No Matter How Far
Bagian IV: Rumah
"Mama kenapa suruh aku kesini?" Tanya Nora di sela-sela makan mereka.
Ibunya berdehem, membersihkan suaranya yang sedikit tercekat karena kaget. "Teman lama mama akan datang kesini, mungkin menginap selama satu bulan sampai berkas-berkas tentang rumah di sebelah kita selesai diurus."
Nora menelan makanannya. "Siapa?"
"Duh, keluarga Ar... Arca..... Ar.... Aduh mama lupa," Nora bingung, ibunya sendiri saja lupa nama temannya. Ibunya melirik ke Nora. "Mama pernah melihat fotonya dengan anak-anaknya. Yang laki-laki sangat imut, lho."
"Ehem," Nora bangkit dari tempat duduknya. "Aku beres-beres dulu ya," Nora beranjak dari ruang makan dan menaiki tangga ke kamarnya.
Kamarnya terletak di ujung, sebelah kamar kakaknya. Masih seperti dulu, gumam Nora ketika memasuki kamarnya. Balkon di kamarnya menghadap ke danau belakang rumahnya. Nora teringat ketika dia dan keluarganya sering piknik di belakang rumah, pinggir danau yang indah dikala sore hari...
Nora benci kalau harus sedih ketika mengingat masa lalunya.
Perhatian Nora sekarang tertuju pada rumah yang berada tak jauh dari rumahnya, hanya dibatasi pagar rumput setinggi 2 meter. Rumah keluarga Clarke itu berbagi danau dengan rumah Nora. Hampir 7 tahun rumah tersebut tidak dihuni. Nora dan anak sulung keluarga itu sangat dekat seperti kakak-adik. Sampai akhirnya keluarga tersebut kembali ke kampung halaman mereka di Gloucester dan memilih untuk menetap disana.
Huh, tak apa, setidaknya sebentar lagi ia akan mempunyai tetangga baru, kan?
Akhirnya Nora memutuskan untuk duduk di kasurnya, mengacak-acak rak di bawah kasurnya, mencari-cari apa yang bisa ia baca--setelah bertahun-tahun ditinggal? Mungkin hanya ada komik bau dan majalah berjamur--dan Nora menemukan majalah Vogue entah edisi kapan, tetapi masih dibungkus rapi dengan plastiknya.
Dengan perlahan Nora membuka bungkusan tersebut, membaca majalah tersebut, dan berakhir di alam mimpi.
***
"Mau kemana lagi sih, Mom? Kita dua minggu disini sudah 2 kali pindah tempat tinggal," ucap Jazzy sedikit tidak sabar.
"Ke rumah teman Mom. Dia punya rumah yang sangat bagus, dan sebentar lagi kita akan menjadi tetangganya. Untuk sementara kita akan tinggal bersama mereka," jelas Mrs Archuleta.
Semua anak-anaknya--David, Amber, dan Jazzy--sedikit tidak bersemangat. "Bagaimana bisa Dad, Claudia, dan Daniel tidak ikut bersama kita?" Ucap Amber dengan nada datar tetapi tajam kepada ibunya."Tidak apa. Mom dan Dad sudah mendiskusikan ini," jawab ibunya yang sepertinya jawaban tersebut tidak dimengerti anak-anaknya. Ketiga anaknya hanya bisa saling memandang.
Langit sudah menggelap ketika mobil yang dikendarai David memasuki gerbang besar suatu rumah. Rumahnya sangat besar, membuat Jazzy dan Amber bergumam kagum.
"Selamat datang!" Ujar seorang wanita di depan pintu rumah tersebut, yang bisa dipastikan itu adalah pemilik rumahnya kepada ibunya David. "Kau memiliki anak-anak yang luar biasa!"
"Aku Amber, Mrs..."
"Clary Brooks. Kau bisa memanggilku Clary saja, tak apa," Clary tersenyum menjabat tangan Amber.
"Aku Jazzy," Jazzy menjabat tangan Clary dan tersenyum.
"Kau sangat cantik," ujar Clary. "Dan kau?" Tanyanya ketika melihat David.
Kenapa wanita ini sangat familiar? gumam David, sebelum akhirnya dia tersadar. "Oh, hai. Saya David."
"Ehm, aku punya anak perempuan yang seumuran denganmu. Kupikir kalian akan cocok. Benarkan, Lupe?" Dia dan ibunya David hanya tertawa. David pun tersenyum ramah. "Bukankah kau bilang kau punya 5 anak?"
"Ya, Claudia dan Daniel sedang menemani ayahnya. Mungkin akan menyusul," jawab Lupe. "Silahkan duduk, aku akan memanggil anakku," Clary pun segera menaiki tangga.
Suara Clary terdengar samar-samar dari atas. "Nora, bangun! Tamu kita sudah datang!"
Nora? David segera sadar dari lamunannya. Sekarang dia di rumah Nora.
Dan sebentar lagi dia akan bertemu Nora.
Sungguh, David masih belum siap.
***
Nora terbangun dari tidurnya. Suara Clary terdengar nyaring dari luar kamarnya.
"Nora, bangun! Tamu kita sudah datang!"
Dengan malas Nora melangkah ke toilet, mencuci muka, lalu kembali lagi ke kasurnya.
Clary akhirnya masuk ke kamarnya. "Pakai baju ini, mama tunggu 5 menit lagi." Dan ibunya keluar kamar lagi.
"Hah?! Mama!" Sepertinya keluhan Nora tidak dihiraukan Clary. Gaun merah muda sudah terbaring di atas kasurnya, membuat Nora mendesah enggan. Nora tidak bisa membantah Clary dari dulu.
Setelah memakainya, Nora melihat cerminan tubuhnya. Tidak terlalu buruk, pikirnya. Malah, ia menganggap dirinya lebih cantik dibanding biasanya. Rambut cokelatnya ia biarkan tergerai, setelah disisir, barulah ia keluar kamar.
"Siapa yang datang? Teman mama itu?" Tanyanya ketika menuruni tangga bersama Clary.
"Yap, keluarga Archuleta."
Sebelum bisa mencerna kalimat Clary, Nora sudah melihat David di depannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
No Matter How Far
Fanfiction"...Aku tak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Kau belum tahu kisah tentang mereka, tetapi kau sudah menyukainya. Itu bodoh sekali." Siapa sangka seorang David Archuleta, runnerup American Idol season 7, tidak pernah bertemu wanita idamann...