Pertemuan

58 1 2
                                    

"Maksud lo gue harus balik lagi?"

"Ya lo harus balik ke rumah sakit lagi frey, kaya check up?" jawab Thaya sambil mengunyah permen karetnya. Sekarang kami sedang dalam perjalanan ke sekolah. Tentu saja kali ini Thaya tidak mengemudi. Kami berangkat ke sekolah memakai mobilku dan dengan supir tentunya.

"Ah orang gue udah sehat gini, gausah lah! Kan lagian lo yang paling tau kalau gue paling gasuka rumah sakit,"

"Ayolah frey, kejadian itu udah lama banget... DAN itu bukan salah lo! please just come for the check up ok?" Thaya memegang tanganku dengan penuh harapan. Gue yakin itu ekspresi yang dia buat biar gue ngerasa kasian dan akhirnya dateng ke rumah sakit. oh well, ga ampuh!!

Gue langsung keluar dari mobil begitu kami sampai di depan sekolah. Gue cepet-cepet ngambil tas dan binder gue dan kabur dari sosok Thaya yang tetep maksa gue untuk ke rumah sakit lagi. "sumpah berisik amatsi ni anak," dumel gue sambil mijit mijit kepala gue sendiri. Gue udah cukup pusing sama keadaan rumah gue sendiri, ayah yang pura pura gatau kalo gue ada di depan dia, pembantu yang lebih sayang dan perhatian sama gue daripada orang tua gue sendiri, dan sekarang my one and only temen gue yang teriak teriak sepanjang lorong untuk maksa gue ke rumah sakit. my life is just soooo perfect.

"Ya frey yaaaaaaa? please please please, nanti gue jajanin bakso tiap hari, nanti gue kerjain semua PR lo yang susah. ok freya? Please dong frey please!! ini permohonan gue dari lubuh hati terdalam, yayayayayyayayayaya?"

Yaampun. Dimana dia belajar jadi annoying gini sih? kepala gue pun nambah nyut-nyutan dan gue gak tahan lagi. "OK! STOP! i've had enough with that 'please please'," mata Thaya pun mulai bersinar dan ia tersenyum sangat lebar, "jadi????". Gue pun ngehembusin napas dan gue yakin itu cukup panjang untuk dijadiin jembatan penyebrangan. "iyeiye ah bawel,"

"HAH?! NI GUE GASALAH DENGER KAN? YEAAAYYYYYYY" Thaya pun memeluk gue dari belakang dengan erat. ia menyelingkan tangannya di seikitar leher dan membuat gue sesak napas. "eh ups, sakit yah frey?" tanya Thaya, "Yai---"

brumm.. brumm bruummmm

Semua perhatian anak-anak pun terpusat pada suara motor yang bising itu. Terlihat seperti motor mahal karena ban-nya yang besar dan tinggi, dengan cat berwarna hitam mengkilat seperti baru. Gue kok gatau ya ada siswa yang pake motor kaya begitu ke sekolah? apalagi tu motor ribut banget. Yakali gue ga pernah nyadar ada yang macam begitu di sekolah. Gue pun memerhatikannya untuk beberapa saat, mencoba untuk bisa melihat wajah pengendara itu. Cowok dengan helm fullface berwarna putih. "Heh thay, kok gue gatau ya kalo ada anak itu?" tunjuk gue ke arah cowok berhelm itu. "hm? yang mana frey?" dan beberapa saat kemudian cowok itu membuka helm-nya. dan yup! Gue bener-bener gatau dia itu siapa. gue baru pertama liat tuh? Rambut rancung-rancung gak keurus, kulitnya sih putih, cuman.... gak mandi kali ya tu anak? bibirnya rada pucet, tampangnya sangar kaya preman dan bener-bener mirip preman kalo diinget dia bawa motor kaya begitu.

"Oooohh dia? yang baru lepas helm bukan?" jawab Thaya.

"heeh, yang itu. Siapa?"

"Kenapa???? Ganteng yah?????"

"Lo emangnya kenal?"

"Anak kelas kita dia! Murid baru yang kita omongin tea. Ngeceng?"

"Kenapa lo bisa tau? Kan kita di rumah sakit?"

"Elah, gue kan keluar duluan! Kenapa sih lo ga jawab pertanyaan gue frey?? LO BENERAN NGECENG YA?!"

"Bilangin ke dia, kalo mau ke sekolah tuh mandi dulu. Gue gamau sekelas sama orang bau jigong,"

Dan gue pun pergi menuju ruang kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi.

-------------------------------------------------------------------------------

mendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang