"Ardan, pulang dong kan ini udah malem." Aku masih dengan sabar membujuk Ardan untuk pulang karena astaga ini sudah hampir jam sebelas malam dan Ardan masih terus memainkan stik ps milik Mas Wirga di depan televisi ruang tamu.
"Iya nanti." Jawabnya yang masih sibuk menekan tombol disana-sini (bahkan aku sendiri tidak tahu fungsinya apa) sambil sesekali memakan cemilan yang sudah kita beli tadi sore.
"Kan Mba Mine udah nyuruh Ardan pulang dari tadi, pulang ya Dan. Aku gak apa-apa kok sendirian dirumah." Hari ini keluargaku sedang pergi keluar kota karena kakekku sakit, padahal aku ingin sekali ikut tapi karena minggu depan adalah minggu ujian dan Ardan berjanji kepada orang tuaku untuk menjaga dan mengajarkan tentang materi ujian nanti maka dengan berat hati aku tinggal dirumah.
"Kamu bilangnya gak apa-apa, tapi aku yang gak tega ninggalin kamu sendirian dirumah." Jawab Ardan yang langsung membuatku tersenyum.
"Aku kan udah gede, aku gak takut kok Dan." Ucapku, padahal aku sendiri tidak yakin akan berani sendirian dirumah. Mungkin aku hanya akan mengunci seluruh pintu dan berdiam diri di kamar semalaman.
"Aku nginep deh, tidur disini juga gak apa-apa." Ardan kemudian mematikan televisi dan mencari bantal di sofa lalu meletakkannya di atas karpet ruang tamu.
"Enak din disini, adem."
"Eh jangan disini dan nanti badan kamu sakit terus juga masuk angin. Tidur di kamar Mas Wirga aja ya?" Ujarku dan langsung menarik tangan Ardan menuju kamar Mas Wirga yang terletak dilantai dua, tepat disebelah kamarku.
Ardan otomatis menghentikan langkahnya tepat didepan pintu kamar lalu menarik tubuhku agar berhadapan dengannya.
"Gerbang udah dikunci?"
Aku otomatis tersenyum.
"Udah, Dan."
"Kalo pintu rumah? Jendela depan? Jendela kamar?" Tanyanya beruntun.
"Udah semua Ardan." Jawabku sambil memainkan tangannya yang menggenggam erat tanganku sejak tadi.
"Tidur sekarang apa nanti?"
"Emang mau ngapain dulu?"
"Mau nonton film gak?"
"Loh kok kamu yang nawarin? Ini kan rumah aku."
"Loh tadi kamu yang nanya kan?"
"Oh iya."
"Dasar lemot." Goda nya sambil mengacak-acak rambutku.
Tolong, debar jantungku jangan sampai terdengar Ardan.
"Nonton di kamarku aja ya?"
"Boleh, yuk."
Ardan langsung menuntunku menuju kamar dan memilih film yang aku simpan dilemari bawah televisi.
"Horror?" Tanya nya sambil mengacungkan DVD The Conjuring 2.
"Kamu gak takut?"
"Hehe takut sih, atau komedi?" Kali ini dia menunjukkan DVD Pitch Perfect.
"Nggak deh, ini aja deh dan." Kali ini aku yang menunjukkan DVD Series Harry Potter di hadapan Ardan.
Ardan mengiyakan dan langsung menyetel DVD tersebut.
Kami lalu duduk di depan TV, tepat disebelah ranjang.
"Dan." Panggilku setelah film berjalan sekitar tiga puluh menit.
"Iya?" Jawabnya lalu menoleh kearahku.
"Aku sayang kamu." Entah kenapa aku sangat ingin mengucapkan hal itu ke Ardan.
"Hah?" Ardan menatapku aneh.
"Jangan pura-pura gak denger." Lalu aku meringis dan menghadap kearah lain
Demi tuhan, Aku malu setengah mati.
"Din."
"Apa."
"Dinda."
"Iya kenapa dan."
"Nengok dong."
Aku lalu menoleh ke arah Ardan dan aku langsung merasakan bibir Ardan menempel singkat di pipiku.
"Aku juga sayang kamu." Jawabnya.
Wajahku pasti sangat merah sekarang.
Sementara Ardan? kulihat dia sedang tertawa sambil menutup wajahnya.
"Aku bilangin kak Mine nanti." Ancamku
"Iya bilangin aja, asal jangan bilang kak Wirga ya. Aku takut sama dia."
Ardan, aku juga gak mungkin ngaduin hal ini ke kak Wirga, yang ada nanti dia akan meledekku habis-habisan.
"Emang gak takut sama mba Mine?"
"Takut sih, sedikit." Ardan kembali menatap layar televisi namun tangannya tidak lepas dari genggamanku.
"Din, kita pacaran udah berapa lama sih?" Tanya nya tiba-tiba.
"Loh, emang kita pacaran?" Aku sangat suka menggoda Ardan karena dia akan menunjukkan ekspresi lucunya.
"Ih kamu mah, aku serius din."
"Masih SMA dan, jangan serius-serius. Mba-mu aja masih belom nikah."
"Hampir dua tahun ya?"
Aku bergegas melihat tanggal yang tertera di layar Handphone.
14 April 2015
00.02 AM"Satu tahun, sepuluh bulan, dua belas hari, lewat dua menit."
"Cie hafal gitu."
"Emang kamu nggak?" Aku langsung menatap tajam ke arah Ardan.
"Hafal dong, udah yuk lanjutin nonton lagi."
Aku kembali menatap layar televisi dan beberapa menit kemudian tanpa sadar aku tertidur di pundak Ardan.