! kenapa sekarang lo malah baik? ngasih gue payung segala? Gue gak ngerti sama orang-orang.... people sucks," and im crying in the middle of the streets. soaked. pathetic. shivering.

"Soalnya lo kan gasuka ujan,"


Jawaban simple. Dan jawaban macam itu cuman bisa keluar dari Herza.

mendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang