"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku pada yeoja tampan ini.
Amber tidak menjawab dan terus melakukan pekerjaannya. Aish, apa yang dia lakukan dengan kursi itu? Kenapa dia naik-naik segala? Wajahnya yang mirip hewan Llama itu makin tidak terkontrol bila dilihat dari bawah begini. Kenapa aku harus bertetangga dan bersahabat dengannya sih?
Yah, sore-sore begini sudah menjadi rutinitas amber dan aku untuk duduk bersama di rumah ku ataupun di rumahnya. Pilihan kami hari ini adalah kamar seorang jung soojung. Lihatlah si bodoh ini, dia terlalu sering berada disini hingga merasa ruangan ini adalah ruangannya. Ia bahkan tidak memperdulikan pemilik asli ruangan, alias aku.
Aku kembali menanyakan hal yang sama padanya. Sebenarnya apa yang dia lakukan pada jendelaku. Tau begini biar saja kami berdiam-diaman supaya dia tidak membuatku darah tinggi dengan melakukan hal bodoh dan tidak menjelaskan. Huft, seminggu sudah sejak kejadian aku menangis di atap gedung sekolah. Amber kembali menjadi ceria dan jadi sumber keceriaanku pula.
"Mencari perhatianmu." Terkejutlah aku yang sedang melamun, ketika mendengar ia menjawab tepat di wajahku. Tentu ia baru saja turun dari kursi itu.
Aku sedikit berpikir mengenai jawabannya. Apa maksudnya dan mengapa ada benda putih itu yang menggantung di jendelaku? Dasar jahil dan tidak bisa diam. Sudah melakukan hal yang bertolak belakang dengan jawabannya, stupid Llama ini benar-benar hebat dalam membuat orang kesal. Sambil menahan marah, aku memilih untuk bertanya kembali padanya. Dia tidak menjawab dan berjalan menuju ke kasur dan membanting tubuhnya sendiri ke benda empuk itu.
"Kau mengabaikan aku soojungie, makanya aku melakukannya agar menarik perhatianmu." Jelas nya namun membuatku semakin bingung.
Makin hari otaknya semakin bergeser dan tidak tinggal diam di kepalanya. Amber kemudian menyingkirkan tumpukan majalah yang baru aku baca tadi, hal itu membuat kamarku menjadi berantakan karena majalah itu menjadi berantakan.
Ahh.. Setelah aku mengingatnya kembali, aku baru sadar bahwa sejak tadi kami bersama aku hanya membaca majalah dan mengabaikannya yang sedang bercerita tentang sesuatu padaku. Aku kemudian duduk di atas kasur tepat di sampingnya. Dengan cepat kepalanya berpindah naik ke atas paha ku. Dia menutup matanya dan kubiarkan tanganku refleks menarik hidung mancungnya.
"Ya! Ya! Krystal jung what are you doing?" Katanya dengan sedikit sumbang karena hidungnya tertutup. Haha wajahnya benar-benar jelek jika begitu.
"Aduh aku tidak kuat melihatmu, Llama. Hahahhaa.. Kau bahkan lebih jelek dari muka 'teru teru bozu' yang kau gambar. Lagian kenapa kamu menggantung benda putih kecil menjijikan itu di jendela kamarku amber?" Tanyaku sambil tetap tertawa.
Amber mulai bangkit dari posisi tidurnya. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan senyum yang biasa ia perlihatkan. Kenapa sih dia akhir-akhir ini? Kenapa kalau punya masalah tidak cerita saja dan malah menjadi pemurung begini? Aish.. Bukan amber yang ku kenal.
Aku menyentilkan tanganku di kepalanya, tidak peduli meski ia lebih tua sekalipun. Huft aku kesal melihatnya tidak ceria begitu. Padahal aku telah berusaha mencairkan suasana walau harus membuat hidung mancungnya menjadi sedikit kemerahan.
"Aku bercerita padamu soojung, tapi kau tidak mendengarku. Minggu depan aku akan ikut karantina." Ucapnya seolah mencoba membaca pikiranku.
Aku lupa bahwa sejak tadi aku terlalu asyik dengan dunia ku. Harusnya aku mendengarnya dari tadi agar tidak terlalu terkejut sekarang. Kutanyakan padanya apa maksud karantina itu sebenarnya. Umm, aku tau karantina itu apa, tapi karantina seperti apa yang akan dia lakukan dan kenapa dia baru memberitahu aku sekarang? Bodoh. Llama bodoh!
"Karantina basket, di Mokpo. Aku sebenarnya senang, karena akhirnya aku berguna juga untuk sekolah. Tapi aku sedih krys, karena tidak bisa ada disampingmu."
Amber berkata dan masih menjelaskan. Aku mendengarnya tanpa menatap sedikitpun ke arahnya. Ku tatapi boneka teruterubozu yang ia gantung di jendela. Amber masih menjelaskan, ia bilang bahwa disana ia di karantina dan tidak boleh berhubungan sementara. Yah aku juga tau karantina kan memang seperti itu. Aku hanya sebal mendengar bahwa yang akan dikarantina adalah sahabatku.
Sejak kecil aku tidak pernah jauh dari amber. Dengan rumah kami yang bersebelahan ini sangat tidak mungkin bagiku untuk susah bertemu dengannya. Kami merasa bahwa rumah krystal adalah rumah amber, atau rumah amber adalah rumah krystal. Aku tidak mau membayangkan bagaimana sehari saja tanpa melihat amber. Di rumah, di sekolah, di mana-mana, tidak mau. Aku tidak mau amber pergi.
"Kenapa kau baru beri tahu aku sekarang? Huh?" Tanyaku sambil menyilangkan dada masih tetap tidak mau menatapnya.
"Aku bahkan baru di beritahu hari ini krystal. Aku berangkat lusa." Jawabnya dengan nada menyesal. Penyesalanmu itu harus dibayar mahal amber.
"Lalu kenapa kau menggantung itu? Apa maksudmu?" Tanyaku lagi sambil menunjuk kearah boneka penangkal hujan itu.
Amber belum menjawab. Aku mengintip sedikit ke arahnya. Dia menunduk dalam diam, aku tidak suka dia malah diam seperti itu. Dasar wanita jadi-jadian yang bodoh. Aiishh... Kenapa dia ini harus jadi sahabatku sih?
"Ja.."
"Agar tidak akan datang hujan meski ini musim hujan. Aku berharap kamu datang mengunjungi aku krys. Aku tidak mau kamu dipersulit jika hujan datang. Maka dari itu aku menggantungnya.. Berharap tidak akan ada hujan hingga kamu mengunjungiku, dan hingga aku kembali."
Aku diam mendengar jawabannya yang panjang. Perlahan aku bangkit dari kasur empuk ku dan menuju ke nakas mengambil segelas air kemudian meneguknya. Dia kira mudah bagiku untuk pergi mengunjunginya nanti? Sama sekali tidak.
"Kau kira mokpo itu sama dekatnya dengan rumahku dan rumahmu huh?! Aku akan kesana dengan siapa amber? Dengan apa? Bodoh! Aku tidak akan mengunjungimu. Tidak akan pernah." Ucapku dengan keras sambil membelakanginya.
Mataku memanas, sebentar lagi bulir air bening akan keluar mengalir begitu saja dari sana. Aku tidak suka dengan amber yang sekarang. Amber yang sekarang yang suka membuat soojung menangis. Aku tidak terima kalau amber pergi.
"Baiklah krys.. Doakan aku selamat dan berhasil agar membanggakan sekolah. Ku harap kamu juga bangga. Aku masih berharap kamu datang mengunjungi aku nanti. Aku pulang ya soojung.."
Kurasakan pergerakannya yang mulai beranjak menuju pintu kamarku. Air mataku mulai tidak lagi tertahan dan akhirnya keluar bersamaan dengan tubuhku yang berbalik ke arahnya.
"Josephine! Tetap disitu atau ku bunuh kau nanti!!!" Teriakku yang ku jamin akan terdengar hingga keluar.
Aku melihat ia berbalik menatap ku yang kini ku tatap balik. Tidakkah ia lihat air mata masih deras menetes dari mataku? Mana amber yang berjanji tidak akan membiarkan tuan putri nya menangi? Dasar servant yang gagal. Aku mulai mengabaikan tatapannya dan mulai berjalan menaiki kursi yang tadi ia naiki. Ku lepaskan teru teru bozu itu dari tempat ia tergantung.
"Kau tau apa yang baru kulakukan? Ku lepas boneka sialan ini agar hujan turun deras untuk beberapa hari kedepan. Kalau perlu akan ku lakukan ritual bodoh dengan ahjumma penyihir gadungan yang ada di kompleks sebelah agar hujan benar-benar turun. Bukan agar aku tidak bisa mengunjungi kamu, tapi supaya kamu tidak bisa pergi sekalian. Bodoh!! Stupid! Kenapa kamu berpikir untuk pergi?! Huh?! Telpon ahn songsaemnim atau orang terkutuk yang menyuruhmu pergi, dan katakan padanya bahwa kau menolak untuk di karantina. Sekarang!" Ucapku panjang lebar yang kemudian disusul oleh nafas ku yang tersengal-sengal.
Mataku belum berhenti membiarkan cairan bening ini mengalir. Aku masih belum merasakan pergerakan dari amber, hingga lututku mulai lemas dan terduduk di lantai kamarku. Tak lama kemudian aku merasakan seseorang memelukku. tentu dia si amber yang bodoh. Aku kalungkan tanganku di lehernya dan membiarkan pelukan kami semakin erat. Aku yakin setelah ini kaos amber akan basah setelah kubiarkan air mataku membanjir di bahunya.
"Terimakasih princess. Kamu membuat aku merasa sangat di perlukan. Merasa lebih berguna dan merasa di inginkan."
Pelukanku kubiarkan mengendur tanpa berniat melepaskan. Kupingku masih peka untuk mendengar suara rintikan hujan di luar sana. Kutatap boneka teru teru bozu yang tergeletak di lantai setelah tadi kulempar. Iya, biar saja.. Biarkan saja hujan turun dan tidak berhenti agar amber tetap ada. Agar amber tetap ada.