Krystal POV
Namaku krystal jung. Appa yang memberikanku nama secantik itu. Sebenarnya nama asliku adalah jung soojung, hanya saja semua orang selalu memanggilku krystal karena orang itu. Orang yang dulu tidak begitu bodoh, namun sekarang amat sangat bodoh. Karenanya lah aku dikenal sebagai krystal jung, hanya karena ia ingin hanya dirinya dan orang specialku yang lain yang memanggilku dengan sebutan soojung. 'Toh soojung dan krystal adalah persamaan kata' begitu katanya.
Bicara soal orang special, orang ini benar-benar special untuk hidupku. Delapan belas tahun sudah aku hidup di bumi ini, selama itu pula aku telah mengenalnya dengan baik. Dia amber J liu. Bungsu dari Liu itu adalah sahabat ku yang benar-benar bisa kita sebut sebagai sahabat. Selama ini amber selalu ada dan melindungiku dari berbagai hal. Bahkan ia tidak segan memotong tanaman hias yang mommy nya tanam karena melukaiku.
Flashback on
Aku terbangun dari posisi berbaring menjadi duduk setelah telingaku mendengar sesuatu dari jendela kamarku. Aku yakin batu kerikil lah yang menghantam kaca jendela itu. Aku berjalan menuju ke arah jendela dan membukanya ketika kulihat di bawah sana telah berdiri sosok menjengkelkan berwajah llama. Ia melambai-lambai setelah melihatku ada di depan jendela sedang menatapnya.
"Ada apa?" Ucapku setelah membuka jendela.
Ia berkata dan kudengar cukup jelas. Ia memintaku agar turun kebawah dan menemuinya. Aish ada-ada saja bukan? Rumah kami bersebelahan dan sangat mudah baginya untuk masuk melalui pintu utama rumahku, tapi dia lebih memilih menggores kacaku dengan sengaja lewat kerikil-kerikil itu. Bodoh dan gila, dua kata pas untuk mendeskripsikan bagaimana pola hidupnya.
Aku turun kebawah dan menuju pintu samping rumahku. Pintu itu langsung menghubungkan aku dengan si Llama bodoh itu. Kubuka pintu bercat putih yang sering ia ketuk dengan keras bila pintu depan tak kunjung dibuka saat ia bertamu. Tunggu! Bertamu? Orang sepertinya bila kerumah tidak pantas disebut dengan bertamu. Saat pintu terbuka ia akan langsung menyelonong masuk dan melakukan semua hal gila semaunya, seolah rumahku adalah rumahnya juga. Ralat, rumah appa ku maksudnya.
Ia meloncat kegirangan ketika melihat aku sudah berdiri tak jauh darinya. Hanya saja tanaman yang menyerupai semak tinggi yang selalu mommy liu pangkas setiap minggu agar tetap terlihat cantik menghalangi kami saling berhadapan.
"Ada apa?" Tanya ku dengan dua kata itu lagi. Yah, amber berhasil membuatku menyerukan dua kata itu lagi untuk membuatnya menghilangkan rasa penasaranku.
Ia menyuruhku untuk menuju tempatnya berdiri. Karena tanaman itu cukup tinggi, tubuh amber hampir tertutup hingga ke leher. Aku tidak tau apa sebenarnya tujuan mommy liu menanam tanaman ini. Amber kemudian seolah membuka jalan untukku agar berjalan menuju pekarangan belakang rumahnya. Aku menolak dan berkata akan lewat pintu depan.
"Aku sudah mengunci semua pintu. Mommy dan daddy sedang tidak dirumah, begitu pula dengan jackie. So, lewat sini lebih membuatmu cepat sampai dan cepat berada disisiku." Ucapnya.
Kata-katanya membuat aku bahkan nyaris muntah. Berada disisiku katanya? Bersyukurlah soojung, malam ini hanya ada bintang dan karenanya wajah merahmu bisa tersembunyikan oleh gelapnya malam. Dia pandai bergurau, dan ia juga sering menggodaku. Karena itulah aku benci bila harus menjadi sahabat dari si stupid ini. Ahh tentu saja aku bercanda. Aku bahagia menjadi sahabatnya.
Aku mulai berusaha melewati tanaman yang memang kurasa sebuah semak. Hanya saja mommy dari anak menyebalkan ini membuatnya terlihat mahal dan cantik. Emm, mungkin memang mahal.
"Aaakh!" Pekikku ketika sebuah duri kecil menggores lengan kurusku yang putih.
Sontak amber terkejut dan menarikku dari sana. Sungguh bodoh, yang dilakukannya hanya membuat lenganku makin tergores karena kelakuannya yang tiba-tiba.