Krystal POV
Pagi ini kami semua pergi menuju ke stadion yang tidak terlalu jauh dari hotel yang kami tempati. Tadinya pak pelatih menyarankan untuk kami berjalan atau sedikit berlari-lari kecil, tapi ketiga perempuan sok manja itu meminta untuk pergi dengan bis. Lalu pelatih Kim hanya menuruti mereka dan berakhirlah kami duduk di bis ini dan pergi ke stadion.
Lihat kemacetan yang ada di depan kami. Ini pagi, dan ini jam nya para pekerja berangkat ke tempat kerja mereka masing-masing. Tentu kami hanya terjebak di jalanan macet ini dan menyita banyak waktu. Sedangkan jika kami berlari akan ada banyak manfaat yang kami dapat.
Kalau tadi kami berjalan atau berlari ke stadion, kami akan menghitung itu sebagai pemanasan, waktu kami sampai kesana lebih cepat dan membuat waktu latihan kami menjadi lebih panjang kan?
Aku seperti sedang membuat sebuah teks eksposisi, huft.. Aku rasanya ingin mengutuk ketiga gadis menyebalkan itu.
“berhenti menggerutu dalam hati. Wajahmu menjadi seperti nenek sihir.”
Aku hanya menolehkan wajahku ke arah Amber yang kini hanya menyengir setelah kutatap dengan death glare ku yang paling membunuh. Untung saja bis ini ber-AC, setidaknya aku tidak terlalu merasa panas hingga aku bisa mengendalikan diriku untuk tidak menimpuk wajah orang-orang itu dengan sepatu Voli yang aku pakai.
Bis masih terjebak di kemacetan,dan jadwal latihan kami akan dimulai dalam waktu 25 menit lagi. Apa kita akan sampai tepat waktu? Kalau kita tidak datang tepat waktu, lapangan yang sudah di booking untuk kami akan dipakai oleh orang lain. Itu akan mengakibatkan kami harus menunggu disana sementara waktu sampai orang-orang itu selesai latihan dan lapangan bisa dipakai oleh sekolah kami.
“Pelatih Kim! Kita berlari saja.. kita akan terlambat kalau menunggu kemacetan ini berakhir.” Aku akhirnya bangun dan mengucapkan pendapatku kepada Pelatih Kim yang tampak berpikir.
“aku tidak setuju. Kemacetan ini tidak lama lagi akan berakhir. Kita harus hemat tenaga untuk berlatih disana bukan?”
Si pria sok tampan yang namanya Sehun itu benar-benar mengujiku! Aku bangun dan meloncati Amber yang ada di sampingku supaya bisa berjalan menuju Sehun yang duduk agak di depan. Tapi Amber menarik pinggangku dan menyuruhku untuk kembali duduk ke tempatku semula. Ralat. Dia bukan menyuruhku, tapi memaksaku.
Sekarang justru Amber yang cari ulah denganku. Aku ingin pukul kepalanya sekuat tenaga kemudian kulempar dia keluar dari jendela.
"Kau mau ku pukul di sebelah mana Llama bodoh?!"
Kemudian dia tersenyum aneh dan menunjuk bibirnya sendiri. Dengan kesal langsung saja ku arahkan telapak tanganku untuk memukulnya hingga berbunyi keras.
"Sebenarnya kalian melakukan apa?" Tanya Luna yang tiba-tiba muncul dari belakang kami.
Aku menggeleng sedikit kemudian menyuruhnya untuk pergi. Aku meilih untum memandang keluar jendela tidak perduli Amber masih memegangi bibirnya menahan sakit.
"Ya! Pak sopir! Tidak bisakah kau mengemudikan mobil mu dan menyalip mobil-mobil yang ada di depan? Orang di sampingku ini sedang tidak sabaran."
Langsung kucubit saja pinggang Amber setelah dia mengucapkan hal itu. Dia benar-benar cari gara-gara denganku. Setelah latihan nanti, lihat saja!
Kemudian tak lama dari itu kurasakan mobil yang kami tumpangi ini berjalan dengan lancar. Nampaknya kemacetan telah berkakhir. Syukurlah kalau sudah tidak macet. Mudah-mudahan kami tidak terlambat dan tidak ada sekolah lain yang mendului kami.
"Soojungie.. lihatkan? Kau hanya perlu bersabar."
"Cih! Jangan menghadap kemari. Aku ingin mengacak-ngacak wajahmu kalau kau tau." Ucapku masih memandang keluar jendela.