Bagian II: Murid Baru

265 10 2
                                    

No Matter How Far 

Bagian II: Murid Baru

"Kau tak perlu merasa terasingkan," ucap Gerald yang menjadi teman pertamanya David ketika mereka sedang makan di kantin. 

"Memangnya tampangku seperti orang yang terasingkan?" Gumam David.

"Itukan yang biasa anak baru rasakan ketika pertama masuk sekolah. Aku juga seperti itu ketika pertama pindah kesini. Apalagi ketika..." David sudah tidak mendengar ocehan Gerald ketika ia menangkap seorang perempuan yang sedang memandanginya dari kepala sampai kaki.

Gugup. Ya, David gugup.

Akhirnya David berhasil memberikan senyum ke perempuan itu. Bukannya membalas, perempuan itu malah memalingkan wajahnya.

Sejak kedatangannya pagi tadi, David memang gugup jika berada di dekat perempuan yang berusaha mendekatinya. Memang, David Archuleta memiliki wajah tampan yang berbeda dan jarang ditemui di sekolah ini. Dan David bingung kenapa seluruh manusia di kota ini tidak mengenalnya sebagai runnerup American Idol--sepertinya itulah keuntungannya. 

Tapi, perempuan ini berbeda. Dengan gaya yang terkesan cuek--memakai kaos dan jeans hitam--sangat berbeda dengan mayoritas perempuan disini yang memakai rok super pendek dan dandanan yang tebal.

"Kau pasti tidak mendengarku," ucap Gerald membuyarkan pikiran David.

"Uhm, apa katamu?"

"Ah, lupakan," Gerald dengan kesal--David dapat melihatnya--menghabiskan makanannya. "Tak kuduga kau sejahat itu. Tampangmu, sih, tidak mencurigakan. Ternyata, sikapmu begitu buruk padaku," gumam Gerald begitu dramatis, membuat David tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tiba-tiba salah satu perempuan mendekati David--lagi. "Hai, aku Kelsey Jeanne. Kau pasti murid baru," ucapnya sambil menjulurkan tangan.

David memberikan senyuman terbaik--dicampur kegugupannya--ke arah perempuan yang diketahui bernama Kelsey itu. "David Archuleta. Senang berkenalan denganmu," David pun menjabat tangan Kelsey.

"Bolehkah aku duduk di meja ini sebentar?" Kelsey tersenyum kepada mereka berdua.

"Ehm, silahkan," Gerald menggeser posisinya, lalu Kelsey duduk di sampingnya.

Kelsey memulai pembicaraan. "Sejak kapan kau pindah kesini?"

Ah, pertanyaan ini lagi, gumam David dalam hatinya. Mungkin sudah puluhan--bahkan ratusan--kali ia mendengarnya. "Dua minggu yang lalu," David memberikan senyum yang tidak bisa ditolak semua wanita. "Ehm, perempuan yang tadi duduk denganmu..."

"Oh? Siapa yang kau maksud? Nora? Namanya Nora Brooks. Masa kau tidak mengenalnya?" Kelsey menatap David heran sambil berfikir--cukup lama. "Oh, iya, kamu murid baru," gumam Kelsey, pipinya memerah karena malu.

David hanya membentuk huruf o di mulutnya. "Nora," tanpa sadar ia mengulang nama itu.

"Kenapa? Ada apa dengannya?"

"Tidak. Tadi ia menatapku, se-sebelum k-kau kesini," David tiba-tiba gugup jika membahas Nora. Kenapa?

"Oh, tak apa. Tatapannya memang menusuk, tak usah takut," jawab Kelsey sambil tertawa ringan. "Kau tertarik padanya?"

KRIIING!

"Ah, sudah bel. Senang bertemu denganmu, David," Kelsey tersenyum kepada David. Gerald berdehem tepat sebelum Kelsey beranjak. "Oh, aku hampir lupa denganmu, sampai jumpa!" Kelsey benar-benar meninggalkan tempat itu setelah mengacak-acak rambut Gerald.

"Wow, ternyata kau berteman dengannya?" Tanya David sambil berjalan menuju kelas Sejarah.

"Dia mantan pacarku," ucap Gerald datar.

David pun tiba-tiba tertawa--hampir terbahak-bahak--dan berusaha untuk berbicara lagi. "Kenapa kau tidak cerita kepadaku?"

"Kau kan jahat. Kau tidak pernah mendengarkan ceritaku."

"Kalau yang ini aku pasti mau mendengarkan."

Wajah Gerald semakin masam. "Baiklah. Seusai sekolah aku akan menceritakan semuanya. Tapi, kau harus jawab pertanyaanku."

David tertawa kecil. "Apa?"

"Kau tertarik padanya?"

***

"Dia sepertinya tertarik padamu," ucap Kelsey di tengah-tengah pelajaran Bahasa.

"Dia siapa?" Nora menjawabnya datar

"David."

"David siapa?"

"David Archuleta," ketika tatapan Nora masih belum berubah, Kelsey pun menambahkan lagi. "Laki-laki yang kita lihat di kantin. Si murid baru."

"Oh," Nora masih sibuk menyalin catatan yang begitu banyak dari papan tulis. "Siapa namanya tadi?"

"David Archuleta. Dia sedikit gugup ketika berbica--Aduh!" Kelsey berhenti ketika benda yang keras--yang diketahui bahwa itu penghapus papan tulis--mendarat di keningnya. Ia melihat Mr Wilson menatapnya dengan tatapan tajam.

"Fokus, Ms Jeanne," ucap Mr Wilson dingin. Kelsey sudah tidak berani berbicara.

Dia sepertinya tertarik kepadamu...

Kata tertarik sudah sering sekali didengar Nora. Dia itulah yang membuat Nora penasaran. Dan jantungnya merasakan hal yang sangat asing--bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia merasakannya.

Nora menemukan jantungnya berdegup tak normal.

***

No Matter How FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang