Ch. 16

108 5 2
                                    

** akhirnya bisa update juga 😅
Selamat membaca semuanya~ **

********

Jelas saja saat aku tiba di rumah, ibu dan kedua adikku sudah menantiku dengan khawatir.
"Darimana saja kamu??" Tanya ibu saat aku masuk.
"Dari pantai," jawabku sambil tersenyum penuh rasa bersalah.
Ibu langsung terduduk lemas, "kamu benar-benar membuat ibu khawatir. Kukira ada hal buruk lagi terjadi padamu!!" Aku langsung mengerucutkan bibirku dengan sedih.
"Maafkan aku, lain kali aku nggak akan begini lagi," gumanku sambil memeluk tubuh ibu. Kedua adikku pun ikut berpelukan bersama kami.
"Okey sudah cukup pelukannya, semuanya siap-siap berangkat sekarang!!" Ibu langsung membubarkan suasana romantis kami dan semua langsung sadar mengambil tas dan bersiap pergi ke sekolah. "Jangan lupa cek dapur, kunci pintu dan jendela sebelum berangkat!!" Ujar ibu sebelum mereka menutup pintu. Aku masih punya cukup waktu untuk mandi dan bersiap.
Sebuah perasaan aneh yang menenangkan memenuhi rongga dadaku saat menghirup udara pagi yang mendung. Rasanya aku sudah siap menghadapi hari yang berat di sekolah. Hembusan angin dingin membuatku semakin menegaskan langkahku saat berjalan. Aku siap!
Bahkan saat melihat Ardy dan Riky berdiri dengan gagah di depan gerbang sekolah tidak membuat nyaliku kecil. Aku terus berjalan tanpa menatap mereka. Namun, dari sudut mata aku bisa melihat pandangan mereka tidak teralihkan dari diriku. Dan, tap!
Langkahku langsung terhenti saat tangan Ardy menahan pundakku. Ada sensasi dingin yang membuat merinding saat dia melakukan hal itu.
"Apa yang kalian lakukan tadi pagi?!"
"Apa maksudmu?" Aku berusaha membuat diriku tetap terlihat tenang.
Riky langsung meremas gemas kedua pipiku dengan tangan kanannya sehingga bibirku nyonyor seperti mulut ikan, "jangan pikir kita ini nggak tahu apa yang terjadi ya. Kamu dengan lancangnya mengikuti Ryan ke pantai! Nggak sadar diri kamu!!"
"Ta--tapi itu juga Ryan yang ngajak, kalau aku menolak di marahi!"
"Berani membantah!" Riky semakin mengeraskan cengkramannya. Pipiku jadi terasa sangat sakit.
"Memang aku yang memaksanya!" Tiba-tiba aku mendengar suara Ryan di belakangku. Cengkraman Riky langsung mengendur. "Berhenti memperlakukannya seperti ini, aku sudah tidak menginginkannya lagi," lanjut Ryan sambil melepaskan tangan Riky dari pipiku dan menarikku ke sampingnya. Ruby yang berada di belakang Ryan memberikan tatapan kesal padaku. Dia tidak mungkin menunjukkan emosi yang membuat image nya jelek di hadapan banyak orang.
"Nggak bisa Ryan! Ini bukan hanya karena itu!"
Ryan mengangkat tangannya pertanda dia tidak ingin mendengar penjelasan apapun, "semuanya sudah beres, tidak akan ada lagi orang luar yang mencampuri urusan kita seperti ini. Cewek ini, tidak akan berada di sekeliling kita lagi," lanjut Ryan sambil memegang tangan Ruby dan berjalan meninggalkan kami semua.
Oh, jadi dia dan aku sudah selesai. Tidak ada lagi suka-sukaan yang bisa membuat image mereka jatuh. Baguslah aku bisa lebih tenang.
Ya, akhirnya aku mendapatkan kedamaianku kembali.
Seharusnya begitu.
Tapi kenapa saat melihat Ryan menggenggam tangan Ruby dengan mesra terasa menyakitkan. Tanpa kusadari aku terdiam memperhatikan mereka.
"Kau dengar itu! Stop bermimpi!" Ujar Riky sambil menepuk dahiku. Tepukan itu cukup membuatku tersadar.
"Senang rasanya mengetahui Ryan sudah sadar," tambah Ardy sambil berjalan mengikuti Riky.
Tinggal aku yang entah mengapa tidak bisa menggerakkan kakiku sama sekali. Aku terdiam memperhatikan mereka, orang-orang yang berbeda level denganku. Perlahan aku mulai bisa melangkahkan kakiku, selangkah demi selangkah mulai mendekati gedung sekolah.
"Senang rasanya mendengar Ryan akhirnya mengambil keputusan yang bagus," suara lembut yang terasa dingin itu membuatku terkejut dan langsung berbalik. Kenny sedang berdiri di belakangku sambil memberikan tatapan aneh. Tatapan penuh kekecewaan? Marah? Entahlah aku tidak pernah bisa menebak pikiran dia. "Jangan pernah muncul di hadapan kami lagi!" Ujarnya sambil menabrak pundakku dan berjalan meninggalkanku.
Aku bahkan tidak pernah ingin berada di sekitar mereka lagi. Menjalani hari-hari kembali seperti dulu, tenang, tidak mendapat perhatian berlebih dari siapapun. Selalu menjadi orang yang tidak pernah dianggap keberadaannya. Aku merasa lebih baik seperti ini hingga tamat.

Ready For Your Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang