No Matter How Far
Bagian III: Kebohongan Pertama
"Tidak juga," jawab David datar, menutupi perasaannya yang sedikit gugup.
"Bohong. Aku lihat dari caramu memandangnya," ucap Gerald memojokkannya. David melemparkan tatapan matanya yang tajam. "Apa? Tak usah mengelak lah. Siapa sih yang tak suka dengan gadis cantik seperti Kelsey? Diakan..." Gerald masih melanjutkan ocehannya.
Oh, dia sedang membicarakan Kelsey. Kukira--David langsung menggelengkan kepalanya. Siapa yang dia pikirkan?
"Kau jahat sekali," Gerald meninju lengan David--pelan, tapi bisa membuat David merasa nyeri. "Kau sedang memikirkan apa? Sejak di kantin tadi--OH! Aku tahu kau memikirkan apa!"
"Apa?" David menanggapinya dengan ekspresi datar sambil menyetir mobilnya. Takut yang dikatakan oleh Gerald nanti benar.
"Nora," David enggan menatap Gerald. "Kau tertarik padanya, kan?"
***
"Tidak," Nora menjawab Kelsey dan Meena. "Mukanya aneh. Aku tidak suka."
Nora sampai pusing sendiri mendengar pertanyaan itu. Semenjak pulang sekolah tadi, mereka menanyakan hal yang sama berulang kali.
Kau tertarik padanya?
"Mengakulah. Aku tahu sifatmu berbeda semenjak kau bertemu dengannya," Meena menambahkan. Sebenarnya Kelsey dan Meena hanya becanda; mungkin untuk kali ini Nora menganggapnya berbeda. Jantung Nora terasa aneh jika mereka membahas hal ini.
"Apa yang kau tahu tentangku?" Nora menjawab dengan nada dingin.
"Cukup banyak," Kelsey dan Meena berbicara bersamaan.
Nora mendesah, tak tahu lagi cara menghadapi mereka. "Ehm, sekarang kan sudah mulai liburan musim dingin, besok aku akan ke rumah orangtuaku, setiap Sabtu dan Minggu selama sebulan kedepan. Sabtu pagi aku pergi, Minggu malam aku pasti sudah kembali."
"Ah," mereka berdua memeluk Nora. "Kita pasti akan merindukanmu."
"Sejak kapan kalian merindukanku? Lagipula, hanya Sabtu dan Minggu, kok."
"Sepertinya kau akan menjadi pacarku setiap Sabtu dan Minggu," Kelsey melirik Meena, dan dibalas dengan tatapan jijik dari Meena.
Nora hanya tertawa melihat tingkah laku teman-temannya. Mereka seperti kembar, tapi tetaplah bukan kalau lihat dari fisiknya. Kelsey dengan tipikal perempuan populer--rambut pirang lurus berponi dengan mata besar nan biru dan tinggi seperti model profesional--sebenarnya adalah kutu buku. Dia yang paling sering menghabiskan waktu untuk belajar di antara mereka bertiga. Tidak terlihat karena--tetap saja--dia sering memakai rok setengah paha dan baju seadanya.
Berbeda dengan Meena Wesler. Rambutnya merah ikal sepinggang dengan mata hijau yang mampu memesona semua laki-laki. Baiklah, dia terlihat baik-baik saja. Atau... Dialah yang sebenarnya suka berpesta. Dia gila. Contohnya ketika dia mengajak Nora ke pesta ulangtahun Carrie--yang awalnya ditolak Nora--Meena berakhir sangat kacau, lebih kacau dari Nora. Faktanya? Keesokan harinya dia menemani Kelsey menonton tayangan perdana Catching Fire, sedangkan Nora pusing seharian karena pesta tersebut.
Oh, Nora Brooks. Biasanya dia menguncir rambutnya karena tak tahan dengan rambutnya itu. Tapi, dia juga tidak mau memotongnya sampai sepundak. Dia biarkan rambut coklat terangnya tumbuh panjang sampai sepinggang. Matanya yang berwarna abu-abu terang pun memperindah wajahnya. Sifatnya pun bertolak belakang dengan penampilannya yang seperti gadis polos. Cuek. Tidak bisa berbaur dengan orang asing.
***
Nora bersiap ke rumah orangtuanya yang tinggal satu jam dari flatnya. Setelah pamit dengan Kelsey dan Meena, dia mengendarai mobilnya.
Sempat merasa bosan, Nora pun menyalakan radio mobilnya.
Trying to reach out to you, touch my hand
Reach out as far as you can
Suaranya terdengar tidak asing di telinga Nora.
Only me, only you, and the band
Trying to reach out to you, touch my hand
Can't let the music stop
Can't let this feeling end
cause if I do, it'll all be over, I'll never see you again
Can't let the music stop
Until I touch your hand
'cause if I do, it'll all be over, I'll never get the chance again
I'll never get the chance again
Nora menyukai lagu itu! Tapi... Sebelum ia tau siapa yang menyanyikan lagu ini, dia sudah sampai di gerbang megah rumahnya.
Rumah Nora cukup besar--cukup untuk menampung 2 keluarga dengan 3 anak, mungkin?--sampai-sampai dia tak mau mengajak Kelsey dan Meena kesini, Nora takut mereka tidak mau balik lagi ke flat mereka.
Nora memarkir mobilnya, dan mamanya sudah menunggu di depan rumah.
"Kau datang cepat sekali," Clary Brooks, ibunya Nora berbicara sambil memeluk Nora.
"Mama sendirian? Yang lain kemana?" Nora dan ibunya berjalan ke dalam rumah.
"Papamu ke luar negeri, sebulan pun belum balik."
"Tyler?"
"Dia ikut papa. Katanya supaya nanti suatu saat dia bisa menggantikan posisi ayahnya haha," ibunya tertawa kecil. "Tetapi, mereka akan datang lebih cepat, kok. Tenang saja."
"Aku lapar," ucap Nora datar, sekaligus mengalihkan pembicaraan.
Nora merindukan keluarganya.
Dulu ketika masih kecil, Nora dan kakaknya, Tyler yang usianya hanya selisih 10 menit--yap, mereka kembar--sering bermain di danau belakang rumah mereka. Ayahnya akan duduk di kursi santai di tepi danau dan ibunya memanggang sosis.
Ah, membayangkannya saja membuat mata Nora pedih ingin mengeluarkan air mata.
***
Masih dalam semangat ulangtahun David Archuleta ke-23, aku berbaik hati sudah mempublikasikan (lumayan) banyak bagian hahahahahaha have a good day! :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
No Matter How Far
Fanfiction"...Aku tak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Kau belum tahu kisah tentang mereka, tetapi kau sudah menyukainya. Itu bodoh sekali." Siapa sangka seorang David Archuleta, runnerup American Idol season 7, tidak pernah bertemu wanita idamann...