Author POV
"BREAK!"
Seseorang berteriak dan berlari menuju krystal yang menunduk sambil memegangi tangan kanannya. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Amber.
"Soojung-ah gwenchanna?!" Amber menarik tangan Krystal perlahan dan melihat betapa merahnya tangan Krystal saat ini.
Anggota tim Krystal juga menghampiri ketua mereka itu dan tampak cemas dengan keadaan Krystal yang sekarang ini sedang menahan sakit. Krystal ingin sekali memeluk Amber dan menangis mengatakan padanya bahwa tangannya sangat sakit, tapi ia tidak mau membuat tim nya dan seluruh suporter dari sekolahnya khawatir dan berujung kecewa.
Beberapa petugas kesehatan mulai menangani Krystal. Mereka mengambil ice pack dan menjadikan itu sebagai kompres untuk tangan Krystal supaya lebih baik.
"Soojung-ah.. i ask you, gwenchana?" Amber kembali bertanya.
"Aku tidak apa-apa." Jawab Krystal sambil menyingkirkan tangan Amber dari tangannya.
Amber keluar dari lapangan setelah Krystal memintanya. Permainan dilanjutkan kembali. Tapi Amber tetap sangat khawatir dengan keadaan Krystal. Dari gelagat Krystal, Amber tau bahwa ia sedang menahan sakit pada tangan kanan-nya.
"Aiish, dia itu." Amber mendesis pads dirinya sendiri.
Krystal POV
Aku menyesal. Lebih baik kubiarkan bola itu mengenai wajahku saja sekalian. Setidaknya aku hanya akan merasa sakit di wajah atau mungkin hidung mancungku. Tapi tangan? Tidak bisa. Tanganku adalah senjataku untuk bertanding. Apalagi ini tangan kanan.
Ini sakit sekali! Aku ingin berlari keluar lapangan dan meminta Amber untuk membawaku mengobati tanganku. Tapi itu tidak mungkin. Aku tau yang di inginkan lawan adalah aku. Mereka ingin melawanku dan itu cukup membuat api di kepalaku berkobar.
Aku Krystal Jung. Aku Jung Soojung. Kalau mereka memang ingin main-main dengan aku maka akan aku penuhi permintaannya.
Bola dari lawan kembali diarahkan terus-menerus padaku. Aku dengan senang hati menerimanya dan mengopernya ke teman satu tim ku agar aku dapat memukulnya dengan pelan.
Aku mengoper bola menuju ke Jihyo tetapi dia tidak mengindahkannya dan membiarkan bola itu jatuh begitu saja. Aku tau operanku sudah cukup baik untuk dapat dia terima dengan mudah, tapi dia?! Gagal! Dia sama sekali tidak berkembang.
Bola kembali di service dari lawan. Aku akan melahapnya sendiri kali ini. Aku tidak bisa mengandalkan anggota tim seperti Jihyo yang padahal kuanggap paling mampu ketimbang dua temannya yang lain.
Tapi aku keliru. Bola itu tidak melambung ke arahku, melainkan menuju Luna. Aku yakin bahwa ia bisa, tetapi dia tidak melakukannya dengan baik. Bola itu memang dia pukul tapi pukulan itu terlalu lemah hingga bola nya menabrak net.
Ada apa dengan mereka?!!
Kini skor kami menjadi tertinggal 5 angka dari lawan. Aku tidak suka ini! Kami sudah sejauh ini dan ada apa dengan mereka? Aku sudah terluka dengan tanganku, dan mereka bukannya semakin semangat untuk meng-cover kerjaku justru sekarang malah bertanding dengan skill yang bahkan lebih buruk dari pemula.
Pertandingan terus berlanjut dan aku tidak diam saja di tempat. Aku berlari kemanapun bola itu mengarah. Bahkan mereka tidak ikut melakukannya meskipun tau bola itu mengarah di tempat kosong di dekat mereka.
Aku tau mereka sengaja.
Aku tau mereka melakukannya dengan sengaja!
Peluit mulai terdengar tanda waktu istirahat sebentar.