Bagian VII: Boneka

220 8 3
                                    

No Matter How Far

Bagian VII: Boneka

"Kau terbiasa melakukan itu ya?" Tanya Nora tiba-tiba ketika sedang dalam perjalanan pulang.

"Apa?" ucap David.

"Itu, hmm, video blog," kata Nora.

"Oh, iya, dari dulu aku suka melakukannya. Selesai direkam, aku masukkan ke youtube."

"Tunggu, video yang tadi?"

"Yap, aku masukkan ke youtube," David melihat Nora terdiam menunggu David untuk berbicara lagi. "Ehm, mau ku hapus atau..."

"Ah, tak apa," ucap Nora memotong kalimat David.

Kali ini giliran David yang menatap Nora. Nora sedang memerhatikan jalan lewat jendela. Rambutnya yang acak-acakan membuat wajahnya tertutup setengah, tetapi tidak menutupi kecantikannya...

Astaga, kau sedang menyetir! batinnya. David mengalihkan perhatiannya ke jalanan lagi. Aku tidak bisa suka padanya. Ini terlalu cepat.

Apa yang terlalu cepat? Seolah-olah bagian lain dari otak David berbicara. Mungkin ini hatinya yang berbicara. Tak ada yang terlalu cepat untuk cinta.

Tidak bisa. Aku baru mengenalnya. Tak mungkin dan tak bisa aku jatuh cinta padanya sekarang.

Kau sedang pura-pura tak mencintainya kan?

"Ergh," David benar-benar butuh sesuatu untuk menjernihkan pikirannya. "Nora."

"Ya?"

"Hari ini aku akan pindah. Ehm, nanti siang tepatnya."

"Oh, lalu?"

Tuh, dia sangat dingin kepadaku. Bagaimana aku bisa--ergh! "Ya... Kita mengadakan pesta housewarming, kau mau ikut? Kau bisa mengajak semua teman-temanmu."

Nora berpikir sebentar. Berarti sebentar lagi aku akan masuk ke rumah itu lagi, pikirnya. "Baiklah," ucap Nora. "Mungkin sekalian birthday party?"

"Hah? Bagaimana--oh, ya, kau kan mencari-cari tentangku di wikipedia."

"Haha, terdengar seperti obsesi," kata Nora sambil tertawa kecil, membuat David ikut tertawa.

***

David menghampiri Amber yang sedang duduk di kasurnya dan duduk di sampingnya.

Amber pun segera menyambutnya dengan beragam ekspresi--seperti biasa. "Kau kencan dengannya?!"

"Bisakah kau pelankan suaramu?" David melemparkan bantal ke wajah Amber.

"Aduh!" Amber meringis. "Kau mengalihkan pembicaraan."

"Baiklah, tidak. Tadi hanya sarapan biasa."

"Bohong, matamu berbohong," Amber mendekati wajah David sampai jaraknya hanya sejengkal.

David seketika mundur dan berkata "ergh! Baiklah, singkat cerita, dia tahu tentangku, meminta imbalan untuk tutup mulut, dan aku memberinya McDonald's."

"Hah?" Terlihat banyak pertanyaan yang terlintas di pikiran Amber. "Bagaimana dia bisa tahu? Lalu kenapa kau memberitahunya? Kenapa dia minta imbalan? Dia memerasmu? Apa dia tahu besok ulangtahunmu? Apa--ah! Yang penting, aku bangga padamu, kak," ucap Amber sambil menepuk pundak David.

"Tumben kau memanggilku 'kak'." David memang tak terbiasa dipanggil itu.

"Kau kan kakakku," Amber pun segera memeluk David.

David benar-benar mencintai keluarganya.

***

"Terimakasih atas semuanya, Clary!" Lupe memeluk Clary dengan akrab.

"Ya, jangan sungkan untuk berkunjung kesini lagi," ucap Clary, lalu memeluk Jazzy, Amber, dan David.

Nora melihat mereka dari belakang ibunya. Akhirnya, gumam Nora.

"Nora," David memanggilnya sebelum ia keluar pintu. "Kau datang kan besok?"

"Ya," jawab Nora sambil tersenyum manis. David pun membalas senyumannya lalu keluar dari rumah Nora.

Clary membalik badannya, lalu berkata pada Nora "Nora, Papa dan Tyler sebentar lagi sampai."

"Ya? Benarkah?"

Suara mobil yang baru datang pun terdengar dari luar rumah.

Nora langsung keluar rumah, dan ia melihat Tyler yang baru keluar dari mobil. Nora berlari ke arah Tyler lalu memeluknya. Tinggi Nora yang berbeda lumayan jauh dengan Tyler membuatnya dengan mudah diangkat oleh Tyler.

"Aku merindukanmu," bisik Nora.

"Haha, aku juga," jawab Tyler. Mereka melepaskan pelukannya, lalu merangkulnya.

"Kau tinggi sekali sekarang," Nora memerhatikan Tyler dari bawah sampai kepala.

"Kau yang tak bertambah tinggi haha kau semakin kurus."

"Apa? Padahal aku merasa porsi makanku bertambah," ucap Nora. "Papa!" Nora berlari ke arah ayahnya, lalu memeluknya.

"Hah, berat badan kau berkurang ya sejak terakhir aku memelukmu?" Ayahnya memeluknya dan mencium kepalanya.

Nora hanya bisa menekuk bibirnya dan bergumam, "Huh, semua saja mengatakanku lebih kurus."

***

Nora sedang duduk di balkon kamarnya yang menghadap danau. Ketika malam, danau tersebut memang cukup indah untuk dilihat karena lampu-lampu pinggir danau yang menyala membuat pantulan cahaya yang mengesankan.

Dalam waktu 15 menit, Nora sudah memberitahu lebih dari 100 temannya tentang pesta yang akan dilaksanakan di rumah David besok lewat pesan singkat.

Nora menolehkan pandangannya ke arah rumah keluarga Archuleta. Ya, sekarang David sudah resmi menjadi tetangganya. Nora melihat dari rumahnya, lampu rumah tersebut akhirnya menyala kembali.

"Ehem," Tyler tiba-tiba muncul dari belakang.

"Eh! Ketuk pintu dulu sana!" teriak Nora.

"Apa? Aku sudah berdiri di depan pintu 5 menit dan mengetuk pintu selama itu tapi kau tidak menjawab jadi aku panik. Ketika aku masuk pintu balkonmu terbuka, kupikir kau kabur," jelas Tyler.

"Hah? Kau sama bodohnya seperti saat aku terakhir melihatmu."

"Maaf, kalau aku bodoh kau juga dong? Kan kita kembar."

"Eit, kita kembar tapi jangan samakan kebodohan kau denganku."

Tyler duduk di samping Nora, lalu berkata "Haha, aku teringat ketika keluarga Clarke masih menjadi tetangga kita. Kau sempat naksir kan dengan Austin?"

"Apa? Tidak! Kau tuh yang naksir sama adiknya."

"Hah? Siapa?" Tyler mencoba mengingat-ingat tapi tak berhasil.

"Ya ampun, tega sekali kau. Sudah berapa wanita yang kau tiduri selama setahun ini?" ucap Nora datar.

"Astaga, Nora! Aku tak mungkin melakukan hal itu! Maksudku, tidak sampai kesitu," jawab Tyler. "Aku bangga dengan jumlah wanita yang pernah aku kencani. Lama-lama mungkin aku bisa membuat playbook ala Barney Stinson di film How I Met Your Mother."

Nora melempar boneka ke arah Tyler dan berkata "Tyler! Keluar dari kamarku!"

"Baiklah." Tyler meninggalkan Nora sambil membawa bonekanya.

"Kembalikan bonekaku!" teriak Nora.

Lalu Tyler melemparkan boneka tersebut, berkata "Haha, boneka dari bocah itu." Kemudian Tyler langsung keluar kamar.

Nora berpikir sebentar, "Dia lebih tua darimu, Tyler!" Sepertinya sudah tak dihiraukan Tyler.

Ohiya, ini boneka dari Austin, pikirnya. Boneka Garfield berwarna oranye yang diberikan kepada Nora tepat di hari mereka berpisah.

Ternyata selama ini dia merindukan laki-laki itu.

***

No Matter How FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang