Ketakutan

6 1 0
                                    

Pagi ini, semua tampak berbeda. Momen dimana gue membuka mata, gue udah bisa merasakan perbedaan. Mulai dari cahaya matahari yang masuk melalui cela gorden, suara burung peliharaan ayah di taman belakang, bagaimana rasa hangatnya selimut saat kau mencoba untuk keluar dari kasur, semuanya berbeda. Entahlah, mungkin hanya perasaanku.

Gue memutuskan untuk bangun dari kasur dan mandi. Ini adalah rekor terpagi gue untuk bangun di hari Senin, mungkin ini pertanda bagus, ya kan?

tok-tok..

Tiba-tiba ada yang ngetok pintu gue pas gue lagi siap-siap untuk turun kebawah. "Kenapa mbok? ini bentar lagi mau turun ko--," dan gue cuman bisa diem.

Sosok yang biasanya dingin, tanpa basa-basi, tiba-tiba mengetok kamarku di pagi hari. Kebiasaan yang biasanya hanya Mbok Surti lakukan setiap hari. Di waktu yang sama, di pintu yang sama.

"Ada apa?" setelah keheningan yang cukup lama, hanya itu yang mampu keluar dari mulutku. 

"Mbok Surti pulang kampung untuk 3 hari kedepan, jangan lupa pasang alarm," setelah itu dia pergi. Tanpa ucapan selamat pagi, tanpa pelukan di pagi hari seperti apa yang selalu dia lakukan. what a nice way to start a day! yeah I'm using sarcastic here.

Sepanjang perjalanan ke sekolah gue mikir. Apa yang sebenarnya gue lakukan sampe hubungan gue dan ayah gue jadi seperti ini. OKAY THAT'S A STUPID QUESTION BY THE WAY. Of course i deserve this, i've done awful thing to my own family, it's all my fault. Gue pembohong, jahat, dan pembawa sial. Coba kalo gue ga egois waktu itu, gue pasti bakal dirumah. Coba gue ga ngeboong. Coba kalo gue bertindak lebih cepet lagi, pasti Mama dan Shilla gak akan....

"WOYYYYY!! BUDEG YA LO?"

dan. gue. kaget. woi.

"Ah gila lo! Biasa aja kali ngomongnya! Dasar gila!"

"Lagian lo juga ga nyaut! Kita udah manggilin lo dari persimpangan tadi tau!"

Eh. Wait. Did i just hear 'kita'? Gue ngomong sama siapa sih? "WHAT THE-- Kenapa lo bedua barengan?!" Yup. It's a freak combo. siapa lagi kalo bukan thaya dan the fucking pratama. YES PEOPLE I DECIDE TO CALL HIM THAT, CHILL.

"Gue liat si Herza tadi, yaudah deh gue samperin ajak jalan bareng ke sekolah,"

"lah, motor kebanggaan lo mana?"

I asked him nicely and he just walked over me like I'm not even fucking THERE. freak.

"Kenapasih dia thay?" tanya gue dengan nada kesal.

"Haloooooo freya? yang lebih sering sama dia tuh lo bukan gue! tanya sendiri lah,"

"Udah! Lo ga liat apa gue kaya lampu lalu lintas disebrangin gitu aja sama dia selesai nanyain motor?"

Akhirnya kita jalan ke sekolah. IYA JALAN. Gue gatau Thaya kesambet apaan sampe mau jalan ke sekolah dan bahkan jalan bareng si pratama ini. Belum lagi kita jalan di belakangnya dan ngebuat kita kaya ajudan pribadi si Pratama, hhhhhh. Hidup gue udah berat kenapa harus dikasih yang kaya gini lagi sih?

"Woy, Herza," Sebagai 'teman' yang baik gue berusaha memulai percakapan. Kenapa? KARENA PERJALANAN INI AWKWARD! "Herza!" dan yap, kebaikanku tidak dijawab.

"Eh lo kenapasi--"

BRAAAAK!

Di hari itu, pertama kalinya gue menangis lagi. Pertama kalinya gue berbicara dengan lantang untuk meminta pertolongan. Pertama kalinya untuk sekian lama gue tidak takut akan kerumunan orang, gue tidak menghindari kerumunan itu tetapi mencari kerumunan itu.

Gue hanya takut 1 hal.

Gue takut akan menyaksikan kematian di depan mata gue sekali lagi.


mendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang