Akhirnya aku tau..

3 1 0
                                    

Kami cuman terdiam, tangan yang tadinya dingin sekarang mulai terasa hangat karena segelas teh hangat yang tergenggam ini. Mungkin bukan cuma tangan, hati ini mulai terasa hangat juga. Entah apa yang harus gue omongin. Bilang makasih? Minta maaf? What's wrong with you Herza Bimantara Pratama?

"Kalau emang kepo tanya aja," Seakan menjawab apa yang lagi gue pikirin, dia berbicara parau sambil tetap menatap lantai dan melanjutkan perkataannya lagi, "Bakal gue jawab,"

Dengan sedikit ragu dan keberanian akhirnya mulut gue ini mulai terbuka, "What's with you Herza? Who are you? The real you,"

"I'm just a boy who's trying to love my life with my own way," menjawab dengan sedikit tawa. Akhirnya dia menatap gue dengan senyum yang paling sedih yang pernah gue liat. Gue masih menunggu dia untuk melanjutkan perkataannya, berharap bahwa bukan hanya itu jawaban untuk pertanyaan yang gue tanyakan. Dia sadar bukan jawaban itu yang gue harapkan. Herza kembali melihat ubin lantai rumah sakit dan sedikit menghela napas.

"Kamu tau apa hal yang paling membutakan di dunia ini Frey?"

"Emm.. C-cinta?" Disinilah gue pengen banget ngumpat diri sendiri, bodoh Freya.

Dia tertawa kecil sambil menatap ke arah gue. Tangannya mengusap kepala gue dengan lembut. Kaget. Tetapi tangan itu hangat dan tatapan itu teduh. Which one is the real you Herza?

"Gue sampe lupa kalo lo juga cewe,"

"W-woi!!" tangannya masih tetap terdiam tak beranjak. JUJUR berat tapi udah lama gue gak ngerasain someone caress my hair since that day. I miss affection though, especially from my dad.

"Uang Frey. Semua orang di dunia ini bakal terbutakan oleh uang," Mata yang teduh itu mulai dingin. "Selama gue idup di dunia ini, gue selalu ada di lingkungan serba kecukupan. Segala hal yang gue mau pasti bakal terpenuhin. Gak ada yang kurang sama sekali, uang, teman, keluarga. Semuanya sempurna Frey," Dia melirik dan tersenyum canggung.

"I won't say anything nor judge you, I'll listen," Ucap gue sambil mengambil tangannya yang setengah merangkul sambil mengusap kepala gue karena gue. Maaf Herza, tapi gue pegel..

"Pegel ya?" sejak kapan dia bisa baca pikiran gue sih? "Sorry..." jawab gue canggung.

"Walau kehidupan gue serba ada, bukan berarti gue gaada struggle sama sekali. Waktu gue kecil, gue sering banget diculik. Ya sederhana ajasih, pada minta duit tebusan biar gue balik. Sayang banget semua penculik gue bukan tipe penculik yang cuman ngediemin gue di dalem ruangan dan nunggu mereka dikirimin duit. Mereka selalu nyiksa gue dan sedihnya gue udah biasa sama hal itu. Awalnya gue masih suka ngelawan, teriak minta tolong. Tapi lama-lama useless taugasih frey? Gue akhirnya lebih milih diem sampe mereka puas nyiksa gue dan berharap semuanya cepet beres," dia berhenti dan terdiam sebentar, "ada yang mau lo tanyain ya?" fix dia beneran bisa baca pikiran gue.

"Kenapa.. keamanan rumah lo payah banget?.." Gue gak nyangka seorang anak yang rumahnya kecurian sampe ada pembunuhan di rumahnya nanya kaya gini, memalukan.

"Guess why,"

Gue berfikir sebentar sampe tiba-tiba hal gila terpikir oleh gue, "Gak mungkin orang rumah lo ngebantu penculikanya kan?" Entah kenapa gue tertawa kecil dengan canggung sambil mengatakannya.

"Yup,"

"HAAAAAAH?"

"That's why I ask you the question in the beginning Frey. Dengan uang semua bisa buta, gak ada yang namanya loyalitas di rumah gue, semuanya terbutakan uang. Sampe akhirnya semua pekerja di rumah gue selalu diganti setiap seminggu sekali. Ayah gue gak pernah nyewa orang yang sama karena kejadian-kejadian ini. The worst thing is, semakin banyak luka yang gue dapet, semakin besar uang yang mereka dapet. Gila kan?"

"Lo tau darimana?"

"Semua perbuatan pasti bakal ketahuan cepat atau lambat, Frey. Dan semua itu ketahuan pada hari penculikan gue yang paling lama, mungkin kurang lebih 2 minggu?"

"Lo.. dibawa kemana?"

"Amerika," HAAAAAH? My jaw seriously dropped.

 "Sebenernya gak bener-bener dibawa ke Amerika sih karena gue emang lagi mau liburan kesana. Karena lagi di luar negeri, pencarian gue agak susah dan makan waktu. Disitu kita belum tau siapa yang nyulik gue, bahkan kita gaada kecurigaan apapun tentang penculikan gue yang sering banget kejadian ini. Gue waktu itu disekap di pabrik yang udah gak kepake. Gue gak dikasih makan, sekalinya dikasih itu cuman makanan sisa. Untungnya gue masih dikasih air, bodo amat itu air mateng ato mentah yang penting gue gak mati. Itu yang gue pikirin saat itu. Sampe akhirnya ada orang yang ngedatengin gue,"

"Siapa?"

"Om gue,"

"Lo diselametin om lo?"

"Dia otak penculikan gue," Dia terdiam menunggu respon gue tapi gue cuman bisa matung. "You dont have to feel sorry for me. Dia punya alasan. Dia punya hak dan udah seharusnya gue yang tanggung itu semua. That day I lost something very important and make me who I am right now,"

What does he mean?

"Well, I'm still feel sorry for loss anyway," at least gue harus berbelasungkawa kan?

"Kalo lo mikir orang tua gue meninggal atau seseorang meninggal di hari itu, you're wrong," He chuckled.

"...?"

Hari ini dari jendela rumah sakit gue bisa mengintip kondisi langit. Langit hari ini adalah langit yang paling gue sukai. Tetapi cerita hari ini tidak melengkapi kebahagiaan yang bisa aku rasakan saat melihat langit. Mendung hari ini terasa sedih dan tak seindah biasanya. Diantara semua cerita dan perkataan yang keluar dari mulut Herza, hanya inilah yang membuat gue sadar bahwa dia hanya manusia biasa.

"Well, yes technically I lost something important for my self. I lost some part of my body and my freedom that day,"

mendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang